Sampai di rumah Stela mereka berdua pun menukar posisinya Zahra pindah ke kemudi dan Stela turun dari mobil Zahra karena dia harus segera masuk ke dalam rumahnya agar tidak ada yang curiga.
"Duluan ya byee" pamit Zahra.
Stela mengangguk dan melambaikan tangannya kearah Zahra.
Setelah melihat mobil Zahra yang sudah mulai menjauh Stela mulai memanjat pagar rumahnya dengan hati-hati karena di depan ada satpam yang menjaga jadi Stela memilih jalan pintas yaitu dari belakang rumahnya.
Dengan hati-hati Stela turun dari pagar dia harus terus berjalan dengan hati-hati tanpa menimbulkan berisik sama sekali.
Dengan perlahan tapi pasti Stela masuk dari pintu dapur karena kuncinya ada dua dan yang satu di ambil Stela sudah dari tadi siang, dengan perlahan dia terus masuk ke rumahnya berjalan kearah kamarnya.
Sampai di kamar Stela mengunci pintu kamarnya dengan perlahan. Setelah itu dia langsung mandi agar tidak ada yang mencium bau alkohol dari tubuhnya.
Kamar Stela termaksud di desain kedap suara karena kalau ada yang mandi pun tidak kedengaran ke luar, tapi kalau ada suara Stela seperti memanggil atau menjawab mamanya dari dalam kamar kedengaran, mungkin karena kamar mandinya jauh dari daerah yang rawan yaitu kamar mama dan papanya atau pun yang lain.
Selesai mandi Stela membereskan tasnya yang tadi dia bawa ke club memasukkannya ke lemari lalu mengambil ponselnya, dan meletakkannya di nakas.
Lalu dia segera melompat ke tempat tidur karena sudah malam Stela harus segera tertidur agar dia besok tidak terlambat, dia akan memulai harinya besok tanpa membuat masalah sama sekali.
Sekian detik kemudian Stela tertidur dengan pulas, karena memang dia sudah capek jalan-jalan.
Besok harinya Stela sengaja menyetel alarm pagi sekali agar dia bisa duluan sampai di sekolah, karena dia harus ke ruangan kepala sekolah lagi ada beberapa berkas yang harus dia urus lagi.
"Oke perfect" ujar Stela menatap dirinya di pantulan cermin yang ada di kamarnya.
Dia memakai sepatu, lalu mengambil tasnya dan pergi keluar kamar untuk sarapan bersama dengan papa dan mama.
"Pagi pa, ma" ucap Stela saat sampai di ruang makan sambil tersenyum menatap papa dan mamanya.
"Pagi sayang" jawab mereka berdua menatap Stela.
"Hari ini hari pertama kamu masuk sekolah, mau papa antar atau naik mobil sendiri?" Tanya papa Stela.
"Stela naik mobil sendiri aja pa, lagian kan aku udah tau denah sekolahnya jadi gak perlu bingung lagi nanti" jawab Stela menatap papanya.
Papanya pun mengangguk, "oke kalau begitu tapi ingat jangan ugal-ugalan di jalan" Papa Stela memperingati.
Stela mengangguk, "iya pa iya" jawabnya.
"Ini sarapan kamu" ujar mama Stela memberikan roti yang sudah di beri selai.
Stela pun memakannya dengan santai karena ini masih jam 6.15 jadi dia bisa sedikit santai menghabiskan sarapannya.
Selesai memakan roti Stela menghabiskan susunya dengan cepat, lalu dia pamit pergi ke sekolah pada orang tuanya.
Stela berjalan kearah garasi dan mengeluarkan mobilnya, memang mereka punya supir pribadi yang tugasnya juga mengeluarkan mobil yang mau di pakai dari garasi tapi Stela selalu menolak untuk di bantu mengeluarkan mobil dari garasi ada aja nanti yang salah sama dia. Jadi lebih baik Stela sendiri yang mengeluarkannya, kecuali memasukkan kadang Stela suka lupa.
