Terangnya sinar rembulan benar-benar indah, sangat cocok untuk menikmati kemenangan, dan dinginnya angin malam menusuk jantung menjadi bumbu adrenaline yang meluap. Semua terpaan angin itu diterima oleh seseorang yang berada di atas atap rumah sakit. Dia tertawa lepas menyaksikan Mawar terjatuh. Tawa jahat sepenuh hati tercurahkan begitu saja.
Awan hitam perlahan hilang tertiup angin, sinar bulan menampakkan wajah orang yang bahagia. Ia menunjukkan jati dirinya, melepas topeng kaku yang dipakai dalam kesehariannya. Pria berambut hitam dan bermata biru sedingin es, tak kusangka bisa tertawa keras sekali, padahal kukira ia akan tampil elegan seumur hidupnya.
Suara pintu yang kututup membuatnya sadar akan keberadaanku, "heeii… Thomas. Bukan… maksudku Wakil Ketua OSIS apa sudah puas kau tertawa?"
Aku berjalan melewati dirinya memegang batas pagar—memandang lurus ke depan. Seraya aku menyandarkan lengankku pada pagar yang tak dingin lagi bekas cengkramannya.
"ALICE" sentak kaget pria itu
"kenapa kau melakukan ini Thomas?"
"Alice… Alice… Alice… sungguh hanya dirimu yang mengerti diriku" jawabnya
"yaaa… sepertinya pembicaraan ini sudah berakhir"
Tepat aku menyelesaikan ucapanku Thomas spontan meremas pipiku dengan cengkraman tangan kanannya. Akut tak merespon sama sekali, hanya kutatap wajahnya yang berlindang air mata. Sungguh pria yang tak bisa diandalakan menangis di depan wanita.
"KENAPA?"
"KENAPAAAA?" dia membentakku penuh emosional
Aku tak tahan lagi dengan sikap Thomas, lalu aku tampar tangannya yang mencengkram pipiku. Aku memutuskan kembali meninggalkannya di atap. Dalam tangisnya ia tersungkur, dan berteriak, "kenapa kau tak membalas perasaanku! Padahal aku selalu mencintaimu!"
"menyerahlah Thomas, sekeras apapun kau berusaha kau takkan bisa mencapaiku!"
Pertemuanku dengan Thomas berawal dari sepuluh tahun lalu.
Saat itu aku bertemu Thomas di bangku SD. Dia adalah sosok anak kecil yang sempurna, seratus kali lebih baik daripada anak kecil biasa. Aku bahkan sempat berpikir bahwa ia bisa jadi reinkarnasi dari sosok orang yang hebat, seorang tokoh masyarakat atau bahkan tokoh penting dunia.
Pemikiran Thomas sudah tajam sejak kecil. Ia mampu menyelesaikan setiap tugas yang diberikan guru dengan sempurna, dalam artian menadapat nilai A. Thomas selalu menjadi pemenang dalam bidang apapun yang dimainkan. Mungkin suatu saat dia bahkan bisa menjadi presiden atau perdana menteri.
Perhitungan super akurat, kemampuan analisis, dan membaca situasi layaknya elang yang sudah mengintai mangsa selama 21 jam, menunggu waktu yang tepat untuk menerkam, itulah dia Thomas sang elang. Semua mangsa telah ditangkapnya, hingga ia tak bisa merasakan adrenaline lagi, karena sang elang adalah lambang kebebasan itu sendiri, tak ada yang bisa lepas dari matanya.
Hingga pada suatu hari seekor kelinci menampakkan diri ke permukaan. Bagi sang elang, kelinci ini bukanlah apa-apa baginya mangsa kecil tak berdaya—tak menantang sama sekali. Si kelinci berbulu putih bersih dengan polosnya masuk ke dalam hutan sang elang. Sungguh perbuatan yang sangat lancang, sang elang bersumpah takkan membiarkan kelinci itu mati dengan mudah.
Dua puluh empat jam penuh, sang mengobeservasi lingkungan memperkirakan rute pelarian si kelinci. Dengan sangat yakin sang elang bisa menerkamnya dengan sempurna, namun kenyataannya hanya kelinci itu saja—ya kelinci itu saja yang tak berhasrat akan kematian. Hanya seinchi saja cakar sang elang sudah bisa menangkap tubuh kelinci seutuhnya. Kejadian yang tak bisa diprediksikan oleh elang terjadi, sungguh mustahil kelinci itu tak berlari dari dirinya—ia tak bergerak seinchi pun.
