webnovel

Setelah Sadar

"Kepala saya sakit. Saya harus bangun. Saya mendengar seseorang gadis menangis. Tolong bantu dia, saya mohon?"

"Tolong jangan terlalu banyak bergerak, lukamu cukup parah."

"Ada yang menangis."

"Dimana kamu mendengarnya, saya akan membantumu. "

"Dari sana." ujarnya menunjuk ke balik tirai .

"Tapi saya tidak mendengar apapun. " lirih Azka.

Tidak ada suara apapun, Namun ia sama sekali tidak bisa mengabaikan gadis ini. Karena jika tidak, maka ia akan turun sendiri dan mengeceknya. Kondisinya sama sekali tidak memungkinkan , bahkan hanya untuk bangun dari tempat tidur. Dengan ragu dan perlahan Azka pun mendekati arah yang ditunjuk Diza. Ia menyibak tirai itu perlahan dan benar, ada seorang gadis kecil di baliknya.

Seorang gadis kecil, ia tertidur . Sepertinya Diza sudah mendengar kehadirannya semenjak tadi ia tersadar. Setengah jam sudah berlalu dan gadis kecil itu mulai kelelahan dan tertidur. Azka pun meraihnya kedalam gendongan dan membawanya ke samping Diza.

"Ia telah lelah menangis. Lihat betapa lucunya ia saat tidur. " ujar Diza lirih.

"Kamu begitu menyukainya?"

"He eh, iya seperti malaikat."

"Sejak kapan kamu menyadari keberadaan gadis ini?"

"Semenjak kemarin aku mendengar suara. Aku ingin membuka mata tetapi , aku tak sanggup. Aku begitu lelah. Awalnya aku kira aku hanya bermimpi. Tetapi aku kembali mendengarnya begitu aku tersadar. Aku mencoba meraihnya, dan meminta bantuan . Tetapi para perawat itu justru menyangka aku sedang memanggil seseorang."

"Jadi , kamu tidak memanggilku?"

"Mungkin tidak, jika para suster itu mau membantuku. Gadis ini begitu lucu, tolong bantu temukan orang tuanya. Aku mohon." ujar Diza sambil dengan lembut mengelus kepala gadis kecil itu.

"Baiklah , Aku akan segera kembali. Beristirahatlah."

Azka pun membawa gadis itu keluar dan menemui pusat informasi . Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya orang tua gadis ini pun datang. Mereka menangis dengan penuh haru sambil meraih anaknya dari Azka.

"Maaf Tuan, dimanakah Anda menemukannya? Kami sudah mencarinya dari kemarin, dan tidak menemukannya. "

Mendengar penuturan sang ibu, Azka pun tersadar. Gadis itu memang benar telah menghilang dari kemarin. Berarti apa yang dirasakan Diza memang benar. Dan itu berarti bahwa gadis itu menyadari segala keadaan sekelilingnya. Dalam tidurnya ia mampu merespon suara dan juga tindakan. Ia hanya belum mampu untuk membuka matanya . Dan apa itu artinya jika gadis itu juga mengingat segalanya, termasuk kecelakaan itu.

"Ruangan ICU, ia tersesat. Kekasihku yang menemukannya. "ujarnya dengan tatapan kosong.

"Anda baik-baik saja?Anda terlihat pucat."

"Saya baik-baik saja."

Terima kasih telah menjaganya. Izinkan kami membalasmu."

"Tidak apa-apa. Maaf, saya harus menemui seseorang. Saya permisi. "

Mengingat segala kemungkinan yang mungkin terjadi, Azka pun bergegas pamit dan kembali menemui Diza, gadis malang yang ia tabrak. Ia bergegas menuju Ruangan ICU, namun gadis itu telah dipindahkan ke ruang perawatan. Dengan segenap tenaga ia pun berlari menuju ruang rawat yang dimaksud. Ia begitu kalut, hingga tanpa sadar ia membuka pintu dengan begitu keras hingga menimbulkan keributan.

" Kenapa Azka?" tegur sang ayah yang kini sedang duduk di samping tempat tidur gadis itu sambil menggenggam tangannya. Sedangkan gadis malang itu kini tengah duduk sambil mendengarkan semua cerita sang ayah tentang masa lalunya.

"Papa, dia.... Dia..." pertanyaannya terhenti , ia benar-benar ragu untuk melanjutkannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ayahnya nampak begitu akrab dengan gadis itu.

"Kamu mencemaskan nya bukan? Papa menemaninya sedari tadi. Kamu meninggalkannya sendirian , ia terlihat bingung.

"Dia?" ujar gadis itu heran. "Apa dia juga putra Anda? Apa berarti kami bersaudara?"

