webnovel

Suami Dadakan

Season 1. Pernikahan dadakan dari orang tua membuat Salwa sangat muak kepada pemuda pilihan ayahnya. Sehingga sesuatu yang tak terduga pun terjadi, Salwa semakin membenci Hasan, pemuda pilihan kedua orang tuanya. Kesalahfahaman dan masa lalu Salsa membuat gadis lemah lembut, menjadi wanita yang kejam dan berniat balas dendam kepada Hasan. Berbagai cara dilakukan olehnya, agar hidup Hasan sengsara dengan cara tetap menjadi istrinya. Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah Naura akan tetap tidak punya hati kepada Ahsan? Ikuti terus kisahnya. Season 2. Tiada disangka oleh seorang perempuan yang sudah tak lagi muda, jika seorang ustadz muda akan menjadi suaminya. Sangat syok dan tidak percaya, namun begitulah kejadiannya. Apakah keduanya bisa hidup bersama?

Ririnby · สมัยใหม่
Not enough ratings
169 Chs

Mendengarkan Halwa

Kita sama-sama meredam syahwat ketika kita ingin. Aku juga tidak tahu apa jadinya aku tanpamu. Kita harus selalu mengingat Allah dan berfikir panjang dan takut kepada-Nya walaupun tiada bukti cintaku padaNya, namun ikhtiar ku dan tawakal ku selalu kujaga, kehormatan tahta sebagai wanita aku juga sudah menjaga dengan itu dengan maksimal," jelas ku.

"Alhamdulillah kau akan tetap menjadi wanita solehah. Karena selama ini kamu tahan menanti ku. Kamu tidak pernah menurut nafsu saat kita bertemu. Kita juga bukan lagi anak-anak yang usage merasakan sebuah perasaan yang aneh. Aku tidak mau cintaku hanyalah sebatas pembicaraan, perkataan romantis. Selama ini aku sudah berusaha membuktikan, aku benar-benar mencintaimu hanya seorang. Semoga nanti ketika kita benar sudah ada di pelaminan dan menjalani hubungan ikatan suci. Allah selalu memasarkan cinta kita Aamiin ya robbal alamin." Perkataan sederhana dari calon suami sudah sedikit menenang kan ku.

"Aamiin," sahut ku menatap langit-langit.

Dengan lirih Fatih berkata, "Entah mengapa kekasihku, aku sangat ingin bertemu denganmu namun aku sangat merasa semakin dekat dengan Allah." Fatih merendahkan suara hingga aku awalnya tidak paham dengan perkataannya.

"Apa?" tanya ku penasaran.

"Suara adzan sudah berkumandang. Cepatlah sholat calon makmumku Insya Allah besok pagi aku akan ke rumah doakan Umi dan Ayah. merestui, aku datang untuk melepas rindu yang tertahan. "Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." Sangat jelas ada kecemasan.

Mentari pagi sangat bercahaya terlihat seorang gadis berhijab merah muda sedang asik menyiram bunga.

"Surat neng ...." kata tukang pos. Aku tersenyum dan tidak sabar. Dengan perasaan bahagia dia menerima.

"Terima kasih Pak ...." Gadis itu segera membuka dengan tergesa-gesa. "Jaman apa ini masih kirim surat. He ...." kataku tapi merona.

[Kasihku ya habibi, Halwa. Akan usailah penantianmu untukku, aku akan kembali kepadamu dengan musim-musim cinta aku merasakan musim cinta ketika aku sedang tafakur kepada Allah, dan ketika aku memejamkan mata kau hadir disetiap hari-hari sepiku. Kau sandaranku walau kau tak disisiku.]

Aki menikmati apapun yang dikirimkan oleh separuh napasku.

[Cintaku dan cintamu itu bukanlah rencana melainkan Allah yang menjalankan di setiap hembusan angin yang merasuk ke tulang, dalam tubuhku aku selalu merasakan kesejukan dengan hanya menghayal kamu walau sedetik.

