"Aradia?" Lareina memicingkan matanya untuk melihat orang yang duduk di sampingnya dengan lebih jelas. Dan benar saja, sosok itu adalah Aradia.
Aradia mungkin saat ini menyesalkan pilihannya untuk memanggil nama Lareina hanya atas dasar penasaran dan untuk memastikan karena membuat situasi menjadi canggung. Mereka yang tidak dekat, bahkan pernah berada di sebuah "persaingan" yang sama, sepertinya bukan kedua orang yang harus saling menyapa ketika bertemu.
Merasa bertanggung jawab atas situasi ini, Aradia pun dengan terpaksa menyapa Lareina. "Hai," sapa Aradia tanpa rasa semangat sedikit pun.
Bola mata Lareina berlarian kesana-kemari. Gadis itu kebingungan kenapa Aradia yang biasa membuang muka padanya- apalagi setelah kejadian penolakan pada perlombaan 17 Agustusan- kini malah menyapanya.
"Ha-Hai," balas Lareina terbata-bata. "Spa juga?" Entah apa yang merasuki gadis yang benci berbasa-basi itu, dirinya malah bertanya lebih lanjut hanya untuk sekedar basa-basi.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com