webnovel

Terkejut

Erick merogoh saku celana yang ia kenakan, lalu membuka lebar satu tangan pria dihadapannya dan meletakan tangannya di atas tangan pria itu.

"Kamu ambil uang ini, kasih saya waktu tiga hari untuk angkat kaki dari rumah ini."

Alisha sangat tidak percaya dengan apa yang sudah dikatakan suaminya. Apakah mereka akan angkat kaki dari rumah ini? Tapi kenapa, apa alasannya dan ada kenapa sehingga mereka harus angkat kaki dari rumah perjuangan mereka sendiri?

Mata Alisha terus berbinar air mata tak menyangka akan semua yang ia dengar. Namun kali ini Alisha berusaha menahan semua pertanyaan-pertanyaan itu untuk menjaga perasaan sang Anak.

Pria dihadapan Erick menghitung uang yang tadi diberikan. "Baik, setelah tiga hari saya mau anda sudah angkat kaki dari rumah ini, dan saya datang ke sini sudah tidak ada siapa-siapa."

"Saya setuju, sekarang anda boleh pergi..." Erick mempersilahkan mereka berdua untuk pergi dari rumahnya. Karena kali ini Erick benar-benar pusing dan tidak mau mencari ribut dengan orang lain. Erick dengan susah payahnya menahan amarah, emosi, kesal yang semuanya berkecambuk menjadi satu.

Setelah dua pria itu pergi. Alisha membelai kepala Arsen dengan sayang. "Nak kamu masuk ke dalam ya, Mamah mau ngomong sebentar sama Papah, kamu jangan khawatir semuanya sudah beres kok."

Arsen dengan polosnya menganggukan kepala tanpa adanya beban dipikiran. "Iya Mah."

Alisha menatap Arsen pergi masuk ke dalam rumah. Ia berjalan dengan perlahan mendekati suaminya sembari menundukkan kepala.

"Pah..."

Ujar Alisha lirih seusai menyadari bahwa suaminya sedang pusing kali ini. Erick menatap berat kedua mata Alisha istrinya itu.

"Maaf Alisha... Saya sudah gagal menjadi suami dan Ayah yang terbaik buat kamu dan Arsen anak kita."

Deg...

Alisha masih belum membuka suara apa-apa tetapi dirinya harus mendengar kata berat secara langsung dari suaminya, yang tentu saja Alisha langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Tidak Pah, kamu tidak gagal, bagiku dan Arsen, kamu sudah yang paling terbaik di dunia ini..."

"Tapi ada apa dengan semua ini? Kenapa dua pria tadi mengotot kita harus angkat kaki dari rumah kita?" Alisha menatap serius ke arah Erick, berharap agar sang suami mengatakan semuanya kepadanya.

Meskipun Alisha sangat tau jika itu sangat berat buat Erick mengatakannya sekarang. Tetapi Alisha juga butuh jawaban pasti dari suami.

"Kita masuk dulu, nanti saya ceritakan semuanya." Erick mengajak sang istri masuk ke dalam rumah untuk membicarakan masalah ini bersama sang istri.

Meskipun kali ini Erick dilanda oleh api kemarahan tetapi ia bisa memadamkan api itu dihadapan istrinya. Erick harus bisa menahan semua itu untuk tidak menyakiti hati istrinya.

Erick membawa Alisha masuk ke dalam rumah. Menyuruh duduk di salah satu sofa. Setelah mereka duduk, Erick menarik nafas dalam-dalam agar bisa lebih tenang.

Alisha sejak tadi sudah sangat penasaran. Ia menatap ke arah suaminya untuk memastikan bahwa semuanya memang baik-baik saja, tapi....

"Kita bangkrut!!"

Sontak mata Alisha membulat sempurna, rasa tak percaya menjular disetiap tubuhnya. Bagaimana bisa, suaminya adalah seorang pengusaha yang hebat dan berjaya. Lalu kenapa bisa tiba-tiba bangkrut seperti ini?

"Ini tidak mungkin!!"

"Bagaimana bisa!!"

Alisha menggelengkan kepala seraya tak percaya dengan barusan ia dengar. Tak kuasa sebening air mata keluar dari pelupuknya.

Erick tahu bahwa sang istri tidak akan percaya kepadanya mengenai semua ini. Tetapi Erick sendiri juga tidak bisa melakukan apa-apa lagi untuk mempertahankan perusahaan yang sejak dulu ia bangun susah payah.

