webnovel

PENGAKUAN CINTA

"Terimakasih banyak" ucap Senja dengan lirih. Mata mereka masih beradu pandang. Detik berikutnya Zidan berdeham dan mengalihkan pandangannya.

"Arum memang terobsesi sama Arga sejak lama. Dan mereka juga terkenal sebagai pasangan yang serasi di kampus" jelas Zidan sambil menatap lurus ke depan.

"Beberapa bulan yang lalu, Arga juga dirumorkan dekat dengan seseorang dari jurusan hukum. Dan saat itu Arum juga melakukan hal sama seperti yang dia lakukan padamu" Zidan memberi jeda dan menghela nafas beratnya.

"Jadi, gue mohon Sen. Lo jaga diri baik-baik. Arum bakalan nekat nyakitin kamu. Kamu harus bilang sama Arga. Biar dia bisa jaga kamu" ucap Zidan tulus.

Senja sedang berjalan menuju kelas. Pipinya sudah lebih baik setelah dikompres Zidan. Senja sangat berterima kasih pada Zidan yang telah menyelamatkannya dari Arum. Senja tidak bisa membayangkan bagaimana tadi jika tidak ada Zidan.

Setelah sampai di depan kelasnya, Senja terkejut melihat Arga yang sudah berdiri menatap dirinya. Arga berjalan mendekati Senja. Menelisik setiap inci wajah cantik Senja. Arga menghembuskan nafas kasarnya.

"Kamu diapakan sama Arum hmm?" tanya Arga sangat lembut sambil memegang kedua sisi pipinya. Pertanyaan Arga ini malah semakin membuat matanya terasa panas. Dia ingin menangis sekarang. Tidak peduli di depan Arga bahkan di depan teman-temannya. Rasanya ada yang menyesakkan di dada.

Arga menarik tangan Senja dan membawanya ke dalam pelukan. Senja sudah terisak di dalam pelukan Arga. Arga menenangkan dengan mengusap lembut punggung Senja. Beberapa kali Arga menarik nafas dan menghembuskannya kasar. Hatinya sama sakitnya seperti Senja. Melihat gadis yang dicintainya disakiti oleh orang lain, membuat hati Arga terasa sesak. Mereka sudah tidak peduli menjadi tontonan mahasiswa lain yang berada di dalam kelas.

Setelah dirasa Senja sedikit tenang, Arga melepas pelukannya dan mengusap air mata Senja dengan lembut.

"Maaf ya. Ini semua salahku. Aku minta maaf" ucap Arga merasa bersalah. Senja hanya menggelengkan kepalanya lemah. Dia sudah sangat capek karena banyak menangis hari ini.

"Saya mau ke kelas" jawab Senja menghiraukan permintaan maaf Arga. Arga tidak bisa menahan kepergian Senja.

"Nanti kita pulang bersama. Tunggu aku, nanti aku ke sini" ucap Arga menatap Senja yang berjalan menjauhinya.

Senja dan Arga sedang dalam perjalanan pulang. Sesuai dengan janji Arga tadi, mereka pulang bersama. Tidak ada perbincangan di antara mereka. Masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Saat sampai di depan rumah, bukannya berhenti, Arga malah menambah kecepatan mobilnya. Senja mendelik ke arah Arga yang berada di sampingnya hendak protes.

"Ada hal penting yang harus aku bicarakan". Arga berbicara tanpa bisa ditolak. Arga membawa mobilnya ke pantai yang waktu itu.

Mereka sedang duduk di tepi pantai, menikmati matahari yang sebentar lagi terbenam. Sunset hari ini sangat indah. Apa karena kita menikmatinya bersama dengan orang yang kita cintai. Batin Senja.

Sunset beradu dengan deburan ombak dan pasir putih menambah suasana romantis di sore ini. Arga duduk di samping Senja yang sibuk membetulkan rambutnya yang tertiup angin. Dari samping sini, terlihat seluet wajah cantik Senja. Hidung mancung dan bibir tipis yang menampilkan senyum indahnya yang beberapa saat lalu telah hilang.

"Senyam senyum sendiri kamu" kata Arga menatap Senja dari samping disertai senyum menawan. Senja malu dipandang seperti itu.

"Apa tidak boleh?" tanya Senja pura-pura merajuk. Arga hanya bisa tertawa lepas melihat tingkah Senja yang menurutnya lucu.