Cintaku tak dapat ntar uraikan dengan apapun. Aku ingin Allah Subhanahu wa ta'ala selalu menjaga kita menjaga nafsu dari maksiat mengasihi kita dengan rahmatNya. Mengampuni dosa-dosa kita dan merestui dalam ridhoNya.

Ketika Allah benar-benar menghalalkan cinta kita, Allah tidak melarang lagi tangisanmu berlinang di bahuku bersandar di bahuku. Itu yang selalu ingin kau lakukan ketika kita bertemu karena mengobati rindu. Aku sangat kagum kepadamu karena kamu mampu menahan semua bahkan untuk sekedar berpegangan tangan, kita tidak pernah melakukannya. Untuk sekedar berjabat tangan dirimu dan diriku juga menahan. Cintaku, cinta kita akan bersatu hanya dengan hitungan hari Insyaallah Bismillah. Selalu rasakan kenikmatan dari Allah, itu juga ujian untuk kita untuk bersabar tawakal ikhtiar dan berterima kasih. Tertulis dari Fatih.]

Tidak sabar ingin segera membalas surat cinta, Aki berlari ke kamar.

[Seputih apa cinta kita? Sebersih apa cinta kita. Kita adalah manusia yang penuh dengan noda lentera dan jeratan dosa. Cintaku ... aku tidak mau berlebihan, sekuat apa cintaku, aku tidak mau melupakan sang Pemilik Cinta Sejati. Kau adalah gelora aku benci itu. Kemarin. Namun kau adalah calon imamku pemimpin kau dan aku tidak boleh hanya setengah hati dalam mencintaimu. Kamu yang pernah meninggalkanku karena perjuangan agar cinta mendapat restu. Aku bagaikan kertas tanpa pena, cintaku ... aku tidak akan menolak jika kamu mengajakku pergi ke jalan cinta di musim semi. Aku sangat ingin menikmati indahnya bunga sakura. Jika Allah subhanahu wa ta'ala menghendaki. Aku ingin ke sana denganmu, namun kita pasrahkan saja kepada Allah yang maha merencanakan. Cintaku aku tidak tahu kau bisa lebih gila jika bukan aku yang menjadi makmumu. Tetapi aku akan lebih depresi tanpamu.

Dengan caramu memimpinku, membanggakan mu dengan caramu, menerima kekuranganku, aku menyayangimu dengan caramu siap menjadi Imamku. Aku mencintaimu di setiap pejaman mataku.

Ya Allah, ridhoi kami atas cinta kami. Aku dan kamu hanyalah hamba yang merebut ridho cinta sang pemilik sejati. Agar aku dan kamu dapat menjadi kekasih sang Ilahi, Aamiin. Sudah lama kita menjalani cinta seperti ini. Pacaran tidak direstui. Putus karena tidak ingin durhaka. Lalu Abah menerima lalu jarak jauh, dan secara islami semoga Allah segera menyatukan kita dalam ikatan suci pernikahan yang tinggal menghitung 48 jam.]

Surat itu dari kedua insan yang sedang berbunga-bunga perasaan mekar karena cinta akan disatukan dengan ikatan suci. Gadis cantik itu bernama Bilqis. Matanya sangat indah dan bercahaya, bulu matanya lentik, alis yang hitam dan tidak terlalu tebal, hidungnya mancung dan bibirnya pun tipis merona. Senyumnya sangat manis dengan lesung pipi.

Perasaan berdebar-debar selalu berhias ke dalam hatinya. Menata suara ketika sudah memegang gagang telepon. Dia memejamkan mata sambil tersenyum. Mengendalikan perasaan yang mengguncang di dalam sanubari.

****

"Semua kenangan kita sangat indah. Masya Allah dengan mengingat itu rindu ini terobati. Aku sekarang menjadi istrimu. Aku akan usahakan cinta ini cepat hadir," kata Halwa lalu memeluk Hasan yang menyetir.