"Aku harap semuanya ini bohong, Pah, Mamah gak percaya dengan semua ini." Alisha menatap Erick penuh pengharapan.

"Tolong! Katakan bahwa semua ini hanya candaan Papah saja..." Alisha menggoyangkan kedua pundak Erick dengan kedua tangan halusnya.

Namun Erick terdiam seribu bahasa, tak dapat lagi mengatakan sepatah kata pun saat itu juga. Sebab hatinya juga sudah hancur lebur dan tak tau lagi apa yang harus dia lakukan.

Pusing, resah, bingung semuanya menjadi satu. Erick sudah tidak tahu lagi akan membawa kemana keluarganya sekarang. Uangnya sudah habis tak tersisa.

"Pah..."

Alisha memanggil dengan suara sedikit lirih sehingga mampu menggoyangkan hati Erick untuk melirik ke arah Alisha meskipun dengan pandangan berat.

"Tolong katakan bahwa semua ini hanya bohong!!" Kali ini Alisha mengeluarkan suaranya dengan penuh tekanan.

Berharap agar Erick memberikan jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan itu. Tetapi...

"Tidak Alisha, itu semuanya benar."

Deg...

Jantung Alisha benar-benar merasakan sakit yang luar biasa. Alisha sangat terkejut, sampai akhirnya ia merasakan sesak yang sangat luar biasa dari dalam jantungnya. Ia memegangi dadanya dan seketika.

Bruk!

"ALISHA...." Erick sangat terkejut melihat tubuh Alisha yang tiba-tiba saja ambruk itu.

Maka dengan sigap Erick langsung menopang badan Alisha di dalam dekapannya.

"ARSEN!!" Erick berteriak memanggil sang buah hati. Ia tau bahwa Arsen ada di dalam kamarnya.

Anak kecil laki-laki itu berjalan tergesa-gesa seusai mendengar panggilan dari Papahnya. Menuruni anak tangga dengan hati-hati.

"Mamah kenapa Pah?" Mata Arsen langsung tersorot pada wanita paruh baya dalam dekapan Papahnya.

"Kita harus bawa Mamah kamu ke rumah sakit, ayo cepat!" Erick langsung keluar dari dalam rumah dan disusul oleh Arsen berlari dibelakangnya.

Erick meletakan tubuh istrinya itu dijok belakang mobil dan disanding oleh Arsen. Sedangkan Erick ia yang menyetir mobil sendiri.

"Mah bangun, Mah...." Arsen anak kecil polos tak tau apa-apa itu terus menggoyangkan tubuh Mamahnya agar Alisha cepat tersadar.

Namun usahanya nihil. Alisha sama sekali tidak membuka matanya sedikit pun. Maka Arsen menyaksikan semua itu hanya bisa menangis di dalam mobil. Ia tak kuasa melihat sang Mamah terus terpejam seperti ini.

Erick melirik sekilas ke atas kaca mobil, melihat keadaan di belakang sana. Hatinya kembali goyah melihat Arsen menangis sesenggukan.

"Kamu yang kuat, Alisha, sebentar lagi kita akan sampai," batin Erick terus mengendari mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.

Tin... Tin...

Semua mobil-mobil yang menghalangi jalannya tak segan-segan Erick mengklakson itu semua agar semuanya minggir, semua itu ia lakukan demi sang istri.

Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Erivk langsung masuk ke dalam rumah sakit tanpa memikirkan Arsen dan Alisha yang masih berada di dalam mobil.

"Suster!! Cepat tolong istri saya yang ada di dalam mobil." Erick memberhentikan seorang suster yang membawa ranjang dorong baru keluar dari sebuah ruangan.

"Baik Pak!" Suster itu langsung menurut laku berjalan menuju ke arah mobil Erick. Seketika itu para suster itu memindahkan tubuh Alisha ke atas ranjang dorong.

Selepas itu mereka membawa ke ruangan UGD untuk penanganan lanjut.

"Maaf Pak, Bapak dan Adek tunggu di luar saja." Saat masuk ke dalam ruangan. Salah satu suster melarang Erick dan Arsen masuk ke dalam.

"Baik Suster, tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya."

"Kami usahakan.."

Bersambung....