Meski dikatakan di dalam hutan Yin, namun nyatanya rumah penempa tua Fang masih berada di area 'Luar' hutan Yin karena area yang dikatakan 'Dalam' hutan Yin tidaklah mudah ditemukan oleh orang biasa, meski begitu warga biasa dilarang melintasi daerah yang sudah diberi penghalang. Hanya para kultivator yang boleh atau bisa dikatakan 'Mampu' untuk menghadapi hal-hal didalam hutan Yin. Paling tidak, jika kultivator tingkat menengah bisa keluar dari dalam hutan Yin, itu pertanda bahwa sebuah usaha dalam peningkatan kultivasinya telah tercapai.
"Yang Mulia, semua persiapan untuk berburu sudah selesai. Kita bisa berangkat kapanpun" ucap Weiheng pada Chunyin.
"Baiklah. Kita akan berangkat setelah aku bersiap" ucap Chunyin.
"Yang Mulia, anda yakin mau berburu di hutan Yin sekarang?"
"Ya" jawab Chunyin dengan singkat lalu pergi bersiap. Ia dan kultivator seperti Weiheng dan Wenhua tentu tau jika waktu berburu yang dimaksud adalah untuk meningkatkan kekuatan atau mengasah kemampuan yang sudah ada. Tapi saat mengingat tingkat kultivasi kaisar Li yang tinggi, kedua penjaga pribadinya itu tentu tau jika saat ini bukanlah waktu yang pas untuk berburu karena saat ini hanya akan ada monster-monster lemah sehingga tidak akan bisa dijadikan bahan pengasah kemampuan kaisar Li. Seharusnya Chunyin menunggu waktu yang pas dimana monster tingkat tinggi keluar.
Waktu yang tidak pas itu membuat Weiheng dan Wenhua sedikit berfikir jika tindakan tuan mereka agak aneh, tapi yang pasti tak ada yang tau rencana Chunyin.
"Hari ini seharusnya waktu kaisar Feng pergi berburu ... naga" gumam Chunyin. Ia tidak terlalu ingat sebenarnya tentang perburuan naga itu. Apakah itu dari novelnya atah dari ingatan masa lalunya. Meski begitu, ia yakin jika kaisar Feng akan datang untuk berburu naga. Ya. Naga.
"Aku akan mengambil kesempatan untuk mengambil kembali liontin giok itu" fikir Chunyin. Itu adalah rencana utamanya berburu hari ini. Rencana lainnya adalah tentang naga yang diburunya di masa lalu. Karena lupa, ia jadi ingin tau kembali. Alasannya berburu naga hari ini.
"Saat itu ... kenapa aku bisa berburu naga? Dan untuk apa aku memburunya?" Fikirnya lagi bertanya-tanya.
"Ayo berangkat!" Ucap Chunyin sembari menaiki kudanya.
Di sepanjang perjalanan, Chunyin sibuk dengan memikirkan kemungkinan berbagai hal yang akan terjadi, tentu saja didukung oleh ingatan-ingatan masa lalunya yang meski masih sedikit berantakan.
"Kalau tidak salah ... perburuan naga itu masih berkaitan dengan hal yang ada di danau giok saat itu" secara otomatis ingatan Chunyin mengingat kembali kejadian di danau giok saat ia dan Xiang'er-nya ditarik oleh bayangan naga misterius.
"Benar juga ... apa yang terjadi di danau giok masih belum kuketahui" batinnya.
"Yang Mulia, apakah anda mau mengambil pedang anda dulu?" Tanya Wenhua begitu mereka sampai di depan jalan masuk menuju hutan yin.
"Ya. Biar aku dan weiheng saja. Kau tunggulah disini"
"Baik, Yang Mulia!"
Chunyin pun pergi untuk mengambil pedang yang ia pesan khusus untuk perburuan hari ini. Meski ia sendiri masih tidak percaya jika yang membuat pedang pesanannya adalah gurunya sendiri. Chunyin masih cukup terkejut saat tau jika semua pedang milik kaisar Li dibuat khusus oleh guru Fang sendiri. Jadi ia pun harus mengambilnya di tempat guru Fang menempa pedang itu.
"Guru. Aku datang untuk mengambil pedang-"
"Kalau begitu aku akan kembali lagi besok, tuan Fang-"
Kedua manik mata itu kini saling bertemu lagi.
