webnovel

PROLOG

Aku Satrio. Aku adalah seorang anak yang dipungut oleh keluarga Handoko Wijaya. Keluaraga tersebut adalah keluarga yang sangat kaya raya. Keluarga terpandang dan sangat terhormat. Tentu saja dengan keadaan yang seperti itu, siapa yang tidak mau menjadi bagian dari keluarga Handoko.

Berita dipilihnya aku sebagai anak dari Pak Handoko dan istrinya, Bu Verona, adalah berita yang paling membahagiakan untukku. Ya, itu pikiran polosku saat itu. Saat aku masih berusia sepuluh tahun. Tetapi sebenarnya, berita itu adalah awal dari seluruh kesialan yang akan menimpa hidupku.

Saat aku menginjakan kaki di rumah mewah keluarga Pak Handoko, disanalah aku dikenalkan dengan anak perempuannya yang masih berusia enam tahun. Dia bernama Tiara, dia adalah anak yang sangat lucu waktu itu. Dan saat itu jugalah aku merasa bangga, karena aku menjadi anak pertama dari keluarga konglomerat tersebut.

Tetapi, rasa banggaku tidak berlangsung lama. Benar namaku memang sudah berganti menjadi Satrio Andhika Wijaya, Pak Handoko dan Bu Verona dikenal sebagai orang tuaku. Namun itu semua palsu. Mereka menganggapku anak saat di depan media masa saja. Diluar itu, aku diperlakukan sebagai sampah. Bahkan, anjing peliharaannya saja memiliki nasib yang jauh lebih baik dibandingkan nasibku sendiri.

Percayalah, kehidupanku di rumah mewah ini jauh lebih menderita dibanding kehidupan tersulitku di panti asuhan. Aku diperlakukan layaknya kuli tenaga kasar. Padahal saat itu, usiaku belum beranjak dari sebelas tahun.

Mencuci mobil, membersihkan kamar mandi, membersihkan kandang anjing adalah tugas yang harus aku lakukan setiap harinya. Makananku pun sama dengan makanan pembantu di rumah ini, yaitu makanan sisa.

Untuk sekolah, mereka tidak menyekolahkanku di sekolah umum. Melainkan, home schooling. Dengan guru yang luar bias kasar, yang tidak segan memukul dan menghajarku. Bahkan, guru itu memiliki panggilan sayang untukku 'budak kurang ajar.' Manis bukan?

Berbeda dengan Tiara, yang memang anak kandung mereka. Tiara adalah anak yang paling beruntung di dunia ini. Dia mendapatkan semuanya. Semua yang dia mau dan semua yang dia inginkan selalu disediakan oleh Pak Handoko dan Bu Verona. Bahkan, Tiara pun tidak pernah mencuci piringnya sendiri.

🦇🦇🦇🦇🦇

Rasa iriku pada Tiara terus ku pendam dan ku pupuk dengan rajin sampai saat ini. Sampai usiaku menginjak delapan belas tahun. Ya, itu terus kulakukan sebab selama delapan tahun aku tinggal disini hidupku tidak pernah berubah sama sekali. Selalu menderita dan selalu disiksa.

Apalagi setiap teman-teman Tiara datang ke rumah, mereka tidak pernah memandangku sebagai kakak Tiara. Mereka hanya memandangku sebagai pembantu dekil penghuni rumah ini. Hatiku semakin memanas, saat Tiara bercerita tentang keberhasilannya dalam sekolah. Intinya, kebahagian Tiara telah menjadi kesedihanku.

Aku memang semakin tidak menyukai keluarga ini. Selain sering semena-mena terhadap para pembantu, mereka juga sering bersikap kasar kepada orang-orang yang kelas ekonominya dibawah mereka. Dan itu benar-benar membuatku muak.

Aku yakin sebenci apapun aku terhadap keluarga ini, aku tidak akan menyakiti mereka. Ya, itu pemikiran awalku. Tetapi semua berubah, saat aku tahu namaku yang adalah nama yang digunakan mereka untuk menumpuk kekayaannya.

Para pemegang saham utama hanya akan memberikan sahamnya pada keluarga yang memiliki penerus laki-laki. Dan penerus laki-laki dari keluarga ini adalah aku. Meskipun aku hanya anak angkat, tetapi dunia tidak mengetahui itu. Lagipula di berkas-berkas penting Pak Handoko, hanya namakulah yang ditunjuk sebagai pewaris. Namaku Satrio Wijaya.

Ini sama juga artinya mereka melakukan pesugihan tapi tidak memberikan sesajen. Ya benar, mereka menggunakan namaku untuk semakin kaya tetapi mereka sama sekali tidak pernah menghargai aku yang dimanfaatkaannya. Tentu saja aku berontak. Aku pasti akan memberontak. Aku harus membalas perbuatan mereka. Apapun itu.

Aku pun berfikir keras, apa yang harus aku perbuat untuk membalas mereka. Sampai akhirnya, kudapati Tiara yang sedang tertidur di kamarnya. Saat itu pintu kamar Tiara memang sedikit terbuka. Dan disana aku melihat adik angkatku yang tidur dengan menggunakan hot pants berwarna merah muda. Kulihat pahanya begitu mulus juga sangat menggoda serta buah dadanya yang sudah tumbuh mekal. Tentu saja, ini akan menjadi pembalasan yang mengairahkan.

BERSAMBUNG...