"Gue gak mau sekitar ini, cari tempat lain aja"
"Ih mentang-mentang sekolah Lo bagus gitu? Gue juga pengen nyicip makanan anak sekolah elit dong"
Wari menarik tangan Zhizi sambil menyusuri nama-nama cafe. Kondisi Zhizi seolah seperti anak kecil yang diseret sekarang.
Akhirnya Wari memilih cafe terdekat yang menarik perhatiannya. Tangannya masih menggenggam Pergelangan Zhizi sampai mereka duduk didalam Cafe.
"Anak SMK sama SMA memang beda yah" ucap Wari
"Apa bedanya coba"
"Penghuninya"
Pegawai cafe datang menghampiri meja membawa daftar menu. Rata-rata pekerja cafe seperti ini masih anak muda yang umurnya tidak jauh dari mereka.
"Ini daftar menunya "
Wari mengambil daftar menu dari tangan perempuan pegawai cafe.
"Lo apa?" Tanya Wari pada Zhizi
"Terserah"
"Gak usah jadi cewek kalo dekat gue, jijik banget euhhh" ucap Wari sambil bertingkah merinding
"Ih ngapain juga gue jaim sama Lo, jijik! Wih" balas Zhizi menirukan gaya Wari sebelumnya. Mereka tidak sadar dari awal siswa Altha yang mengenal Zhizi memperhatikan mereka sejak masuk tadi. Belum lagi pegawai yang masih didekat mereka.
Saat Zhizi tersadar akan keberadaan pegawai perempuan itu dia berdehem karena malu.
"Yaudah samain aja sama Lo" ucap Zhizi
Wari mengangkat bahunya sambil mengangguk, dia segera berbincang dengan sang pegawai mengenai pesanannya. Selera makan Zhizi dengan Wari sama jadi Zhizi tidak ragu menyamakan menu mereka.
Mereka duduk dimeja sudut dan Wari menghadap kedalam ruangan sedangkan Zhizi mentok hanya melihat Wari dan dinding. Wari bisa merasakan beberapa tatap mata melihatnya apalagi para cewek. Dan percayalah dia semakin merasa ganteng sekarang.
"Wah... Image gue turun sekarang"
"Hah?" Ucap Zhizi kebingunan.
Minum mereka datang sebelum makanan dan Zhizi langsung menyambar minuman itu menunggu jawaban dari Wari.
"Image gue bener-bener rusak, ckckc" geleng Wari sambil berusaha terlihat frustasi dengan elegan
"Apasih gaje banget Lo. Mau gua gampar disini?" Gerutu Zhizi yang memang tidak pernah bisa sabar menghadapi adiknya.
"Lo kan tahu adek Lo ini good looking nya parah. Sampe anak sekolah Lo ngeliatin gue dan dugaan gue mereka ngira Lo itu pacar gue. Lo untung dikirain begitu tapi gue rugi dikiran punya pacar bentukan.... " Ucapan Wari terhenti seolah menatap jijik dan meggidikkan bahu nya setelah melihat Zhizi
"Sabar ya Allah.... Lagi didepan umum" batin Zhizi
Dilain tempat ada Aina, dan Roy yang sedang berada di apartemen markas mereka. Sedangkan Ayi sedang keluar membeli makanan.
"Udah siap?" Tanya Aina melihat Roy yang mengotak-atik komputer
"Udah" balas Roy yang menunggu KTP keluar dari cetakan print khusus itu. Sebuah KTP asli tapi palsu sudah ada digenggamnya. Bahkan KTP itu masih terasa hangat karena baru keluar dari mesin printer. Roy berjalan mendekati sofa tempat Aina duduk.
"Nih, Lo aja yang kasih ke Ivan"
"Kok gue sih?"
"Lo tahu sedekat apa gue sama Lucas. Meski dia gak tahu pekerjaan kita ini entah kenapa gue ngerasa gak mau ngasih kartu kejahatan ini sama teman dia yang lain secara langsung"
"Terus?"
"Yah Lo kan gak ada ganjal diantara pihak manapun kan?"
Aina menatap sinis Roy dan menarik KTP Ivan dengan cepat. Ia kembali dengan kegiatannya sambil bermain ponsel.
"Ayi lama banget, duh laper gue" gerutu Roy dan pergi berbaring ke sofa seberang Aina.
Disebuah ruangan rumah sakit seorang laki-laki berseragam sekolah sedang asik menonton TV sambil memakan sate tusuk dipangkuannya. Hari ini dia terlihat cuek dan tidak terlalu banyak bicara. Meski sifat aslinya memang seperti itu tapi dia benar-benar terlihat dalam mood yang buruk.
"Kamu kenapa sih kayak lagi bete" ibu Lidya sang mama akhirnya angkat bicara
"Gak ada kok mah" balasnya sambil melihat sekilas. Ia kembali menonton sinetron yang ada di siaran Indosiar. Padahal setahu mamanya dia anti akan sinetron.
