Hari sudah mulai siang, saatnya orang-orang larut dalam kesibukannya masing-masing, begitu juga Alby dan Bu Melin, mereka terlalu fokus dengan aktivitasnya yang padat. Sampai-sampai, untuk makan siang pun mereka lupakan, karena saking sibuknya bekerja. Namun, tiba-tiba karyawannya masuk ke ruangan dimana mereka berdua sedang menyelesaikan rancangan untuk pesanan pelanggannya.
"Selamat siang, Bu, maaf sudah waktunya jam istirahat, apa Ibu dan Kak Alby makan siangnya mau saya pesankan?" ujar karyawannya.
"Ya ampun, tidak terasa ya waktu udah jam istirahat aja. Ya sudah kalian istirahat duluan saja, nanti saya nyusul, kalau sudah beres semua," ujar Bu Melin yang masih fokus pada rancangannya.
"Mending makannya dipesankan saja, Mom," saran Alby sambil membereskan bekas-bekas kain yang sudah tidak terpakai.
"Tidak ah, kalau kamu mau, sana pesan saja," ucap Bu Melin.
"Ya sudah aku juga enggak, nanti saja makan di luar. Kalian saja yang istirahat, biar tokonya saya yang jaga," ucap Alby kepada karyawannya.
"Tapi ..."
"Sudah tidak apa-apa, asal jangan lama-lama saja, soalnya setelah ini, saya mau pergi," ucap Alby dengan senyumannya yang menawan.
"Oke, Kak. Kalau begitu saya permisi dulu,"
"Oke."
Dan karyawan itu pun langsung meninggalkan ruangan favoritnya Bu Melin. Alby yang sedari tadi sedang membereskan potongan kain, tiba-tiba teringat pada Qiran, seperti ada kerinduan dalam hatinya. Tersirat dalam benaknya pun ingin segera menemui gadis itu setelah pekerjaannya selesai.
"Makasih ya, By. Sudah bantuin pekerjaan Mommy, kalau kamu mau istirahat, duluan saja. Mommy gak apa-apa kok, sudah biasa begini. Lagian tinggal satu lagi yang belum dikerjain, jadi santai lah," ucap Bu Melin.
"Ya, Mom, aku hanya membantu mendesign saja, gak seperti Mommy, mendesign dan menjahit semuanya dikerjain, kan capeknya kebangetan. Tenang saja, nanti kalau para karyawan sudah selesai, baru aku mau iatirahat, ini juga masih berantakan. Oia nanti aku mau ke rumah teman dulu ya, Mom, paling nanti pulangnya agak malam," kata Alby.
"Okey, jaga diri baik-baik. Jangan sampai lupa makan. Setelah pekerjaan ini selesai, Mommy juga mau segera menemui pelanggan Mommy, biar urusannya cepat selesai," ujar Bu Melin.
"Okey."
Setelah membereskan semua kain-kain yang sudah tidak terpakai, Alby pun membuangnya ke tempat sampah. Setelah itu, ia bergegas ke luar ruangannya Bu Melin. Seperti biasa ia mengecek komputer kasir untuk melihat jumlah penghasilan dari penjualan baju rancangan ibunya. Dan hasilnya selalu memuaskan. Omsetnya selalu naik, meski sedikit tapi tidak pernah turun. Alby pun sangat senang atas pencapaian toko butik milik ibunya, dan hal itu juga karena atas semua karyawan-karyawannya yang selalu jujur dalam bekerja dan berhati mulia saat ada pelanggan yang super bawel.
Setelah selesai mengecek komputer, Alby menyerahkan lagi komputernya kepada kasir. Karena pada saat itu, ada sebagian orang yang akan bertransaksi untuk membeli beberapa barang-barang dari tokonya. Tiba-tiba, salah satu karyawannya menghampirinya sambil berkata, "Kak, kami sudah selesai istirahatnya, sekarang giliran Kakak,"
"Oh, oke, tolong kasih tau ibu, kalau aku akan langsung pergi ke rumah teman," ucap Alby pada karyawannya.
"Loh, bukannya mau istirahat?"
"Ya maksudnya sekalian isitrahat," ujar Alby sembari melangkah menuju pintu keluar.
"Oke, nanti saya akan sampaikan."
