webnovel

Meramalmu

Editor: Wave Literature

Aku kehabisan nafas dan secara spontan mencengkeram rambut hantu perempuan itu. 

Saat pergelangan tanganku menyentuh rambutnya, ia menjerit kesakitan. Dengan cepat rambut panjangnya menyusut ke belakang seperti tentakel gurita yang terkena panas, mereka langsung menarik diri. 

Hantu perempuan itu mundur dan berteriak, "Kamu, kamu yang membawa senjata itu!" 

Aku tidak mengerti senjata apa yang dimaksud olehnya. Tetapi aku merasakan ada sesuatu yang melekat di pergelangan tangan kiriku. Aku juga cukup terkejut saat melihat sudah ada koin emas menempel di tanganku

Koin itu terbuat dari emas dan menurut legenda yang pernah aku dengar, koin ini sudah menjadi senjata untuk mengusir hantu sejak dari zaman kuno. 

Sekarang aku mengerti bahwa koin emas inilah yang menghalau rambut panjang hantu perempuan itu dan membuatnya menjerit kesakitan. 

Aku mengambil nafas panjang kemudian berkata dengan suara rendah, "Kamu adalah hantu. Jika kamu berani menyakiti kami, maka jiwamu akan menghilang dan kamu tidak akan bisa bereinkarnasi!" 

Aku mencoba menakutinya dengan berkata seperti itu dan sepertinya itu berhasil. 

Setelah mendengar perkataanku, hantu itu tampak enggan untuk pergi. Namun saat ia melirik ke arah koin emas di pergelangan tanganku, akhirnya ia memutuskan untuk melarikan diri. 

Aku merasa lega dan mengusap keningku yang dibanjiri oleh keringat dingin. 

Aku melihat ke samping dan mendapati Xia Qianyang yang terlihat sangat ketakutan. Ia belum pernah melihat hantu sebelumnya. Butuh waktu beberapa saat baginya untuk bangkit dan menenangkan diri. Ia lalu menatapku dengan pandangan khawatir, "Apa kamu baik-baik saja?" 

Aku menggeleng lemah dan berkata, "Ayo pulang. Hari ini terlalu berat." 

Xia Qianyang mengangguk patuh. Aku belum pernah melihat ia sepatuh ini. Ia menatapku dengan pandangan menyesal, "Maaf, aku seharusnya tidak mengajakmu keluar. Tak kusangka kalau hantu itu memang benar-benar ada dan kita baru saja bertemu dengannya." 

Aku tidak bisa menahan senyumku. Aku membiarkannya memiliki pengalaman baru, sehingga ia tidak akan takut dan terkejut lagi dengan hal-hal seperti ini. 

"Jika hantu perempuan itu adalah Xiaoling, itu artinya ia sudah mati?" Xia Qianyang menurunkan nada suaranya dan terlihat agak sedih. 

Perlahan aku mengangguk. Sepertinya aku sudah memahami akar permasalahan ini.

Tadi malam, Bei Mingyan menyelamatkanku dari hantu perempuan berkulit putih. Aku tidak tahu dengan alasan apa ia menyerangku, yang pasti ia datang untuk membunuhku. Jika tidak, maka seperti yang ia katakan, dirinya lah yang akan mendapatkan hukuman. 

Hantu itu tidak bisa membunuhku, maka Xiaoling yang tidak beruntung lah yang akhirnya dijadikan korban. Karena Xiaoling tidak terima, maka ia datang menemuiku untuk membalas dendam. 

Tidak mengherankan jika ia tidak datang di ritual pemakaman hari ini. Keluarga Xiaoling pasti mengira bahwa ia telah hilang sehingga mereka pergi mencarinya dan tidak mengikuti prosesi terakhir dari pemakaman Paman Feng. 

Tidak ada yang tahu bahwa ia sudah meninggal tadi malam. 

Kebetulan ia memiliki hubungan dengan Xia Qianyang, maka ia memanfaatkannya untuk bisa membawaku keluar dan membalaskan dendamnya. Namun ia tidak menduga kalau aku akan memakai senjata koin emas di tanganku. 

Aku masih terus bertanya-tanya, mengapa hantu kulit putih itu diperintahkan untuk membunuhku. Apa yang sebenarnya dia inginkan dari kematianku?

Setelah sampai di rumah kepala desa, aku langsung membaringkan diri di atas tempat tidur sambil memikirkan apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. 

Benarkah semenjak aku tumbuh dewasa hidupku akan selalu berurusan dengan roh-roh jahat seperti ini? 

"Aku sudah mengatakan sebelumnya. Jika kamu menikah denganku, maka tidak akan ada hantu yang berani berkeliaran di sekitarmu." 

Suara merdu itu tiba-tiba terdengar di telingaku. 

Aku terkejut dan membalikkan badan dengan cepat. Dengan dibantu cahaya bulan yang masuk ke dalam kamar, aku bisa melihat Bei Mingyan berbaring di sisi tempat tidurku. Ia menopang kepalanya dengan satu tangan, dan menatapku dengan senyumnya yang menawan.

"Bagaimana kamu bisa ada di sini?" 