"Xiang'er ..." batin Chunyin. Ia tak percaya akan bertemu dengan sosok yang selalu ia rindukan itu sekarang. Bahkan An Jia Li sendiri tak pernah terpikirkan akan bertemu dengan sosok yang selalu membuat hatinya dalam kondisi gelisah itu.
"Yang Mulia ..." perasaan bahagia muncul kepermukaan sehingga tanpa sadar An Jia Li membuat ekspresi bahagia di wajahnya.
"Yang Mulia Li, sebuah kehormatan dapat bertemu dengan anda lagi" ucap An Jia Li dengan riang.
Chunyin pun tak dapat menahan senyumannya "senang bertemu denganmu lagi. Apa yang sedang kau lakukan disini?"
Deg!
Raut wajah bahagia An Jia Li seketika memudar. Ia baru ingat tentang tusuk rambut yang hancur itu, dan saat ini ia bahkan sedang berhadapan dengan sosok yang memberikan tusuk rambut itu padanya.
"Tusuk rambutnya!. Aku tidak mungkin memberitaukan tentang hal itu pada Yang Mulia Li!. Bagaimana ini?!. Apa yang harus kukatakan?!"
Saat itulah sosok penempa Fang yang sebenarnya adalah guru Li Xi datang dengan sambil membawa pedang yang dipesan muridnya sendiri itu. Penatua Fang menghela nafas sebelum akhirnya memecah fokus An Jia Li yang tengan bingung. Tentu saja kedatangan penatua Fang membuat An Jia Li semakin panik karena ia takut jika penatua Fang akan mengatakan jika sosok gadis pelayan itu datang untuk memperbaiki tusuk rambut yang hancur.
"Ini pedang anda, Yang Mulia"
"Oh. Terimakasih guru"
"Gu-guru?!" An Jia Li semakin panik ketika mendengar hal itu. Otaknya semakin bekerja keras sehingga urat-urat di kepalanya terasa berdenyut begitu keras memikirkan apa yang tengah terjadi dan apa yang akan terjadi.
"Yang Mulia, aku sudah katakan. Di tempat ini, aku hanyalah seorang penempa. Tidak baik kau memanggilku dengan sebutan guru" jelas penatua Fang yang nampaknya juga memberikan sebuah isyarat.
"Nona, sebaiknya kau kembali lagi besok. Aku akan mengerjakan pesananmu dan amu janji, besok akan selesai" ucap penempa Fang pada An Jia Li sembari memgantarnya menuju pintu keluar dan berbincang berbisik, "kau tenang saja. Aku tidak akan mengatakan tentang tusuk rambut perak itu pada Yang Mulia demi kedamaian kedua kerajaan"
An Jia Li tidak tau harus berkata apa, jadi ia hanya mengangguk paham lalu pergi dengan membawa sedikit kecewa karena ia harus berpisah begitu cepat dengan Chunyin.
"Padahal baru saja bertemu, tapi aku harus pergi ..."
"Tunggu!" Tanpa diduga, Chunyin sudah berada di belakang An Jia Li dengan setengah berlari. "Apa kau akan kembali?" Tanya Chunyin yang juga harus merasa kecewa karena pertemuannya dengan Xiang'er-nya harus sangat singkat.
"Ya-Ya. Aku harus kembali sekarang, Yang Mulia. Tugasku di kekaisaran masih banyak"
"Apa aku bisa mengantarmu?"
"Eh?!. Ta-tapi, Yang Mulia ... aku ... aku hanya seorang pelayan-"
"Biarkan aku mengantarmu. Hanya sampai depan. Ya?" Potong Chunyin yang nampaknya tidak sabaran. Ia selalu bertindak sangat cepat jika hal itu menyangkut Xiang'er-nya, apalagi di kehidupannya yang sekarang. Sesingkat apapun, ia harus menggunakan waktu dengan baik meski hanya mendapatkan sedikit kesempatan berbicara dengan Xiang'er-nya.
An Jia Li terkejut saat Chunyin sudah menggenggam tangannya sehingga ia tidak menolak ucapan Chunyin dan mereka pun berjalan bersama keluar hutan Yin.
Untuk sesaat suasana diantara keduanya berada dalam keheningan, sampai akhirnya An Jia Li memecah keheningan itu dengan bertanya. Ia sendiri penasaran dengan apa yang dilakukan seorang kaisar Li di gubuk penempa tua itu, terlebih penempa itu dipanggil guru olehnya.
