webnovel

Pindah Rumah

Hari ini Kirana dan Andra pindah kerumah barunya, keluarga Kirana mengantar mereka karena akan sekalian diadakan selamatan dirumah barunya tersebut. Kirana mulai memasukkan dua tas besar yang berisi pakaiannya ke dalam mobil. Sebenarnya sangat berat untuknya berpisah dengan orang tua dan juga adik - adik, tapi ia harus mengikuti suaminya. Ini juga salah satu langkah untuknya agar bisa melupakan Farhan.

Kirana masih berdiri di dalam kamar, membuka laci lemarinya, disana masih tersimpan cincin, jam dan boneka pemberian Farhan, ada juga album - album foto masa kecilnya, lalu juga ada buku tabungan bersama atas nama Kirana. Kirana tidak memakai uang itu, suatu saat ia akan mengembalikannya pada Farhan. Ia simpan semua kenangan itu di dalam pojok lemarinya. Ia tidak akan membawanya kerumah barunya. Baju - bajunya pun tidak ia bawa semua, hanya sebagian saja. Karena nanti ia pasti akan menginap dirumah orang tuanya.

"Sudah rapi semua?" Tanya Andra.

Kirana menganggukkan kepala. Ia masih melihat - lihat tiap sudut kamarnya yang menjadi saksi bisu saat ia menangis dan saat ia bahagia karena Farhan.

"Yuk jalan! Ayah, Ibu dan adik - adikmu udah nunggu dibawah." Ucap Andra. Kirana langsung keluar dari kamarnya, lalu mengunci pintunya.

Farhan menengok dari balik jendela, ia melihat Kirana sudah membawa tas - tas besar yang berisi pakaian. Kini, takkan ada Kirana lagi dihadapan rumahnya. Kirana wajib mengikuti Andra sebagai suaminya.

"Farhan!" Panggil Mama yang membuat Farhan tersentak, lalu ia langsung menoleh.

"Kamu ngeliatin siapa?" Tanya Ibu.

"Itu, sepertinya Kirana akanpindah rumah."

"Iya, betul. Mertuanya sudah menyediakan rumah untuk dia dan suaminya."

"Iya, beruntung dong Kirana nikah sama dia! Mungkin kalau nikahnya sama Farhan, harus mengontrak dulu, ga bisa langsung punya rumah."

"Sudah! Jangan membanding - bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Akan ada rejekinya masing - masing."

"Iya, Ma!"

Farhan merasa Kirana beruntung sekali berjodoh dengan Andra, ia profesinya bagus, keturunan orang berada, berasal dari keluarga yang lengkap. Pantas saja kedua orang tua Kirana menjodohkan mereka berdua, itu adalah pilihan yang tepat.

Kirana dan keluarganya masih berada dijalan, sedangkan Mamanya Andra sudah menyiapkan makanan untuk kedatangan besannya itu, ia sudah masak beberapa menu makanan yang pastinya enak untuk menjadi santapan siang mereka.

Andra adalah anak bungsu dari empat bersaudara, ketiga Kakaknya perempuan, jadi wajar saja kalau ia dekat dengan Sang Mama sampai dibuatkan rumah didekatnya. Ketiga kakaknya tinggal bersama suaminya, tempat tinggal mereka jauh dari rumah orang tua, jadi sehari - harinya, hanya Andra yang menemani kedua orang tuanya.

Kirana sudah sampai dirumah barunya, kedua adiknya terpukau melihat rumah baru kakaknya ini.

"Bagus banget Kak rumahnya! Kapan - kapan aku boleh nginep disini ya?" Ucap Fanya.

"Boleh."

"Enak banget Kak Kiran, setelah nikah langsung punya rumah!" Celetuk Rania.

Kirana hanya tertawa mendengar celotehan kedua adiknya, lalu mereka membantu Kirana melipat dan memasukkan pakaian ke dalam lemari.

Kini kedua orang tuanya sudah harus melepas putrinya untuk tinggal bersama Sang Suami, walau Kirana harus mengikuti suaminya, karena ini sebagai bakti Kirana terhadap suami.

Setelah maghrib, diadakan pengajian dirumah baru ini. Tetangga - tetangga terdekat pun turut hadir dalam pegajian rumah baru ini.

Hari sudah mulai larut, keluarga Kirana sudah kembali ke rumahnya. Hari ini cukup melelahkan, Kirana merebahkan tubuhnya di tempat tidur barunya. Andra kembali meminta haknya, ia meminta Kirana untuk melakukan kewajibannya, namun Kirana masih tetap menolaknya.

