webnovel

Segel Cinta Zayyan

Zayyan Daviandra Arjuna atau yang akrab dipanggil Zayyan adalah siswa tampan yang paling populer sekolahnya. Namun begitu, tidak berlaku bagi siswi cantik dengan sejuta prestasi bernama Anindhita Fazila (Dhita). Keduanya tidak pernah satu pemikiran dalam hal apapun baik akademis ataupun non akademis, ada saja bahan untuk saling menyerang satu sama lain dan hal itu sudah menjadi rahasia umum. Dan sialnya, mereka terjebak dalam satu hubungan yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya di karenakan janjinya Dhita yang akan memacari lelaki tangguh yang menolong adiknya dari sekelompok preman kampung yang ingin memerasnya beberapa waktu lalu. “Gue terima,” jawab Zayyan dengan wajah tengilnya. Ternyata dia lah lelaki tangguh yang tanpa sengaja telah menolong adek kesayangannya Dhita. Seisi aula tempat pertemuan siswa siswi baru seketika menjadi riuh, mereka bersorak sorai dan bersiul girang. Nggak ada akhlak! Dhita tau lelaki tangguh itu satu sekolah dengannya karena penuturan sang adik yang menggebu-gebu. Dan karena itulah adiknya mau satu sekolah dengannya,itu karena adiknya terlalu mengidolakan sang penolong. Nggak di sangka lelaki itu musuh bebuyutannya. “Kapan gue nembak lo?!” kesal Dhita yang di abaikan Zayyan. Apa tujuan Zayyan pada Dhita sebenarnya? Bagaimana nasib hubungan mereka? Stop atau lanjut? Temukan kisah penuh canda tawa dan airmata dalam novel ‘Segel Cinta Zayyan’ Dijamin buat ngakak dan baper parah.

worldside_11 · วัยรุ่น
Not enough ratings
426 Chs

Saran Buruk Dari Anjani

Zayyan tidak menemukan siapapun di kantin padahal beberapa saat yang lalu Dhita dan Gilang ada di sana.

"Secepat itu?" sambil mengernyitkan alisnya Zayyan menatap tajam kearah kantin.

Karena tidak menemukan siapapun di kantin Zayyan kembali ke lapangan dan memperhatikan sekali lagi kerumunan di sana, tapi sepertinya apa yang ia cari tidak ada di sana jadi ia membuka ponselnya dan menulis sebuah pesan.

'Lo gak ikut Daffa ke sekolah?' tulis Zayyan, setelah itu ia kembali ketempat Farrel dan Yuda yang sedang duduk dengan santai di kursi panjang depan lapangan.

"Lo nyari apaan Za?" tanya Yuda yang dari tadi bingung melihat Zayyan mondar mandir seperti sedang mencari sesuatu.

"Nyari apaan? gua gak sedang nyari apa apa," jawab Zayyan dengan alis bertaut.

"Udah dulu kali sibuknya, nyantai dulu lah! makanan udah di beli masa dianggurin!" tambah Farrel, dari tadi ia sibuk menyantap keripik kentang dalam kemasan yang ia beli di supermarket tadi.

"Punya gue lo makan ya?" Zayyan baru aja mau ngambil snack yang ia beli, tapi udah gak ada di dalam bungkusan.

"Lu beli apa emang tadi?" tanya Farrel.

"Gue beli keripik kentang juga, sama kayak punya lo!" sambil mengerutkan alisnya Zayyan menjawab.

"Lah bukannya dua duanya itu punya gue?" sahut Farrel terkejut.

"Itu keripik kentang kedua yang lo makan kan?" Yuda menahan tawanya.

Dia udah liat tadi pas Farrel udah ngabisin satu bungkus keripik kentang itu dia buka satu lagi dan itu seharusnya punya Zayyan tapi Farrel gak sadar.

Yaa karena udah terlanjur dibuka dia diam ajalah!

"Ya Ampun Farrel! lo emang parah banget Rel! yaudah gue ambil ini aja!" Zayyan geleng geleng kepala, tapi mau gimana lagi orang jajanannya udah habis kemakan sama Farrel.

Jadinya dia ambil aja\ sebungkus wafer coklat yang ada di dalam bungkusan supermarket itu sebagai gantinya.

"Yah yah! jangan yang itu juga dong Za! Favorit gue itu!" jajan yang di ambil Zayyan sumpah enak banget! gak mungkin dong dia ngasih itu untuk gantiin keripik kentang Zayyan.

"Gak mau tau gue! Lo aja ambil jajanan Favorit gue!" tanpa mengindahkan larangan Farrel Zayyan langsung mengoyak bingkisan wafer coklat itu dan menggigitnya dengan santai.

Seketika Farrel merasa hancur karena jajanan favoritnya dimakan oleh sahabatnya sendiri!

Saat menikmati wafer coklat milik Farrel dan memperhatikan para siswa yang satu persatu dipanggil ke dalam ruangan, ponsel hpnya tiba tiba bergetar tanda ada whatsapp masuk.

Dhita : Iya tadi gue ikut, tapi sekarang lagi di rumah Anjani nih.

