webnovel

Paviliun

“Di mana Emma?”

“Sudah di pinggir danau tuan bersama angsanya.”

“Mengapa tidak sarapan?”

“Sudah dibawa di pinggir danau tuan."

“Siapa kasih izin seperti itu? Makan pagi di sini bersamaku setiap pagi!”

“Maaf tuan... akan saya sampaikan pada G.”

“Panggil sekarang juga!” Tae geram

Paman Wong memanggil G dan Emma ynag piknik di pinggir kolam bersama para angsa yang duduk manis di sisi Emma. Angsa-angsa itu masih remaja, jadi senang di manja dan dielus.

“Maaf nona Emma, tuan Tae meminta Nona sarapan bersama di ruang makan. Dan sekarang tuan Tae menunggu nona di dalam. Sebaiknya segera kesana.”

“Uuugh... aku mau di siniii... aku mau sarapan dengan angsaku..”

“Nona Emma, kita ke dalam dulu yuuk, kita gak mau tuan Tae marahkan? Kalau tuan Tae ke kantor kita bisa main lagi dengan angsa.”

“Uuughh.. iyaa.. okeey.. aku ke dalam. .uuh.. sebel..”

“Selamat pagi tuan Tae.. maaf saya tak melarang nona Emma ke kandang angsa.”

“Duduk dan sarapan! Mulai sekarang makan di sini bersama tidak langsung ke kandang angsa! Dengar Emma?”

“Emma dengar...”

“Bagus... sekarang makan!”

Emma hanya memainkan makanannya di piring. Tak bernapsu.

“Paman Wong.. apa resep angsa yang paling enak? Apa bumbu saos Singapore atau angsa goreng tepung?” sindir Tae

“Ja..jangan makan angsa Emma...”

“Kalau gitu makan yang banyaak! Kalau aku lihat angsa itu membuatmu tak menurut padaku, paman Wong sudah siap dengan resep angsa bakar!”

“Iya.. aku makaaan.”

“Park, kapan perjanjian dokter gigiku?”

“Hari Senin tuan.”

“Oh.. daftarkan juga Emma. Giginya sakit katanya...”

“No.. gigiku sehat.. gak perlu ke dokter gigi.. aku baik-baik saja..” Emma panik.

“Kemarin katanya makan pudding coklat dan sausnya bikin sakit gigi? Artinya gigimu ada yang bolong! Sudah tak boleh membantah! Ikuti aturanku!”

“Ugh..ehh..”

“Jangan mencoba untuk kabur lagi! Aku pasti bisa mendapatkanmu!”

“Aku gak berpikiran kabur kok... Kenapa ia bisa membaca pikiranku ya?” gumam Emma dalam hati

“Ya aku bisa membaca pikiranmu!”

“Hah?” Emma terkejut Tae menebaknya dengan benar.

*****

“Paman Wong, pindahkan semua barang Emma ke paviliun. Kunci ruang melukis Emma katakan sedang di renovasi. Semuanya. Jangan ada jejak Emma di rumah utama ini.”

“Emma berbuat salah apa lagi tuan?”

“Tidak bukan karena berbuat salah, tapi besok Eommaku akan datang dari Jepang. Aku belum bilang soal Emma. Ia pasti akan menentangnya. Katakan saja ia keponakanmu ya?”

“Baik tuan akan saya kerjakan dari sekarang.”

“Emmm... Emma, untuk sementara Emma dan G pindah ke paviliun yaa... untuk sementara saja. Paviliun itu letaknya dekat dengan danau jadi Emma bisa main dengan angsa sepanjang hari..” jelas Tae hati-hati

“A..apa tuan Tae membuangku? Apa aku ada salah?” tanya Emma panik

“Tidak, Emma tidak ada salah apa-apa, cuma besok Eommaku datang dari Jepang dan aku lupa mengatakan keberadaanmu di sini. Jadi mengungsilah sebentar ke paviliun yaa... Dan kalau ditanya bilang saja kau keponakan dari Paman Wong.”

"Apa Eomma tuan Tae galak? Tak suka dengan yeoja seperti aku?"

Enggak, eommaku baik. Tapi ia tak menyukai kejutan, nanti sakit jantungnya kumat. Jadi tolong turuti permintaanku ya? Jangan nakal!"

"Baiklah."

"Biasanya Eomma tak akan lama, karena di Jepang ia punya perusahaan yang harus diurus juga."

"Apa angsa boleh tidur di kamarku?"

"Big no!! Tidak boleh angsa tetap di luar! Tetap di sana ya jangan ke rumah utama."

“Baiklah..aku hanya tanya kok. Main dengan angsa sepanjang hari yeeey...” Emma girang

“Ehh... anak in kok gak ada sedih sedihnya sih. Malah bahagia gitu jauh dariku.. sebel..” guman Tae sebel.