Pada akhirnya sang elang tak ingin memakan si kelinci putih, dia adalah sebuah anomali, kelinci cacat yang indah. "Matamu yang berwana biru menandakan kebangsawananmu tak bisa disembunyikan. Telinga panjangmu yang mampu mendengar apapun adalah sebuah anugerah, dan insting mu yang bergitu kuat pada predator adalah senjata penyelamatmu. Kaulah satu-satunya mangsa yang menentang kekuasaanku. Bahkan dengan mata dan cakar ini aku masih tak bisa menangkapmu. Aku sudah tak bisa mengepakkan sayap ini, dan bulu indahku perlahan akan rontok, dan aku hanyalah seekor burung kelaparan yang akan segera mati jika kau tak mau menyerah.
Alice siapa kau sebenarnya?"
Keberadaan Thomas di sini membuatnya semuanya menjadi jelas, ia pasti mengambil andil dalam kejadian yang menimpa di bus. Hubungannya dengan organisasi OSIS pasti memiliki tujuan tertentu sebagai pengawas berlangsungnya Quiz. Apapun yang ia rencanakan, aku tak boleh sampai terjebak dalam permainannya. Akan kuhancurleburkan dirinya hingga tak berani lagi mengusik diriku.
Usai pertemuanku dengan Thomas, aku bergegas menghampiri teman-teman yang berada di halaman depan rumah sakit. Kabar baiknya Vio selamat dari tragedi percobaan pembunuhan. Saat Vio jatuh dari lantai tiga, Mawar berhasil menangkapnya. Sang pelaku tak menyadari keberadaan Mawar yang bersembunyi balkon, dan merekam semua percakapan sang pelaku dengan Vio. Semua bukti telah didapatkan oleh Mawar, sang pelaku takkan bisa mengelak lagi.
Kami sudah menduga bahwa, Vio yang dimanfaatkan pelaku untuk menyebarkan virus di bus akan menjadi target operasi pelaku yang sebenarnya. Hal itu terbukti saat pemeriksaan di rumah sakit, si pelaku menyebarkan virus yang menyebabkan mata Vio iritasi berat. Dengan kata lain, Vio pernah bertemu dengan si pelaku sebelumnya. Oleh karena itu, pelaku yang tidak ingin identitasnya diketahui berusaha mencederai mata Vio. Orang yang bisa melakukan itu semua adalah seseorang yang paling mengetahui kebiasaan Vio, yaitu Talita teman dekatnya.
Kasus Vio telah usai, dan mereka berdua tak bisa melanjutkan ujian sehingga dipulangkan. Talita yang bertugas sebagai serigala telah terungkap oleh karena itu dia dinyatakan gagal dalam Quiz ini. Sedangkan Vio, harus menjalani rehabilitasi demi kesembuhan matanya.
Kasus ini telah menguras tenagaku, otakku menjadi lelah dan tumpul, kurasa aku membutuhkan sedikit energi. Tak lama pandanganku tertuju pada sebuah minimarket di seberang rumah sakit. Baru saja aku mau masuk, tak terduga berpapasan dengan Mawar. Aku sedikit tertawa dalam hati karena kami memiliki pemikiran yang sama.
"Ohh Alice… ke-ke-kebetulan aku punya dua ice cream coffe a-apa kau mau? Bukannya aku bermaksud memberikannya padamu, hanya saja jika kau mau boleh mengambilnya" sambil menunjukkan serangkaian snack di dalam kantong plastik
"hmm… oke aku mau kok, aku ambil satu yaa" lumayanlah dapat cemilan gratis daripada harus beli
"heeii… Alice! Ini sudah kedua kalinya kau mengkambingputihkan diriku. Apa sebenarnya tujuanmu? kenapa kau tak mau menerima penghargaan atas kerja kerasmu, malah melimpahkan padaku. Apa kau mau mempermainkanku? Aku bukan bonekamu!"
Dia mengoceh sepanjang jalan, tapi aku tak mau menggubrisnya karena ice cream coffe ini terlalu nikmat
"kenapa tidak kau sendiri yang menangkap pelaku? Malah memberiku fotonya saat di kuil?" sentak Mawar mulai kesal
Setelah kuhabiskan satu ice cream coffe pemberiannya, barulah aku menanggapi, "heeii.. apa kau mengenal seseorang yang Durkheim? aku tak dapat bekerja sendirian, aku membutuhkan orang lain untuk membagi tugasku supaya misi bisa sukses. Anggap sajalah kita ini tim bagaimana?"