"Mau sampai kapan kamu begini?" Tanya Andra.

"Entahlah!"

"Kita sudah menikah, apapun sudah aku berikan untuk kamu! Aku cuma minta kamu melakukan kewajibanmu!"

Kirana belum ada perasaan apapun terhadap Andra, ia merasa akan percuma saja melakukan hubungan yang tak ada rasa cinta didalamnya, ia takkan bisa menikmati itu. Ia malah akan merasa jijik dengan itu semua.

"Tapi aku masih butuh waktu!" Ucapnya Kirana.

"Jangan salahkan aku jika suatu saat, aku memintanya kepada orang lain!" Andra mengancamnya.

Kirana menunduk, ia tidak bisa berkata - kata. Jika menuruti keinginan kedua orang tuanya untuk menikah dengan Andra, ia bisa. Namun untuk melakukan kewajiban yang satu itu, masih berat rasanya, karena tidak ada getaran apapun ketika dekat dengannya.

Andra memilih untuk tidur lebih dulu, ia masih sangat kecewa dengan Kirana. Kirana pun merasa lelah, namun matanya sulit untuk dipejamkan. Ia membuka gawainya, membuka aplikasi berwarna hijau, ada satu teman yang memasukkan kontaknya ke dalam grup alumni saat ia kuliah, juga terdapat kontak Farhan disana, karena dari pagi ia sibuk, jadi baru sempat membaca chat mereka di grup.

[Dion : Hai semua, apa kabar?]

[Luna : Alhmadulillah baik]

[Hafiz : Gw baik]

[Dion : Guys, kita ketemuan yuk! Udah lama banget nih ga kumpul]

[Sarah : Yuk kapan ya?]

[Rafi : ayoo...]

[Dion : kalau bulan depan, gimana?]

[Farhan : Boleh]

[Yura : Kapan dan dimana ketemuannya?]

[Ghea : Iya nih, gw kangen sama kalian semua]

[Daffa : Sama, gw juga kangen sama lo, Ghea]

[Ghea : Idih...]

[Luna : Kirana kemana ya?]

[Yura : Mungkin lagi sibuk.]

[Dion : Guys, nanti gw kabarin lagi ya tanggalnya untuk kita ketemuan, semoga pada bisa]

[Sarah : Oke]

[Rafi : Siap]

Setelah membaca percakapan mereka, Kirana menutup gawainya. Ia kembali mengingat saat - saat kuliah, dimana dari semester pertama, hingga semester akhir ia selalu bersama Farhan, berangkat dan pulang kuliah bersama, dikampus duduk berdekatan, jika ada tugas pun dikerjakan bersama. Kirana tidak merasa bosan sedikitpun dengan Farhan. Teman - teman mereka sudah mengetahui kalau mereka pacaran, makanya tidak ada cowok yang berani mendekati Kirana. Menurut Kirana, bayang - bayang Farhan samoai kapanpun akan terus menyelimuti dirinya.

***

Kirana membuka mata, ia melihat tidak Andra disampingnya, ia melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi, tadi setelah sholat subuh ia melanjutkan tidurnya. Kirana melihat dimeja samping tempat tidur, ada sebuah kertas kecil bertuliskan [Sayang, aku sudah berangkat ke Klinik ya, maaf aku ga pamit sama kamu, kerena kamu pulas sekali tidurnya, aku ga mau ganggu tidur kamu, sampai ketemu nanti. Oh ya, udah aku siapin nasi goreng untuk sarapan kamu]

"Kiran!" Panggil Mama Mertua, lalu ia membuka pintu kamar Kirana. Kirana pun kaget karena ia masih berselimut.

"Iya, Ma!"

"Kok kamu baru bangun sih? Suami udah berangkat, kamu ga tau kan?"

Kirana langsung bangkit dan merapikan tempat tidurnya, "Iya, tadi aku masih tidur!"

"Jangan tidur terus! Libur kerja tapi tidur terus!" Sembur Mama Mertuanya.

Kirana terdiam, ia mulai tersinggung dengan perkataan Mama Mertuanya. Ia langsung beranjak ke kamar mandi yang berada didalam kamarnya, ia menyalakan shower untuk menyiram tubuhnya, ia menangis didalam kamar mandi. Bangun siang saat libur kerja masih menjadi kebiasaannya yang harus ia ubah. Baru beberapa hari tinggal dirumah ini, ia merasa tidak betah, ia rindu berada dirumah orang tuanya.