webnovel

Nonton bioskop

Raditya berpikir keras bagaimana caranya menolak ajakan Rembulan. Dia tidak akan nyaman berada disana bersama Ari. Tetapi dia juga ingin bertemu perempuan itu, melihatnya walau hanya sebentar karena besok pagi-pagi sekali dia sudah harus pergi, terbang ke suatu tempat untuk syuting iklan dan beberapa acara off air yang sudah dijadwalkan sang manajer untuknya.

"Maaf aku nggak bisa, hari ini aku ada acara setelah pemotretan.Mungkin lain kali." Raditya mendengar Rembulan mendesah. Tunggu ! Dia mengharapkan kehadiranku?

Tanpa sadar Raditya menarik garis bibirnya, membentuk senyuman. Venita yang mendadak hadir membawa minuman untuk Raditya tertegun melihatnya, " Senyummu...manis sekali."

Raditya hanya melihat sekilas kehadiran Venita. Perempuan ini menjadi seperti sebuah bayang-bayang, namun dia tidak merasa terlindungi, yang dia rasakan Venita adalah bayang-bayang yang mengganggu.

***

Rembulan memakai baju dengan tergesa, dia memilih atasan berwarna hijau tosca dengan rok selutut berwarna coklat muda, dipinggangnya diberi aksen ikat pinggang berwarna coklat tua. Rambutnya sudah ditata rapi, dan make up-nya terlihat sempurna. Hanya sapuan tipis di wajah.

Dia ingin saat Bang Ari menjemput, dia sudah siap, karena Rembulan tidak suka orang lain menunggu dirinya.

Rembulan mendengar suara pintu diketuk, dia bergegas membuka pintu dan lelaki itu berdiri disitu dengan tangan yang dibenamkan di dalam kantong celana dan senyumnya yang mengembang. Penampilannya terlihat santai, dengan sweater lengan panjang berwarna putih, bergaris-garis biru dan celana denim berwarna biru. Rembulan menyukainya.

Pergi berdua dengan Bang Ari, apalagi ke bioskop mengingatkan Rembulan dengan masa lalunya. Bedanya dulu mereka naik motor, sekarang mereka naik mobil. Dulu Rembulan akan memeluk pinggang Ari erat, menempelkan kepalanya dipunggung Ari, terkadang dia harus mendekatkan kepalanya sampai ke leher Ari agar bisa mendengar apa yang Ari katakan. Karena suara Ari akan tenggelam bersama angin yang berhembus.

Kadang kala Ari akan menggoda Rembulan dengan banyolan konyol dan tanpa sadar Rembulan akan mencubit pinggang Ari. Dan laki-laki itu membuktikan dirinya adalah laki-laki tangguh dengan tidak pernah mengeluh saat merasakan cubitan Rembulan.

Dulu mereka nonton bioskop dengan sembunyi-sembunyi. Rembulan harus mengarang beribu alasan kepada mama agar tidak mencari dirinya. Dari mulai belajar kelompok ( alasan klise ), mencari bahan tugas, sampai ditraktir teman ulang tahun. Mama tidak terlalu suka kalau Rembulan pergi berdua dengan Ari. Namun mama tidak pernah mengemukakan alasannya.

Padahal kalau pergi berdua dengan Ari, biasanya mereka hanya menonton bioskop atau sekedar makan ice cream dan kentang goreng. Rembulan paling suka saat Ari memegang tangannya ketika berjalan bersama dan itu tidak mungkin dilakukan di rumah. Rembulan suka saat Ari menyelipkan sebagian rambutnya yang menjuntai menutupi mata di belakang telinga lalu tiba-tiba mencium keningnya. Kalau di rumah Rembulan, Ari akan melakukan itu saat mereka berada di teras dan mereka yakin mama akan berdiam di dalam kamar.

Kali ini, bisa duduk disamping Ari tanpa perlu takut-takut seperti dulu ternyata tidak menimbulkan sensasi apapun dalam diri Rembulan. Dia seperti pergi berdua saja dengan teman-teman cowoknya, yang kadang datang menghampiri ke rumah dan mengajaknya keluar. Terasa biasa saja. Atau memang hatinya tidak akan pernah kembali untuk Ari.

***

Venita menggandeng tangan Raditya. Raut wajahnya terlihat sumringah.

Raditya yang menutupi wajahnya dengan masker hanya bisa tersenyum sinis dibalik maskernya. Dia tidak tega menepis tangan Venita. Selain karena soal hati juga soal etika. Dia tidak ingin Venita malu kalau Raditya memaksa melepaskan tangannya.

