Lelaki berusia empat puluh tahun lebih itu memeluk tubuhku. Kurasakan sedih yang lebih dalam di dadanya. Kurasakan duka yang paling duka di setiap detak jantungnya.
"Ayahmu ini boleh saja gagal menjadi orang kaya, seperti ayah-ayah yang lain. Tapi, ayahmu ini tidak boleh gagal memiliki anak yang berhasil mencapai cita-citanya. Sekarang, pergilah yang jauh. Kejar apa pun yang ingin kau kejar. Ke mana pun itu, berangkatlah. Ikutilah pepatah orang Minangkabau, yang dulu juga pergi merantau karena iba hati di tanah negeri ini. Jangan pulang sebelum sukses! Kau harus tahan banting. Kau harus melewati tahun-tahun sedih dan sakitmu. Ayah akan selalu bersamamu. Kamu akan selalu ada dalam setiap doa baik Ayah." Dia memelukku dengan erat, sebelum akhirnya melapaskanku.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com