Dimana Irgi? disaat situasi seperti ini pria itu tak menampakan batang hidungnya sedikit pun. padahal, sejak 5 menit lalu pria itu masih duduk anteng dan tengah meminum minumannya. tapi ini, ketika ada seperti ini pria tampan dengan tubuh semampai itu tak ada dan tak melerai perdebatan antara aghatta dan silfi. kemana irgi pergi? sebab irgi sempat melihat perdebatan antara silfi dan aghatta sebelum dirinya memutuskan untuk pergi dari sana. lalu dimana pria itu sekarang?
Baik, mungkin saja ia sudah tahu jika akan ada hal seperti ini, mengingat silfi dan sifat emosionalnya yang tak bisa gadis itu kenadilkan, jika sudah tersulut emosi, membuat irgi tak harus susah - susah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. dan untuk aghatta, toh diapun baru beretemu tadi pagi dengan cara yang tidak menyenangkan. jadi, untuk apa dia harus melerai perdebatan itu, toh tak ada untungnya juga buat dirinya. itu pikir irgi.
"psikopat gila" ujar aghatta dengan seringaiannya yang sama-sama mematikan seperti tatapan tajam yang diberikan oleh silfi padanya.
Saat semuanya mendengar kalimat yang dilontarkan oleh aghatta, seketika udara diruangan itu terasa sangat berbeda, pasokan oksigen diruangan itu mendadak semakin menipis. apalagi
ketika semuanya melihat kearah silfi yang kini wajahnya tengah merah padam, menandakan bahwa perempuan remaja itu tengah marah. bahkan kini mereka semua pun bingung harus bagaimana.
"gue udah ingatin lo, buat nggak ngomong lebih dari ini, brengsek" desis silfi dengan nada yang yang ditekankan disetiap kalimatnya, membuat semua orang yang berada disana bergidik ngeri ketika mendengar apapun yang silfi ucapkan, apalagi dikta dan dita. mereka berdua pun bingung bagaimana cara untuk melerai keduanya, agar tak terjadi hal yang diinginkan.
Sedangkan aghatta, ia tak peduli dengan apa yang diucapkan oleh silfi barusan, dan malah membalas ucapan itu dengan dengusan sebal, yang malah semakin membuat silfi tersulut emosi.
"nggak usah sok ngancam gue, lo bukan tuhan yang bisa ngatur gue kaya gimana dan lo juga bukan saudara gue yang bisa ikut campur urusan gue. lo itu cuma psikopat gila yang lagi nyamar jadi anak sekolahan disini." sahut aghatta dengan desisan yang tak kalah tajam dari silfi, membuat suasana disekitar mereka semakin memanas. sebab keduanya tak ada yang mau mengalah, dan sepertinya keduanya sama-sama keras kepala, sehingga tak ada yang ingin mengalah untuk mengakhiri perdebatan yang tengah mereka lakukan.
"gue udah ingetin lo untuk kedua kalinya, buat nggak ngomong lebih dari ini, brengsek" desis tajam silfi untuk kesekian kalinya.
"gue nggak takut" sahut aghatta tak kalah menantang dari silfi.
"oke, lo yang minta" ujar silfi dengan seringaiannya yang mengerikan serta sorot mata yang menandakan bahwa perempuan itu murka pada gadis remaja yang ada dihadapannya saat ini.
Dan aksi yang dilakukan oleh silfi selanjutnya, benar-benar diluar nalar manusia. sehingga membuat semuanya diam mematung ditempat bahkan mereka sempat menahan napas untuk sesaat ketika melihat aksi yang silfi lakukan.
Sedangkan dikta dan dita, mereka yang melihat silfi kalang kabut seperti ini, membuat mereka kesusahan untuk melerainya. sebenarnya dikta dan dita ingin sekali melerai perdebatan ini, hanya saja mereka takut jika mood silfi semakin kurang baik jika mereka ikut campur urusannya dan berujung dengan mereka yang harus menerima semua kemarahan silfi yang tertunda karena mereka mengganggunya.
Tapi disaat seperti ini, apa mereka harus memikirkan hal itu? nyawa orang lain lebih berharga, dari pada harus melihat kemarahan perempuan cantik yang berkedok seperti grim reaper ini.
"mati lo, berengsek!!" desis silfi tajam pada aghatta seraya mencekik leher jenjang milik aghatta dengan kuat, membuat aghatta kesusahan untuk bernafas karena jujur saja cekikan yang silfi berikan pada gadis blasteran itu tak main-main. jika silfi memberi tenaganya untuk cekikan itu mungkin tulang leher milik aghatta bisa remuk, dan berakhir dengan aghatta yang harus dirawat dirumah sakit.
Sedangkan aghatta yang dicekik oleh silfi hanya diam saja, dan memasang senyum smirk nya seperti tak terjadi apa-apa. membuat silfi semakin geram melihatnya.
Namun semua pasang mata yang terus mengarah kearah dua makhluk yang terus menunjukan siapa yang paling kuat diantara keduanya, sudah was-was dan bingung diwaktu yang bersamaan.
"udah sil, jangan. ntar dia bisa mati kalo lo cekik kaya gitu" ujar dita yang kini sudah berada disamping wanita itu dan memegang tangan silfi yang masih mencekik leher jenjang milik aghatta dengan tujuan supaya sahabatnya itu tak bertindak lebih jauh lagi dari ini.
"biarin, biar dia mati sekalian. bedebah kaya dia tuh harus di singkirin" desis silfi tajam
"jangan sil udah, mending kita pergi aja. ayo"ujar dita lagi yang kini tengah berusaha melepaskan kedua tangan milik silfi yang mencengkram leher aghatta.