Lalu, Alby telah keluar dari butiknya, ia ingin secepatnya menemui Qiran lagi. Entah mengapa hatinya selalu tertuju pada Qiran terus, padahal dirinya sadar, jika Qiran sudah ada yang punya. Namun rasa suka dan rindu sudah tidak bisa dibohongi lagi. Ketika sudah sampai di parkiran, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya dari belakang. Alby pun langsung menoleh ke arah belakang. Terlihat dari kejauhan, sosok seorang ibu beserta anak kecil yang tadi belanja di butiknya, sedang berjalan menghampiri Alby. Namun, tidak hanya mereka yang akan menghampiri Alby, ada sosok perempuan yang usianya lebih muda dari Alby. Ibu kedua anak ini rencananya akan kembali lagi ke butiknya Alby, dengan alasan ingin mencari baju untuk anak gadisnya. Namun tidak disangka, mereka bertemu di area parkiran.
"Nak Alby, mau kemana?" tanya ibu itu dengan sumringah.
"Mau pulang, oia maaf Bu, ko bisa tau nama saya dari mana?" tanya Alby penasaran.
"Loh masa Nak Alby lupa, saya Bu Tum, yang tadi menukar baju di butiknya Nak Alby. Dan tentu saja karyawan Nak Alby yang memberitahukannya," ucap ibu itu dengan sumringah.
"Oh ya ampun, maaf Bu saya hampir saja lupa. Oia ibu mau kemana? Dari tadi belum pulang kah?" tanya Alby.
"Oh jadi ini orang yang diceritain Mama tadi, ganteng juga," ucap Rianti dalam hatinya. Rianti adalah anak gadis Bu Tumirah pelanggannya butik Alby. ia sering dipanggil Bu Tum oleh para tetangganya.
"Gapapa Nak, sebenarnya saya sudah pulang, namun saya mau kembali lagi ke butiknya Nak Alby, mau mencari baju buat anak gadis saya he-he. Oia kenalin Sayang, ini Nak Alby pemilik butik langganannya Mama. Yang tadi Mama ceritain itu loh," ucap Bu Tum dengan sumringah.
"Oia, halo Kak, saya Rianti. Senang bertemu dengan Kak Alby. Dan makasih banyak tadi sudah mau membantu ibu saya yang sedang kesulitan, semoga Tuhan membalas kebaikan Kak Alby," ucap Rianti dengan begitu lembut.
"Oh, ya santai saja, memang seharusnya begitu. Ya sudah silahkan lanjut belanjanya, saya juga mau pamit dulu," ucap Alby.
"Oia boleh minta nomor teleponnya tidak, Kak? Barangkali suatu saat nanti Kakak membutuhkan karyawan baru, aku bisa melamar kerja di butiknya Kak Alby. Soalnya aku bosan di rumah terus," ucap Rianti sembari menyodorkan HP miliknya kepada Alby.
Sejenak Alby berpikir, ada rasa yang tidak biasa ketika dirinya dimintai nomor teleponnya. Dan hal ini membuat dirinya ragu untuk memberikannya kepada gadis itu. Namun, gadis itu terlihat sedikit memaksa. Dan akhirnya Alby memberikan nomor teleponnya walaupun hatinya berat untuk memberitahukan nomor pribadinya.
"Oke makasih ya, Kak," ucap Rianti dengan begitu gembira.
"Ya sama-sama, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Alby.
"Ya Nak, hati-hati di jalan," tutur Bu Tum kepada Alby.
Alby pun melangkahkan kakinya menuju ke mobil tanpa menoleh lagi ke belakang. Sementara Rianti dan ibunya begitu senang, karena rencana untuk mendekati Alby sudah berjalan dengan baik.
"Rencana pertama sudah berhasil, Ma, tinggal susun rencana selanjutnya," ujar Rianti.
"Oke, kita memang the best lah," ucap Bu Tum dengan senyum liciknya.
*****
Ketika diperjalanan, Alby sempat mampir ke sebuah kedai langganannya, dimana kedai itu selalu menyediakan makanan favorit Alby, yaitu kebab. Rencananya Alby ingin makan kebab itu bersama Qiran. Seperti biasa, Alby memesan beberapa kebab untuk orang-orang yang ada di rumahnya Qiran, termasuk untuk Pak Marco.
Setelah selesai membeli kebab, ia pun melanjutkan perjalanannya menuju rumah Qiran. Namun tidak disangka, ketika rambu lalu lintas menyala dengan warna merah, Alby melihat mobil Aron lagi. Mobil itu berhenti tepat didekat mobil Alby. Tetapi Aron tidak menyadari jika Alby ada didekatnya. Dan kini Alby bisa melihat dengan jelas, sosok wanita yang selalu bersama Aron, namun, Alby belum mengetahui siapa nama perempuan itu.
"Aron! Dan cewek itu ... ! Perasaan sering amat ngajak jalan-jalan sama cewek lain, sementara cewek sendiri diabaikan," gerutu Alby.
*
*
*
BERSAMBUNG...