Meskipun nasehat yang kukatakan ini milik orang lain, sepertinya itu bisa membuat hatinya puas. Wajahku pun terlihat dari sorot matanya yang berkaca-kaca. Mawar seakan tak percaya apa yang kukatakan, lantas memastikannya dengan memeluk bangga diriku. Dia sedikit merasa bersalah karena berbuat jahat padaku, yaa tapi aku tak memiliki dendam pada dirinya, jadi fine-fine aja.
Satu hal yang pasti dan harus aku menangkan! Terserah siapa yang melakukan check—asalkan sang raja sudah tak berkutik lagi itu artinya checkmate. Asalkan aku bukan berada di pihak yang kalah, aku tak keberatan siapapun yang meroket ke atas. Karena kebahagiaan akan menyelimuti pemenang, sedangkan kesedihan dan kepahitan akan selalu merasuki pecundang. Oleh karena itu, aku sangat menyukai coffe agar aku selalu ingat betapa pahitnya kekalahan.
Lambaian tangan sopir bus, menggugah hati kami supaya lekas naik bus, melanjutkan perjalanan. Sudah delapan jam perjalanan yang kami tempuh sejak awal keberangkatan, tak termasuk di rumah sakit. Seharusnya kami sudah harus bermuara. Perkiraanku tak salah, bus ini membawa kami pada sebuah dermaga. di sana jajaran guru termasuk Pak Rey sudah menunggu kami. Ternyata kami tiba paling akhir—akibat pemberhentian di rumah sakit. Dua bus lainnya sudah tiba terlebih dahulu dua belas jam yang lalu.
Kami tak punya waktu istirahat seperti anak lainnya, dalih waktu yang mempet dilontarkan para guru. Anak kelas C hanya tersisa tujuh orang termasuk diriku yang berhasil bertahan hingga titik ini. Aku hanya bisa menyelamatkan teman sekelas yang berada dalam satu bus denganku, untuk yang lainnya aku tak bisa apa-apa.
Kupikir begitu, ternyata tidak seburuk yang kukira. Point utama dalam Quiz ini adalah menebak siapa serigala yang bernaung dalam kerumunan domba. Kami berhasil menangkap serigala dalam bus adalah Talita dari kelas B, yang berusaha memanfaatkan Vio.
Begitu pula dengan kami di antara seluruh murid kelas C terdapat seseorang yang ditunjuk sebagai serigala yang berada di bus lain yaitu orang yang bernama Theo. Nasib serigala kelas C sama seperti serigala Talita. Kedoknya berhasil terbongkar sehingga ia tak bisa mengikuti Ujian selanjutnya. Meskipun kedok serigala kelas C terbuka ia berhasil memakan sebagian besar domba dalam bus nya. Karenanya score kelas B dan C membuahkan hasil seri.
Nasib malang menimpa kelas D, yang tak bisa menyelamatkan domba-dombanya. Seluruh domba yang satu bus dengan kelas A di sapu bersih tak tersisa. Sekarang murid kelas D hanya tersisa 5 orang itu pun yang berasal dari busku dan bus Theo. Ketidakmampuan kelas D menebak serigala dari kelas A mengakibatkan anak yang dipulangkan tak bisa melanjutkan ujian. Mau tak mau, sanggup tak sanggup 5 orang inilah yang menanggung masa depan kelas D.
Kelas A memang tak diragukan lagi kehebatannya, tak hanya kemampuan tim namun kemampuan masing-masing individu tak bisa diremehkan. Apalagi Roger yang ditunjuk menjadi serigala di kelas A, sudah mengeliminasi banyak siswa dalam busnya. Di sisi lain domba-domba kelas A yang berada di bus lain sangat minim yang bisa diseleksi dibandingkan kelas lain. Menjadi antagonis dalam ujian ini membuahkan hasil yang setimpal, kemampuan Roger yang mampu bersembunyi dalam kerumunan domba hingga akhir layak diberikan reward lencana bintang.
Namun ujian yang sebenarnya baru akan dimulai setelah ini, jika Quiz saja sudah melibatkan nyawa entah takdir apalagi yang menunggu di kapal itu.