"jangan pernah ganggu gue, sialan. lo nggak lihat gue lagi bunuh dia, singkirin tangan lo dari tangan gue, dita!"
"nggak sil, gue nggak mau lo kaya gini. lo terlihat seperti monster kalo kaya gini, tau nggak?"
"gue bilang jangan ikut campur, dita!" sahut silfi dengan desisan serta penekan kalimat disetiap kata yang ia lontarkan membuat suasana disana semakin mencekam.
Dan untuk dikta, sepertinya gadis remaja yang identik seperti dita tengah pergi untuk mencari bantuan agar aksi yang mencekam itu tak terjadi semakin runyam. karena jujur saja, melihat silfi yang marah seperti sekarang sangatlah menyeramkan apalagi ketika melihat kilat mata gadis itu. benar-benar membuatnya sesak saat melihat obsidian mata sekelam malam milik silfi yang mampu membuat siapapun terasa terintimidasi ketika melihat mata itu.
"nggak sil, gue harus ikut campur kalo lo bertindak diluar batas wajar, kaya gini!" sahut dita dengan desisan juga membuat obsidian sekelam malam itu mengalihkan pandangannya kearah dita dengan kilat mata yang mampu membuat dita merasakan sesak didadanya.
Sedangkan aghatta ia sudah merasakan sesak disekitar dadanya, karena oksigen yang ia hirup pun sangat terbatas sebab silfi benar-benar mencekiknya dengan sangat kuat, bahkan kini nafas gadis blasteran Jerman-Korea ini tersendat-sendat. mengisyaratkan bahwa dia kekurangan banyak oksigen disekitar tubuhnya.
"jangan ikut campur, dita. atau lo akan tahu akibatnya"ancam silfi yang kini melirik kearah dita dengan obsidian matanya yang sekelam malam.
"gue nggak peduli!!"sahut dita masih berusaha melepas cengkaraman tangan silfi pada aghatta, bukannya apa. dita pun terpaksa harus melakukan ini, sebab ia tak mau jika semua orang tahu lebih banya sisi buruk dari seorang Silfi Lee, dan membuat semuanya teringat akan kejadian pembunuhan tahun lalu yang sampai saat ini belum diketahui siapa pelakunya.
Hingga sesaat kemudian, silfi pun melepas cengkraman tangannya dari leher jenjang milik aghatta dan membuat gadis blasteran itu jatuh terduduk dilantai dengan nafas yang tersendat-sendat akibat cekikan silfi yang cukup lama.
"gue udah ingatin lo buat nggak ikut campur urusan gue, dita!!!" ujar silfi dengan desisan tajamnya
"tapi apa, lo malah terus ikut campur dan nggak dengerin gue" ujarnya lagi dan kini silfi semakin berjalan mendekat kearah dita dengan tatapannya yang mengerikan bak psikopat yang merindukan sebuah darah yang mampu membuatnya senang.
Sedangkan itu dita terus melangkah mundur, takut-takut jika silfi akan mencekiknya lagi sebagai pengfanti aghatta. dan untuk aghatta gadis itu masih terduduk lemas dilantai, dengan kondisi yang tak beradaya alias lemah.
Dan sial, kenapa juga dita harus menabrak tebok dibelakangnya. dan itu tentu saja membuat langkahnya terhenti hingga dita pun bisa melihat jelas seringaian yang mengembang dibibir tipis milik silfi.
"lo sama brengseknya kaya dia, dita. lo juga harus mati, nggak peduli lo teman gue atau bukan!!" ujar silfi yang benar-benar mengerikan jika dita mendengarnya.
Hingga sesaat silfi akan kembali mencekik untuk kedua kalinya pada dita. untung saja kembarannya datang tepat waktu.
Dikta datang bersama pak chanjun membuat semua orang yang berada disana menghembuskan nafas lega. ketika mendengar suara peluit khas milik pak chanjun.
PRIIIIIIITTTTT~
Suara kencang yang berasal dari peluit pak chanjun benar-benar sangat nyaring membuat gendang telinga terasa sakit.
"SILFI!!!!" amarah dari pak chanjun yang menggebu-gebu membuat silfi tak jadi melakukan aksi mencekik pada dita.
Pak chanjun pun melangkah masuk ke area kantin dan pergi menghampiri dua gadis yang masih berdiri dibelakang dan satu gadis yang sudah tak berada terduduk dilantai marmer yang pastinya dingin.
Melihat mereka yang seperti ini, pak chanjun benar-benar marah. atas apa yang telah silfi perbuat.
"APA-APAAN INI!!"
"SIAPA YANG MENYURUH KAMU UNTUK JADI SEPERTI SEORANG PEMBUNUH SEPERTI INI, HAH?"
"KAMU BENAR-BENAR KELEWATAN, SAYA TIDAK MAU TAHU. KAMU HARUS IKUT BAPAK KERUANGAN KONSELING, SEKARANG" ujar pak chanjun masih dengan amarah yang menggebu-gebu membuat silfi tak berani menatap guru killer itu. ya, sebenarnya dia berani hanya saja ia masih punya rasa takut dan sesal nantinya jika dia melawan guru killer bernama Na chanjun ini.
"dan kalian berdua bawa dia keruang uks" titah pak chanjun pada dikta dan dita yang menunjuk aghatta yang sudah terkapar dilantai. segera dikta dan dita pun melaksanakan perintah itu untuk membawa aghatta keruang uks.
Urasan silfi, mereka berdua menyerahkannya pada pak chanjun saja.
Mau tes ombak dulu ah hehehe.....
Kalo rame bakal fast update tapi kalo nggak aku bakal slow update lagi, maaf yah....
dadah semua, saranghae jedag jedug buat kalian yang masih setia baca cerita aku yang garing tiada taranya..... hahaha