Ada beberapa wartawan yang bisa jadi memergoki mereka. Raditya lebih memilih menutupi wajahnya saja, agar tidak jadi bulan-bulanan berita gosip. Terus terang dia lelah dengan segala berita gosip selebriti. Dia lebih suka mereka memberitakan tentang prestasinya, filmnya, karirnya daripada berita tentang perempuan-perempuan yang dekat dengannya, kisah cintanya atau segala sensasi yang kadang kala sengaja dihembuskan lalu dibesar-besarkan agar terlihat wah. Dia tidak suka dikenal dengan semua itu. Memang itu bisa mendongkrak namanya, dia akan terus eksis di jagat dunia hiburan, tapi itu tidak akan bertahan lama. Lagipula apa bagusnya kalau dia lebih dikenal dengan berita gosip yang tidak jelas.

***

Venita memilih tempat duduk nomer dua dari belakang. Raditya tidak mempermasalahkan soal pemilihan tempat duduk ini. Dia hanya merasa tidak nyaman saat Venita terus menggenggam tangannya. Raditya menunggu lampu dimatikan untuk menarik tangannya.

Apa enaknya nonton bioskop sambil berpegangan tangan? Mungkin kalau perempuan yang duduk disampingnya ini kekasihnya, dia akan senang-senang saja. Tapi biasanya dia tidak pernah begitu. Menurut Raditya, ke bioskop adalah untuk menonton, dia tidak suka melakukan aktivitas fisik seperti skinship atau berciuman.

Beberapa deret dari tempat duduknya, dia melihat Rembulan berjalan bersama Ari. Mereka memilih dibarisan agak depan. Sungguh suatu kebetulan mereka bisa berada di tempat dan waktu yang sama secara bersamaan, dan Raditya membencinya.

Rembulan memandang Ari sambil tersenyum. Raditya melihat Ari meletakkan telapak tangannya di punggung Rembulan. Ingin rasanya Raditya beranjak pergi tidak perlu menonton lagi. Venita yang melihat kehadiran Ari, langsung berbisik pada Raditya, "Itu Bang Ari kan?Nanti kita samperin ya?"

Raditya menggeleng, "Nggak usahlah, mungkin mereka setelah ini punya acara lain." Raditya ingat soal makan malam itu.

"Eh, kayaknya aku kenal cewek itu? Oh, tetangga kamu kan?Yang pernah jalan bareng kamu kan?" Raditya mengangguk.

"Wah, ternyata boleh juga nih cewek bisa dapetin Bang Ari." Venita manggut-manggut, tersenyum tipis, matanya lekat melihat kearah Rembulan dan Ari yang sedang berbisik-bisik. Sungguh, bukan pemandangan yang menyenangkan untuk Raditya.

Saat kepala mereka berdua saling berdekatan, tersenyum atau berbisik-bisik, Raditya harus menekan perasaan cemburu. Untunglah tak lama kemudian lampu dipadamkan, sosok mereka berdua tidak terlihat jelas. Namun Raditya sudah tidak bisa berkonsentrasi dengan film yang ditontonnya. Matanya sesekali melihat ke arah Rembulan dan Ari, dan dia harus bertahan selama dua jam ke depan dengan pemandangan itu.

***

Rembulan dan Ari sama-sama penyuka film bergenre thriller, menegangkan tapi bukan horor. Rembulan tidak suka film horor. Selain film bergenre thriller dia juga menyukai komedi dan drama romantis. Namun Ari tidak suka film drama romantis.

Dulu kalau adegan sedikit menegangkan, Rembulan akan memegang tangan Ari, atau menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Ari. Biasanya Ari akan tertawa kecil melihat tingkah Rembulan. Kadang Ari mengacak-acak rambutnya atau mencubit pipinya gemas. "Udah tau penakut, malah pilih film kayak gini."

"Seru Bang!" Dia akan tersenyum malu-malu kalau Ari mulai meledek.

Namun kali ini dia harus menahan hasratnya memegang tangan Ari atau bersembunyi dibalik punggung Ari. Laki-laki itu berbisik ditelinganya, "Kalau mau memegang tanganku atau bersembunyi seperti dulu nggak apa-apa kok ,Lan. Aku nggak keberatan."

Rembulan hanya tertawa, dia merasa malu Ari tahu yang dia pikirkan.

Saat adegannya benar-benar menegangkan tanpa sadar Rembulan menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Ari. Setelah itu Ari menarik kepala Rembulan lalu meletakkan kepalanya di bahu Ari. " Begini saja, kalau takut pegang tanganku. Sayang sekali kalau setiap adegan menegangkan kamu harus bersembunyi. Justru itu bagian yang seru." Ari mengacak-acak rambut Rembulan, lalu mengarahkan matanya lagi ke layar.