Zayyan melihat isi chat itu dari balon notifikasi, jadi centang 2 yang ada dipesan Dhita tidak akan berubah menjadi biru karena ia tidak berniat langsung membalasnya sekarang.

Setelah melihat isi chat itu Zayyan kembali menutup hpnya dan menyimpannya kembali ke dalam saku celananya.

*****

Di tempat lain Dhita dengan wajah kesalnya duduk di atas kursi rotan yang ditempatkan di pinggir kolam renang sambil menggenggam hpnya.

"Jujur gue gak nyangka Gilang bakal ngomong kayak gitu ke lo," kata Anjani yang duduk dibawah sambil merendam kakinya di kolam.

"Sumpah demi apapun tu orang ngeselin banget hari ini! jadi tambah ilfil gue sama dia!" marah, kesal, dongkol dan lainnya udah nyampur jadi satu di dalam kepalanya Dhita saat ini.

"Tapi gue salut sih pas lo bilang kalau Zayyan gak pernah jelek jelekin orang dari belakang, kesannya kayak lo lagi memuji tu orang." Anjani sedikit tersenyum saat mengatakan itu.

"Memang bener kan? lo ingat gak waktu itu di kantin Zayyan sama Farrel ngomongin kalau Zayyan sempat ketemuan sama Gilang malam malam?" Dhita bertanya.

"Emang pernah ya? kayaknya gue gak inget deh!" Anjani menggaruk rambutnya, ia mencoba mengingat ingat apa yang Dhita maksudkan tapi ia tidak mengingat apapun yang berkaitan dengan itu.

Entah dia ada mendengar percakapan itu juga atau tidak, yang pasti ia tidak mengingatnya!

"Isss pernah lohh! waktu itu gue kan duduk di belakang Zayyan jadi gak sengaja dengerin obrolan mereka.

Waktu itu Farrel sempat nanyain keadaan Zayyan padahal Zayyan gak kenapa kenapa....." Dhita menceritakan apa yang ia dengar saat ia menguping obrolan Zayyan dan Farrel sebelum akhirnya dikacaukan oleh Yuda.

"Jadi mereka sempat ketemuan? dan itu gara gara lo?" Anjani membelalakkan mata seolah ia tidak percaya dengan apa yang baru aja diceritakan Dhita padanya.

"Ya gue gak tau detailnya, tapi yang gue denger Zayyan jawabnya gitu." Dhita mengedikkan bahu. Sampai saat ini ia masih belum menanyakan yang sebenarnya sama mereka berdua jadi ya dia gak tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Jadi luka di tangan Gilang waktu itu? gara gara berantem sama Zayyan?" dari cerita Dhita, dia ingat kalau tangan Gilang memang pernah terbalut perban minggu lalu.

"Kayaknya bukan gara gara itu deh, karena Zayyan gak ada luka dikitpun! dan dia bilang ke Farrel juga mereka gak sampai lima menit jumpanya terus Zayyan langsung balik!"

"Kenapa lo gak coba nanya langsung aja sih? kan pas banget tadi lo Cuma berdua dengan Gilang di kantin, pasti jujur dong dia kalau lo tanya soal malam itu."

sayang banget kan? coba tadi Dhita tanya langsung kan mereka bisa tau detailnya gimana.

"Udah ah itu gak penting sekarang! yang sedang gue pikirkan saat ini gimana caranya biar Gilang gak ngejar ngejar gue lagi dan menjauh dari kehidupan gue! gak nyaman tau diginiin sama dia!" jawab Dhita.

Dhita bukan tipe cewek yang terlalu suka berinteraksi dengan cowok cowok dan itu terbukti dengan status jomblonya yang begitu lama sebelum akhirnya tragedi di aula itu terjadi.

Bahkan ia dikenal jutek dengan cowok sama teman teman dan adik kelasnya jadi itu sudah cukup untuk menggambarkan sikapnya dengan cowok cowok di sekitarnya.

Jadi wajar saja kalau ia merasa gak nyaman kalau ada cowok yang ngejar ngejar dia apalagi sampai bersikap frontal seperti yang dilakukan Gilang tadi.

"Lo mau dia berhenti ngejar ngejar lo?" ucap Anjani, terlihat sedikit senyum licik dibibirnya.

"Iya! lo kasi saran kek gimana caranya,"

"Kayaknya gue punya!"

Mendengar itu Dhita seketika bangkit dari kursinya dan turun kebawah mendekati Anjani.

"Seriusan? apa coba gue mau dengar saran dari lo!" semangat banget ni Dhita dengerin saran dari Anjani

"Pertahanin hubungan lo sama Zayyan, jangan putus dan kalau bisa akur dikit deh!" jawab Anjani, jujur pas ngomong gini dia waspada banget takut Dhita tiba tiba emosi dan dorong dia kedalam kolam.

Tapi ternyata reaksi Dhita diluar dugaan, ia sama sekali gak terlihat marah! ya walaupun dia tetep kesel sih denger saran itu.

"Lo masih temen gue gak sih? bisa bisanya ngasih saran yang gak menguntungkan banget, kaya gak ada yang lain aja!" wajahnya udah cemberut tuh, kecewa dengan saran yang diberikan sahabatnya.

Padahal dia udah berekspektasi tinggi tadi.