"Dia Azka tunanganmu. Saya hanya membesarkannya. Seperti yang Ayah ceritakan sebelumnya, kita selama ini terpisah . Ayah kehilanganmu dalam sebuah insiden belasan tahun lalu. "

"Ayah bangga Azka bisa menemukan mu setelah kami begitu putus asa. Bahkan kalian telah saling mengenal cukup lama. Ayah tidak menyangka hubungan kalian begitu dalam. "

"Maafkan saya karena tidak bisa mengingatmu. Saya sungguh tidak mengingat apapun , bahkan nama dengan nama saya. Saya sungguh minta maaf."

Tanpa sadar Azka menitikkan air mata. Ada bulir panas di pelupuk matanya yang tak sanggup ia tahan .Ia pun berlari ke arah Diza dan memeluknya.

"Maaf.."bisiknya lirih.

"Jika kamu meminta maaf karena ini, maka aku takkan memaafkanmu." ujarnya sambil melepaskan pelukan Azka.

"Apa maksudmu nak?" ujar sang ayah heran, begitu pun Azka yang tak mengerti reaksi gadis ini .

"Kamu memelukku begitu erat hingga aku tak bisa bernafas. Jika kau ingin membunuhku, kenapa repot -repot menyelamatkanku?" ujarnya dengan raut wajah cemberut.

" Diza tahukah kamu, jawabanmu barusan hampir saja membuat kami jantungan. Bisa-bisanya kamu bercanda dalam keadaan seperti ini. "

"Maaf Ayah, aku hanya berusaha mencairkan suasana nya. Nampaknya tunangan ku ini begitu tegang. "

"Kamu benar-benar membuatku takut Diza. Aku benar-benar berfikir akan kehilangan mu sebelumnya. " ujar Azka sambil menyeka air matanya.

"Tuan muda benar-benar menyayangimu nona. Ia bahkan tidak beranjak barang semenit pun dari sisimu. Ia selalu menjagamu. " ujar seorang suster jahil.

"Benarkah? " ujarnya sambil tersenyum jahil.

"Tentu saja tidak. Bahkan Aku berfikir untuk mencari penggantimu yang lebih cantik. " sindir Azka yang dibalas dengan wajah cemberut oleh Diza.

"Ah, gagal. Mana mungkin aku bisa menemukan gadis manja dan imut sepertimu di luar sana. " balas Azka sambil mencubitnya gemas.

"Aku lapar. Makanan Rumah Sakit sungguh membosankan." rengek Diza

"Karena itu, cepatlah sembuh dan aku akan membelikanmu makanan enak. Atau jika perlu aku sendiri yang akan memasak kan nya untukmu."

"Tidak mau. Menurutmu bagaimana aku bisa sembuh , jika memakan makanan seperti itu."

"Justru ini semua adalah makanan sehat."

"Tapi jika aku kehilangan selera makan ku karena ini. Bagaimana bisa aku sembuh jika tidak makan apapun. Sementara perutku sangat lapar. "

Melihat semua tingkah lucu dan kekanak-kanakan mereka , Bapak Andri merasakan kebahagiaan yang belum pernah bisa ia rasakan sebelumnya. Kehangatan keluarga, indahnya berbagi dan kebersamaan. Bahkan sesekali ia terkekeh melihat sikap kekanak-kanakan Diza yang sampai menitikkan air mata hanya demi mendapatkan makanan enak.

"Ayolah kak..' rengeknya sambil menangis.

"Kenapa kau menangis? Bahkan kau memanggilku kakak. Kita hanya terpaut satu tahun . Bahkan sebelumnya kau enggan memanggilku seperti itu."

"Apapun asal kau mengabulkan keinginanku." ujarnya memohon dengan menakutkan kedua tangannya di atas kepala dengan sesekali mengedipkan sebelah matanya untuk merayu Azka.

"Sudahlah, Diza belum pulih sepenuhnya. Berhentilah bercanda, ia butuh istirahat. " ujar sang Ayah melerai.

"Tapi ayah.." selanya sedih.

"Aku akan menanyakan kepada dokter apa yang boleh dan tidak kau makan. Nanti aku akan membelikannya diluar. Adakah sesuatu yang ingin kau makan putriku. "

"Apapun , asal aku makan dari tangan Ayah." serunya manja.

"Berarti itu termasuk makanan rumah sakit." ledek Azka.

"Ayah , dia sungguh menyebalkan. Tolong beri aku sesuatu yang enak. Suapi aku, kumohon."

"Baiklah, sekarang kamu makan dulu makanan yang ada. Mau bagaimana pun kamu tetap harus makan terlebih dahulu sebelum makan obat. Nanti ayah akan membelikanmu sesuatu yang enak."

"Sungguh? Ayah berjanji ?"

"Iya, aku berjanji. "

"Kalau begitu ayah harus menyuapiku ini, atau aku tak mau makan."

"Dasar anak manja, aku yang akan menyuapimu."

"Aku ingin ayahku. "