Sesaat kepergian Dikta dan Dita dari kantin dengan tujuan untuk pergi ke uks, kini pak chanjun pun pergi bersama silfi yang berjalan lebih dulu untuk menuju keruang konseling. sedangkan itu semua murid serim high school pun bisa bernafas dengan lega, sebab sekarang mereka bisa merasakan istirahat dengan tenang tanpa gangguan dari orang-orang yang mampu membuat semuanya semakin kacau.
Melihat perdebatan yang tadi sempat membuat mereka terdiam saja, sudah membuat mereka merasa tertekan apalagi jika mereka harus melihatnya untuk yang kedua kalinya.
Bisa-bisa mereka akan gila seketika, tapi melihat sosok silfi yang seperti itu, jujur saja tak bisa mereka lupakan begitu saja. sorot matanya yang tajam serta cara perempuan itu berbicara pun sungguh menyeramkan. mirip sekali seperti grim reaper namun ini yang berwujud gadis cantik dengan tampilan yang mampu membuat semua kaum adam terpesona dengan paras cantiknya, bagi mereka yang tak tahu menahu soal gadis itu.
Namun harapan mereka yang baru saja akan menikmati jam istirahat dengan tenang pun harus pupus seketika, ketika semuanya mendengar bel masuk yang berbunyi sangat nyaring. membuat sebagian siswa-siswi serim high school mendengus sebal tapi berbeda halnya dengan mereka yang termasuk kejajaran murid terpintar disekolahan itu, justru dengan bel masuk yang menandakan bahwa sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai, mereka bisa mengekspresikan diri mereka sendiri melalui bentuk soal-soal ataupun bentuk praktek yang guru berikan.
Sementara itu aghatha yang masih terbaring diatas brankar uks dengan kondisi yang tak sadarkan diri, setelah dilakukan beberapa perawatan oleh petugas yang bertugas khusus untuk merawat siswa-siswi yang sakit atau kalau di indonesia disebut sebagai anggota PMR ( Palang Merah Remaja) dan kalau di rumah sakit atau di tempat-tempat lain yang masih berbau dengan PMR disebut PMI ( Palang Merah Indonesia).
PMR sendiri memiliki tugas yang berbeda dengan PMI. jika PMR, mereka akan mengobati yang sekiranya mampu untuk mereka tangani dikarenakan peralatan medis yang kurang memadahi, mengingat PMR ditugaskan hanya dilikungan sekolah, serta pelatihan untuk petugas PMR tak sampai ke dalam penyakit-penyakit yang berbahaya atau menular, jika itu terjadi, maka mereka akan membawa pasien ke Rumah sakit besar untuk ditangani. sedangkan PMI mereka juga akan mengobati yang sekiranya mampu untuk mereka tangani, namun jika PMI. biasanya kita akan melihat para anggota PMI ketika ada seseorang yang ingin mendonorkan darah mereka, serta saat hari donor darah sedunia. semua warga yang sehat bisa mendonorkan darah mereka sebagian tidak semuannya, namun kegiatan ini juga tidak diwajibkan mengingat pasti ada satu atau dua warga yang menolak atau memang karena mereka tengah sakit sehingga petugas PMI pun tak memaksa untuk mereka harus mendonorkan darah mereka, selain itu dengan kita mendonorkan darah kita juga bisa terhindar dari berbagai jenis penyakit yang berkaitan dengan darah. tapi bagi mereka yang memiliki penyakit anemia atau kekurangan darah sebaiknya tidak usah mendonorkan darahnya, karena itu juga bisa berakibat pada kesehatan mereka.
Dan disinilah gadis cantik blasteran itu berada, dia masih ditemani oleh dikta dan dita karena mengingat sepertinya gadis malang yang sok berani itu tak memiliki teman, buktinya ketika dia dalam keadaan sekarat seperti tadi tak ada satupun orang dari mereka yang menolong gadis remaja ini dan bahkan tak ada yang menjenguknya di uks.
Membuat si kembar dikta dan dita mendengus kasar karena harus menunggu gadis itu terbangun dari pingsannya, jika mereka tak disuruh untuk menjaganya mungkin saja mereka akan pergi dari sana dan pergi ke rooftop tempat yang sangat pas bagi mereka-mereka yang merasakan tertekan atau pun semacamnya.
Melihat aghatha yang terbaring lemas dengan wajah pucatnya ada sebersit rasa kasihan di hati keduanya dan entah kenapa saat melihat wajah aghatha mereka merasakan jika sosok yang ada dihadapannya adalah sosok yang tak asing bagi keduannya.
