Ternyata aku benar! Ada sesuatu yang disembunyikan secara dalam dari kedatangan dokter Sefana ke rumahku. Walau sesuap nasi telah tenggelam melalui saluran tenggorokan. Aku tidak akan berhenti mengunyah untuk yang kedua kalinya.
Rautku berubah tegang, setidaknya harus menghabiskan nasi yang baru saja dimulai. Pandanganku turun, melirik nasi milik dokter Sefana yang sama sekali belum tersentuh dari pilihannya.
"Maaf, karena kamu memaksa saya untuk mengatakan ini." Dokter dengan nadanya menunduk pilu.
Dokter Sefana menunjukkan rasa tidak hormatnya di makan meja. Dia hendak bergegas tanpa harus menyentuh makanan itu lagi.
"Hah. Dokter, nggak baik kalo nyisahin makanan ini." Aku ingin mencegah kepergiannya.
Jadi dokter pun mengurungkan niatnya untuk meninggalkan sisi meja makan. Kedua tangannya mulai cekatan memegang sendok dan garpu. Aku menarik napas lega, supaya pembahasan tadi tidak menyinggung masing-masing.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com