"Boleh. Kalau senyumnya di depanku. Kalau di depan orang lain dilarang" jawab Arga mode serius. Senja kelabakan. Tidak mengerti maksud perkataan Arga.

"Sen. Kamu itu cantik. Luar dalam. Parasmu dan kepribadianmu. Pasti banyak laki-laki di luar sana yang mengagumimu" ucap Arga pelan namun terdengar tegas. Matanya menatap Senja yang juga sedang menatapnya.

"Kamu itu terlalu istimewa untuk dimiliki Sen. Kamu itu memang harus dilindungi dan dijaga". Arga memberi jeda dan mengambil tarikan nafas yang dalam.

"Benar kata Zidan. Aku tidak bisa memiliki kamu karena telah gagal melindungi dan menjaga kamu Sen" lanjut Arga. Kini tangannya meraih tangan Senja untuk di genggam.

"Jadi, aku mohon sama kamu Sen. Beri aku satu kesempatan buat bisa melindungi kamu Sen. Karena aku sayang sama kamu". Senja tidak bisa menjawab. Lidahnya terasa kelu dan tubuhnya sedikit kaku. Ini seperti tidak nyata. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Di tariknya tangan itu dari genggaman Arga. Membuat Arga sedikit kecewa.

"Kenapa Sen?" tanya Arga pada Senja yang terlihat bingung.

"Ehmm..ini kak. Saya tidak bisa" jawab Senja ragu-ragu. Mencoba menutupi perasaannya.

"Apa karena Arum?" tanya Arga menyelidik. Senja hanya diam menunduk. Arga mengusap wajahnya kasar.

"Aku tidak ada hubungan apapun dengan Arum. Dia memang dari dulu seperti itu. Sangat terobsesi padaku. Kamu tenang saja. Aku bakalan melindungi kamu dari Arum. Setelah Zidan memberi tahuku tentang kejadian tadi, aku langsung menemui Arum dan membuat perhitungan dengannya. Kamu percaya sama aku. Aku bakal menjaga kamu Sen" ujar Arga panjang lebar sambil menatap sendu wajah Senja.

"Arum tidak akan berani melakukan hal keji seperti tadi Sen. Percaya sama aku" lanjut Arga menggenggam tangan Senja.

"Beri saya kesempatan satu kali saja Sen" ucap Arga pelan.

Senja menatap jauh ke depan. Matahari sudah sepenuhnya terbenam. Hanya menyisakan cahaya orange di langit petangnya. Setelah terdiam cukup lama. Akhirnya Senja memberanikan diri mengutarakan perasaannya kepada Arga. Dan senja sore ini sebagai saksinya.

"Saya tidak bisa menolak jika itu kak Arga. Sekeras apapun aku menghindar, hati ini tetap ingin dekat sama kak Arga. Aku tidak tahu sejak kapan hal itu terjadi. Tapi yang pasti, saya ingin memberi kak Arga satu kesempatan itu" ucap Senja tanpa menoleh kepada Arga.

"Terima kasih Sen, karena telah percaya" ujar Arga lembut mengusap pipi Senja.

"Tapi saya ingin merahasiakan ini dari teman-teman di kampus kak. Saya tidak ingin, kak Arum semakin membenciku" pinta Senja. Arga sedikit tidak setuju dengan permintaan Senja. Bagaimanapun Arga ingin menjalani hubungan tanpa harus kucing-kucingan dengan teman-temannya. Namun Arga bisa memahami perasaan Senja.

Setelah mengutarakan perasaan masing-masing, akhirnya Senja dan Arga pulang ke rumah. Sebelum pulang, mereka menyempatkan untuk sholat bareng di sebuah masjid. Semakin hari, Senja mulai terbiasa dengan suara Arga yang memimpinnya berdoa. Yang tentu saja membuat hatinya selalu berdetak lebih cepat.

Hari ini adalah hari bersejarah bagi Senja. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia menerima seorang pria untuk menjaga dan melindunginya. Senja berharap, Arga benar-benar tulus padanya. Dan Senja berharap cinta pertamanya ini akan menjadi cinta selamanya. Hingga nanti entah sampai kapan. Yang jelas Senja sangat mencintai cinta pertamanya ini.