"Oh aku ingat!. Pantas saja aku merasa tidak asing dengan karakter penempa Fang itu. Semua itu karena aku pernah membaca tentang guru kaisar Li di novel!" Fikir An Jia Li yang akhirnya ingat.
"Yang Mulia, jika boleh tau. Apa yang sedang anda lakukan disini?"
"Aku mau berburu kedalam hutan Yin"
"Berburu?!" An Jia Li terkejut karena ia baru saja ingat tentang isi novel yang ia baca "seharusnya ini adalah waktu berburu kaisar Feng juga kan?!" Batinnya.
"Kalau tidak salah, di novel dikatakan jika kaisar Feng akan berburu naga kepala tiga!. Ah aku baru ingat, tentang naga kepala tiga yang dikatakan paman penebang pohon dan penempa Fang sebelumnya!"
"Yang Mulia, benar-benar akan berburu di hutan Yin?" Ucap An Jia Li lagi memastikan jika hal yang ia dengar sebelumnya tidaklah salah.
"Ya. Kedalam hutan Yin. Kenapa?, kau sepertinya memiliki pertanyaan lagi?. Tanyakan saja, tidak perlu sungkan"
"Be-benarkah?"
"Ya. Mungkin kau ingin bertanya apa yang ingin kuburu hari ini?"
"Ah bu-bukan!. tidak sopan aku menanyakan apa yang akan anda buru. Aku hanya ... itu. Mungkin Yang Mulia sudah mendengarnya ..."
"Mendengar apa?"
"Te-tentang naga di sungai tiga jalur. Itu berbahaya, jadi ... jadi ... semoga Yang Mulia dapat berburu dengan lancar!" An Jia Li mendadak bingung hendak mengatakan apa, padahal ia hanya ingin mengatakan agar kaisar Li itu berhati-hati dengan naga yang akan muncul. Naga yang di dalam kisah novel akan membuat kaisar Feng terluka.
"Kau mengkhawatirkanku ya?. Terimakasih ... aku akan hati-hati"
Keduanya kembali hening sampai di ujung jalan.
"Aku hanya bisa mengantarmu sampai disini"
"Itu sudah lebih dari cukup. Terimakasih Yang Mulia"
An Jia Li nampak mencari sesuatu di ikat pinggangnya dan mengambil sebuah kantung kecil berwarna merah dengan sulaman bunga teratai berwarna putih disana.
"Yang Mulia, jika anda mau. Bawalah ini bersama anda sebagai jimat keberuntungan!" Jelas An Jia Li. Ia sendiri sedikit merasa aneh karena seharusnya di dalam novel tokoh Xiang Lian memberikan jimat itu pada kaisar Feng, tapi An Jia Li justru memberikannya pada tokoh kaisar Li.
"Ini ..." Chunyin terkejut dalam diam dan ia tak dapat melepaskan senyumannya sejak menerima kantung kecil itu, bahkan setelah dalam perburuan, Chunyin tak dapat lepas dari kantung kecil yang terus ia genggam di tangannya. Sesekali ia mencium kantung kecil itu "bahkan wanginya masih sama" gumam Chunyin yang merasakan nostalgia ketika mencium aroma cendana yang lembut dan khas dari kantung kecil itu.
"Yang Mulia, nampaknya kaisar Feng juga tengah berburu disana" lapor Weiheng.
"Ada apa sebenarnya?. Kenapa kaisar Feng juga berburu di saat seperti ini?" Batin Wenhua.
"Oh. Sungguh kebetulan. Kalau begitu, aku bisa berburu bersama dengannya dan melihat siapa yang mendalatkan buruan paling banyak" ucap Chunyin yang sejak awal sudah merencanakan hal itu jika bertemu dengan kaisar Feng.
"Baiklah kakak Jiang Yi. Mari kita berburu bersama" batin Chunyin. Tentu saja rencana itu hanyalah sebagai jalan pembuka sebelum akhirnya ia mengambil celah untuk mengambil kembali liontin giok bulan miliknya.
Tak hanya itu. Chunyin bahkan sudah ingat tentang perburuan hari ini berkat An Jia Li yang memberikan momen yang sama seperti masa lalunya ketika akan berburu.
"Terimakasih atas jimat keberuntungan yang kau berikan, Xiang'er"