"Oh iya kata dokter keadaan mama membaik, mama bisa rawat berjalan sekarang"
"Hah?!" Ucap Lucas terkejut
"Jadi kamu gak perlu sering kesini karna nanti mama bakalan dirumah. Sesekali kerumah sakit sama kakakmu"
"Terus kapan Lucas jumpa sama mama?"
"Kamu kan bisa berkunjung sesekali kerumah"
Lucas terdiam, jika ibunya dirumah sakit itu berarti keadaan ibunya parah tapi untungnya dia bisa berlama-lama dan bermalam bersama sang mama. Jika ibunya pulang ke rumah yang ditinggali bersama kakaknya dia hanya bisa berkunjung. Sang ayah tidak mengizinkan nya sering dan tinggal bersama sang ibu. Ada sebuah perjanjian antara Lucas dan ayahnya.
"Kalo nanti mau pulang kabari Lucas ma. Biar Lucas ngebantu beberes dan ikut kerumah bentar"
"Iya pasti nanti kakakmu nge hubungin"
Lucas mengangguk dan melirik jam tangannya. Ia segera beranjak dari sana dan mengambil barang-barangnya.
"Lucas balik asrama dulu yah ma"
Lucas pun berlalu dari rumah sakit menuju asramanya. Banyak tugas sekolah yang menumpuk sekarang.
"Bagi gue dong" ucap Wari melihat makanan Zhizi masih ada. Mereka belum beranjak dari sana karena asik makan sambil bermain hp. Alhasil mereka jadi lupa waktu.
"Gak" balas Zhizi tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel.
Dengan cepat dan tiba-tiba Wari menyambar mie Zhizi dengan garpu nya.
"Ih, ih kan...! Gue masih mau Lo kan punya mie sendiri. Makanya makanan itu dikunyah dulu baru ditelan" Omel Zhizi berusaha melindungi mie-nya yang masih selamat dari serangan garpu Wari. Dia langsung meletakkan ponselnya dan menghabiskan makanannya dengan cepat.
"Kayaknya waktu Allah ngebagiin ke feminiman untuk cewek Lo gak kebagian yah" ucap Wari melihat cara makan dan mulut Zhizi yang penuh.
"Dan waktu Allah nge bagiin Akhlak Lo gak kebagian"
"Biarin, tapi otak gue jenius"
Mereka akhirnya memutuskan beranjak dari sana setelah Zhizi menghabiskan makanannya. Orang yang harus membayar tagihannya disini adalah Zhizi. Setelah menyelesaikan pembayaran mereka keluar dari sana dan cafe juga sudah mulai sepi dan berganti pengunjung.
"Dah? Selesai urusan jajan Lo kan? Gue cabut" ucap Zhizi
"Ih bentar dulu, gue ikut sampe gerbang terus cariin gue taksi"
"Hah? Sejak kapak Lo sok manja sama gue??"
"Dih.... Males banget sok manja sama Lo. Huek..... Dah lah yok Cepat"
Mereka berdua berjalan menuju gerbang utama sekolah Zhizi. Awalnya Mereka hanya saling diam sampai Wari kembali berbicara.
"Kak"
Senyum Zhizi tiba-tiba datang mendengar panggilan khas Wari, bukan senyum bahagia melainkan senyum menggelikan
"Yah, ada apa adekku sayang...."
"Kok Lo tumben gak pulang, udah ada pacar Lo yah sampe betah diasrama"
"Yakali gue punya pacar, iyasih gue punya pacar.... Tugas sekolah adalah pacar gue" ucap Zhizi dengan santai
"Oh.... Gue kira...."
"Apa?"
"Eh itu ada taksi cepat berhenti'in"
Wari berusaha mencari pengalihan pembicaraan dan tepat sekali dengan taksi yang lewat. Terlihat aneh memang sampai yang harus memanggil taksi itu Zhizi padahal Wari bisa langsung menstop nya.
"Dah gue balik yah, kalo jajan Lo habis Ngadu ke gue aja. Nanti gue kasih tau papa"
"Njir lah sok belagu lo"
"Dadah...." Ucap Wari dengan gaya yang sedikit ia kemayukan. Ia segera masuk kebangku depan dan menutup pintunya. Taksi pun berlalu sedangkan Zhizi masih menatap kepergian adiknya.
"Kayaknya yang paling ngerti gue dirumah itu Wari" batin Zhizi
Ia berbalik memasuki pekarangan daerah sekolah menuju asrama, sampai sebuah suara kendaraan yang sudah ia kenal terdengar mendekat dari belakangnya.
"Lucas?, Tumben gak nyapa aku"
Yah, sudah lama semenjak mereka saling kenal setiap Lucas melihat Zhizi dia selalu menyapa sekedar memanggil nama dan berlalu begiti saja. Sudah dua minggu sapaan itu tak absen jika mereka bersua, saat Lucas tidak menyapa seperti ini tentu saja Zhizi merasa ada sedikit aneh.
"Tapi... emangnya aku siapa? Ahaha.,... Goblok memang. Lebih baik aku belajar"
.
.
.
.
~Jangan lupa mengundi dan beri komentar yah❤️~