Entah mengapa, setiap kali aku melihat wajah tampannya dari dekat, aku selalu tersipu malu.

Sepertinya Bei Mingyan menangkap rasa malu dari mataku. Senyum di bibirnya semakin mengembang lebar. 

"Aku merindukanmu." 

Nafasnya yang dingin menerpa wajahku. Saat terdiam aku hanya berpikir bahwa suara ini sepertinya memiliki kekuatan magis yang membuatku selalu ingin mendengarnya lagi dan lagi.

Tanpa diduga tangannya yang dingin membelai rambutku dan aku hanya bisa terdiam. Ia lalu menggenggam pergelangan tanganku dan membawaku ke pelukannya sehingga aku semakin bisa merasakan nafasnya yang dingin. 

"Jika aku meramalmu sekarang, kamu akan menikah denganku." 

Ia mengatakannya sambil menatapku dalam-dalam. 

Ketika aku mendengar perkataannya, aku menjadi sangat panik. Selama 18 tahun hidupku, aku bahkan belum pernah berpacaran. Jika tiba-tiba aku dibawa secara misterius oleh hantu pria ini sekarang dan menikah dengannya, maka bisa dipastikan tidak akan ada yang percaya ketika aku mengatakannya. 

Aku berjuang sekuat tenaga untuk menyingkirkan rasa maluku. "Kamu.. Kamu jangan main-main!" kataku dengan terbata-bata

Setelah aku mengatakannya, ia justru menertawakanku. Dianggapnya ucapanku ini hanyalah sebuah lelucon. 

Wajah Bei Mingyan yang tampan itu perlahan-lahan mendekati wajahku, dan nafas dingin sudah kurasakan semakin dekat. Aku bahkan bisa melihat bulu matanya yang lentik dan tebal dengan jelas, begitu mempesona.

Aku tidak lagi mengelak dan menatap langsung matanya yang terbuka. "Jika kamu terus memaksaku untuk menikahimu, maka aku tidak bisa menolak. Tetapi kamu sendiri yang mengatakan bahwa kau akan membiarkan diriku untuk menentukan pilihanku. Begitu cepatkah kamu akan mengingkari ucapanmu?" 

Dia tersenyum dan perlahan melepaskan lenganku.

"Bagaimana bisa aku memaksamu?"

Aku melihat sifat lembut dari pria misterius ini. Sangat berbeda dengan penampilannya yang terlihat sombong. 

Lalu aku berkata kepadanya, "Aku tahu, kamu tidak akan memaksaku untuk memberikan jawaban dalam waktu singkat."

Bei Mingyan tersenyum. Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirannya sekarang. Ia masih berbaring di sampingku. Mata elangnya masih terus menatapku dalam kegelapan. Aku heran mengapa ia masih tidak mau pergi.

Tiba-tiba dia mengangkat pergelangan tanganku. "Apakah benda ini mudah digunakan?"

Aku langsung mengerti apa yang dimaksud olehnya. Sepertinya benda itu hanya muncul ketika ada hantu yang membahayakanku. 

Aku tidak menjawabnya dan bertanya, "Apakah kau yang memberikan koin emas ini padaku?" 

Ia mengangguk dan menjelaskan, "Ini adalah logam emas milik kaisar yang dapat mengusir kejahatan. Ketika aku mengantarmu kembali semalam, aku diam-diam menaruhnya di pergelangan tanganmu. Mulai sekarang, bahkan jika aku tidak bersamamu, koin emas itu dapat melindungimu dari serangan hantu-hantu biasa."

Ketika dia menyentuh pergelangan tanganku, logam tembaga itu segera muncul. Aku mengawasinya memainkan logam itu di tanganku, "Kamu juga hantu, tetapi kamu tidak takut dengan logam ini."

Ia tersenyum dengan sangat menyebalkan, "Aku bukan hantu biasa." 

Aku jelas mengetahuinya. penampilannya saja terlihat sangat berbeda dari hantu-hantu biasa. 

Lalu pandangannya beralih ke jimat yang aku gunakan. "Jimatmu ini hanyalah dompet biasa. Ini tidak akan bisa melindungimu." 

Begitu aku mendengar perkataannya, aku merasa tidak senang. Dompet ini pemberian dari ibu kandungku. Meskipun jimat ini tidak dapat melindungiku, tetap saja aku tidak suka jika ada yang mengatakan hal seperti itu. 

Aku membalasnya dengan nada dingin, "Ini jimat yang diberikan oleh ibuku. Dia hanya meninggalkan benda ini untukku." 

Bei Mingyan tampak mengerutkan alis. Aku segera mengambil dompetku yang ada di tangannya namun ia menjauhkannya dari jangkauanku. Dari bawah sinar rembulan aku bisa melihatnya sedang melihat tulisan yang disulam di dompet itu. 

Itu adalah sebuah kata "qi". 

"Apa yang kamu lakukan? Kembalikan padaku!" Nada suaraku berubah menjadi tinggi.

"Apakah ini benar-benar diberikan oleh ibumu?" Ekspresi Bei Mingyan terlihat kagum saat mengatakannya dan ia berhenti mengolok-olok dompet itu.