Aghatha benar-benar mirip mendiang Freya ketika tengah tertidur seperti ini. hidung mancungnya, bulu mata yang lentik, serta wajah yang cantik khas blasterannya ketika tengah tertidur membuat semuanya tak mau mengalihkan obyek pengelihatannya dari sana, dan itulah yang tengah dirasakan oleh Dikta dan Dita saat ini.
Perlu kita ketahui aghatha charolatte lahir di jerman pada tahun 2003 yang artinya kini aghatha sudah menginjak umur 17 tahun, dia dibesarkan di Jerman selama umur 7 tahun dan pernah tinggal dikorea hingga gadis itu menginjak umur 14 tahun, atau saat ia lulus dari sekolah menengah pertama dan saat itu kedua orang tuanya pun masih hidup bersama dan memutuskan untuk kembali lagi Jerman, namun nyatanya masalah yang tiba-tiba muncul dikeluarga kecil aghatha membuat semuanya menjadi kacau. aghatha yang tak tahu menahu soal itu pun hanya bisa menangis seorang diri dikamarnya. hingga saatnya tiba sang ilahi telah menjemput sang bunda tercinta karena mengidap depresi berat dan berujung pada kematian, dan mulai hari itu gadis kecil yang ramah dan pendiam berbuah menjadi gadis yang lebih keras kepala dan emosional dan mengecap bahwa ayahnyalah yang jahat sehingga membuat ibunya meninggal dan sejak saat itu aghatha membenci ayahnya dan kabur dari rumah diam-diam yang sebenarnya ia pergi ke Korea untuk bertemu Tantenya atau adik dari ibundanya.
Aghatha meninggalkan ponselnya dan tak membawa banyak barang bawaan seperti baju dan lainnya, ia hanya membawa tas ransel berukuran kecil yang muat untuk 1 sampai 10 baju saja, serta membawa pas foto milik sang bunda dan kalung liontin berbentuk hati yang ibunya berikan sehari sebelum hari ulang tahunnya dan jika kalian membukanya kalian bisa menemukan sebuah chips kecil yang sebenarnya adalah sebuah flsahdisc berukuran kecil yang bisa dilipat dan didalamnya terdapat sebuah video singkat yang ibunya siapkan untuknya.
Saat melihatnya pun aghatha tak bisa untuk membendung air matanya lagi dan saat hari dimana ia mengetahui bahwa sang ayah yang akan menikah lagi sejak hari itulah aghatha benar-benar marah pada sang ayah dan bertekad untuk tak kembali lagi ke Jerman dan tinggal bersama sang ayah.
Hingga beberapa menit berlalu tiba-tiba saja pintu yang semulanya tertutup rapat kini terbuka lebar hingga menampilkan sosok pria bertubuh jangkung yang tak lain adalah Irgi. ya, pria itu adalah irgi.
Tapi tunggu? mengapa ia datang kemari, bukankah ia tak peduli pada gadis yang saat ini masih terbaring lemah di barankar yang disediakan di uks mereka. mari berpikir positif mungkin dia hanya ingin numpang tidur di brankar yang empuk itu sambil meluapkan kelelahannya.
"Irgi" ujar dikta dan dita serempak ketika melihat siapa yang berada dibalik pintu tersebut sedangkan sang empunya yang dipanggil seperti itu hanya melengos tak peduli akan panggilan yang menyerukan namanya.
Dengan santai irgi berjalan masuk ke dalam dan duduk di samping dikta, sedangkan dita ia duduk tepat dihadapan perempuan blasteran Jerman - Korea yang saat ini masih pada posisinya yaitu berbaring sembari memejamkan matanya. tanpa tahu kapan dia akan bangun.
"ngapain lo kesini?" pertanyaan yang dilontarkan oleh dita berhasil membuat atensi pria jangkung nan tampan itu berubah menghadap kearah dita.
Namun bukannya menjawab atas pertanyaan itu irgi malah meresponnya dengan mengangkat satu alis matanya yang sepertinya ia masih bingung atas pertanyaan yang tiba-tiba seperti itu.
"gue nanya ke lo" ujar dita lagi sembari memutar bola mata malasnya.
"random amat pertanyaan lo" sahut irgi yang tak langsung menjawab pertanyaan yang menurutnya itu random.
"udah sih jawab" ujar dita lagi namun kali ini dita sedikit menaikan intonasinya membuat irgi mendengus sebal
Namun sahutan dari irgi mampu membuat mereka semakin sebal.
"bukan urusan lo" sahutnya acuh sembari berbaring tidur di brankar yang kosong tepat disamping aghatha berbaring.