*****

Malam harinya Emma sudah pindah ke paviliun dan tidur di sana ditemani G dan beberapa pelayan.

“Noona G? Tuan Tae lagi apa ya?”

“Kalo jam segini lagi kerja di ruang kerja...”

“Kenapa Emma harus di sini malam ini? Bukankah eommanya baru besok pagi datangnya?”

“Iya.. kan biar gak buru-buru. Nona Emma tak perlu bangun terlalu pagi.”

“Apa tuan Tae akan kesini untuk bilang selamat tidur dan menyelimuti aku?”

“Huh? Dari mana Emma tau kalau tuan Tae suka begitu?”

“Setiap malam Emma pura-pura tidur dan selalu tahu ketika Tuan Tae ucapkan selamat tidur dan menyelimuti Emma. Hihihih... Jangan beri tahu ya noona G.. aku malu..”

“Ahh.. Emma nakal yaa.. pura-pura tidur. Hihihih..”

“Emma gak bisa tidur, Emma mau tuan Tae bilang selamat tidur dulu..” rengek Emma

“Tapi gak bisa... sudah malam dan jarak ke rumah utama cukup jauhkan... Kalau Emma kembali tidur di rumah utama Noona yakin Tuan Tae akan ucapkan selamat tidur lagi.”

“Tapi aku tak bisa tiduuur... aku akan ke sana ajah!”

“No.. jangaan.. Emma sudah ganti baju dan siap tidur nanti kotor lagi... Kita telepon aja gimana..”

“Gak mau!”

“Belum tidur gadis bodoh...?!” suara berat Tae menggema di kamar Emma

“Hah?!” Emma kaget sampai melongo.

“Selamat malam Tuan Tae. Kami tak tahu tuan ada di sini.”

“Aku cuma mampir... melihat apa paviliun ini terawat dengan baik apa tidak. Tutup mulutmu Emma! Jelek sekali..”

“Aaap.. eemmm... hihih..” Emma melongo dengan mulut mangap.

“Ayo tidur.. pakai selimutnya, malam ini dingin,” Tae menaikkan selimut setinggi leher Emma. Emma menatap kagum pada Tae. “Selamat tidur gadis nakal, mimpi indah..”

“Tuan akan di sini sampai aku tidur?”

“Enak saja... cepat tidur aku harus mengecek kamar ini takut ada laba-laba! Cepat tidur!”

“Ya..yaaa... hihih..”

Tae terlalu gengsi untuk mengakui ia menunggu Emma sampai tidur. Tae mendengar pembicaraan antara Emma dan G barusan. Ia senang ternyata Emma menunggunya setiap malam untuk mendengar ia mengucapkan selamat tidur.

Tak perlu waktu lama terdengar dengkuran halus, Emma sudah tidur.

“G, jaga Emma tetap di sini, jangan sampai ia ke rumah utama. Nanti Park akan menemani juga di sini.”

“Baik tuan Tae.”

“Jaga baik-baik Sugar baby nakal ku ya G.. aku mengandalkanmu.”

“Ya Tuan Tae..”

“Jika kita berdua saja cukup panggil namaku Gwen...” mereka memang teman dari kecil.

“Ya Tae, aku akan jaga baby mu dengan nyawaku. Jangan khawatir.”

“Kau tahu kan eommaku, ia baik hati tapi kalau sudah punya mau gak ada yang bisa larang.”

“Ya semua eomma pasti ingin anaknya bahagia.”

“Pasti eomma datang untuk mencarikan aku istri. Aku masih trauma dengan Rose. Aku belum bisa menjalin hubungan lagi setelah aku sudah yakin ia akan menjadi istriku ternyata ia bermain gila dengan pria lain. Betapa susah menahan hasrat untuk tak membunuh pria itu!”

“Tae, kau suka dengan Emma?”

“Kau ngomong apa sih Gwen...? Emma masih di bawah umur!”

“Emma sudah 18 tahun.. cukup dewasa untuk seorang wanita. Kelakuannya memang seperti anak umur 13 tahun, tapi ia lucu dan manis. Kau juga gemaskan padanya.. ngaku saja! Hahahha..”

“Aiiisshh... kau ini...”

“Akan aku siapkan Emma untuk menjadi wanita yang pantas bersanding denganmu. Kau tenang saja, dan jangan terlalu galak! Juga naikanlah gajiku, kau terlalu menyita waktuku. Aku sampai tak punya waktu untuk pacaran!”

“Hahhaah.. Kau bisa melirik Park.. dia lelaki bertanggung jawab dan hebat. Cocok denganmu.”

“Aaahh.. apa siiiih.. Aku gak akan pacaran dengan teman kerja. Nanti mengganggu kinerjaku!”

“Terserah kau saja... Aku kembali ke rumah utama. Titip my sugar baby yaa..”

“Yaaa...”