Di perjalanan Stela melihat ada gang motor yang menyalipnya, dia memperhatikan muka dari mereka satu persatu lalu dia tau siapa yang di depan mereka itu.
"Pagi pagi kenapa harus jumpa sama dia sih bikin gak mood aja" ujar Stela dengan malas.
Tiba-tiba ada yang menelpon Stela, dia pun langsung mengangkat telepon tersebut.
"Halo All, lo dimana?" Tanya Lily saat Stela mengangkat teleponnya.
"Di jalan kenapa?" Tanya Stela balik.
"Engga papa, tadi gua kira lo belum berangkat" jawab Lily.
"Mau numpang kan lo" tebak Stela.
Terdengar dari sebrang sana Lily tertawa, "iya tapi gua udah minta tolong sama Zahra juga kok" jawabnya.
"Ohh yaudah kalau gitu" jawab Stela.
Lily langsung mematikan sambungan teleponnya.
"Dasar gak ada kalimat perpisahan gitu" ujar Stela menatap layar ponselnya.
Setelah itu karena dia kesal melihat geng di depan sana yang lama sekali jalannya dia pun menyalip mereka semua dengan kecepatan yang tinggi, sampai di sekolah banyak yang melihat Stela dengan tatapan yang bermacam-macam.
"Shit! Gua lupa pakai mobil yang biasa lagi" batin Stela saat dia menyadari kalau dia bawa mobil balapnya.
"Eh ada anak baru ya" ujar salah satu murid yang sedang berada di parkiran juga.
"Keknya cowo deh dari gaya mobilnya" jawab salah satu dari mereka lagi.
Memang Stela sudah memodif mobilnya dan mengganti warna mobilnya juga menjadi hitam, dan dia sudah mengubah hampir 80 persen dari bentuk aslinya.
Stela keluar dari mobilnya sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Semua murid yang di parkiran tercengang melihat Stela mereka pikir yang di mobil itu tadi cowok ternyata tebakan mereka semua salah.
Dengan santai Stela berjalan masuk ke dalam sekolah lalu menuju ruang kepala sekolah, untuk mengantarkan berkasnya yang tertinggal kemaren.
"Hai bang Gibran" ujar Stela membuka pintu ruangan Gibran.
"Kamu ini suka banget bikin kaget" ujar Gibran.
"Hehehe sorry, nih All mau ngantar berkas yang kemaren abang suruh bawa" jawab Stela memberikan map berisi kertas-kertas.
"Oke, makasih kalau begitu" jawab Gibran.
"Aku di kelas berapa bang?" Tanya Stela.
"Kelas XII IPA 1" jawab Gibran.
Stela hanya menganggukkan kepalanya.
Saat Stela mau ngomong ada yang mengetuk pintu ruangan Gibran.
"Masuk" jawabnya.
Seorang lelaki masuk ke ruangan Gibran, Stela menatap orang itu dengan tatapan yang campur aduk antara kesal, males liat mukanya atau apa pun itu.
"Kamu lagi kamu lagi Lang, Lang stop buat masalah dong gak kasian kamu sama mama kamu yang udah sekolahin kamu" ujar Gibran menasehati Galang. Ya orang tadi adalah Galang.
Galang hanya diam saja, dia juga sama seperti Stela kalau sedang di ceramahi atau di marahi oleh orang yang lebih tua dia bakalan diam dan tidak akan menentang itu.
"Sekarang hukuman kamu bapak udah capek mikirin hukuman buat kamu terus, kamu ke ruang BK tanya hukuman buat kamu" ujar Gibran yang sudah pasrah saja melihat Galang.
"Pak saya permisi" ujar Stela menatap Gibran, dia harus pura-pura memanggil Gibran dengan sebutan bapak.
Gibran mengangguk, "ya sudah sana" jawabnya.
Stela langsung pergi keluar, dia mencari kelasnya yang dia sudah tau dimana kelasnya berada. Karena denah sekolah ini juga ada pada papanya jadi Stela bisa melihat disitu semalam tanpa perlu nanya lagi.