webnovel

DIA YANG PERNAH ADA

Halo!" Kuangkat ponselku dengan nada emosi.

"Halo Rio. Ini aku Pryta. Kau tidak rindu padaku? Aku sudah berada di depan pintu rumahmu."

~oo0oo~

Pryta adalah partnerku. Maksudku, partner yang lebih intim. Partner dalam urusan ranjang. Tahukan apa maksudku? Dia adalah wanita yang biasa aku gunakan untuk melepas hasratku. Ya, sebenarnya bukan hanya dia saja yang pernah berurusan ranjang denganku. Ada banyak. Banyak sekali. Hanya saja, Prytalah yang lebih sering melayaniku. Itu karena dia benar-benar menggairahkan. Pesona dan kecantikannya benar-benar susah untuk ditolak oleh kaum pria. Termasuk aku.

Tapi itu dulu. Ya, sekitar satu tahun yang lalu. Atau mungkin lebih. Sebab, berita terakhir yang kudengar tentangnya adalah dia pergi ke luar negeri dengan kekasihnya. Pahamlah, wanita seperti Pryta kekasihnya adalah suami orang. Atau panggilan halusnya adalah simpanan orang. Oke! yang jadi pertayaan, kenapa dia ada di depan rumahku? Kenapa dia menemuiku?

"Aku putus dengan pacarku." Ucapnya ketika dia sudah duduk nyaman di sofa empukku.

"Lalu?"

"Apa kau tidak rindu padaku, Rio?" Pryta mendekatiku dengan wajah yang sangat menggoda. "Apa sekarang kau punya mainan baru? Padahal aku selalu merindukanmu. Merindukan aktivitas kita." Dia semakin dekat denganku. Bahkan, parfumnya sudah bisa kucium dan langsung merangsang hormon kelelakianku.

Bibir kami sangat dekat. Bahkan, jari-jari lentik Pryta telah berhasil menggelitik nafsuku sedemikian rupa. "Tidak mungkin aku melupakan aktivitas kita, Pryta. Kau selalu yang terhebat." Rayuanku.

Ciuman panas antara kami pun terjadi. Tubuhku dengan kasar di dorongnya agar berbaring di sofa. Kemudian dengan cepat dia berada di atasku serta melanjutkan aktivitas yang lebih panas.

Saat Pryta menikmati dada ku yang sudah tidak berlapis pakaian, saat itu pula lah aku merasa ada seseorang yang menjambak rambut Pryta dengan kasar.

"Aaa...SAKITTT!" Teriakan kesakitan Pryta menyadarkanku, bahwa Tiara adalah pelakunya.

"Pergi kau dari rumahku, JALANG!" Suara Tiara benar-benar menakutkan.

~OOoOO~

Selama hampir dua puluh sembilan tahun aku hidup di dunia ini, ini adalah pertama kalinya aku melihat amarah dari seorang Tiara. Dia terlihat sangat menakutkan. Tepat di depanku dia melayangkan berberapa tamparan serta cacian pada Pryta. Aku hanya bisa mematung, tanpa bisa melakukan apapun. Sebab, pikiranku masih ada diantara percaya dan tidak percaya.

"CUKUP TIARA!" Bentakku saat aku menyadari bahwa pandangan di depanku adalah kenyataan. "Kau telah menyakitinya! Biarkan dia pergi_"

"Kau membelanya?" Tiara menatapku sinis. "Oh jelas kau membelanya, karena kau juga pasti sama kotornyakan dengan dia!"

"Pryta cepat pergi dari sini!" Aku mengabaikan amarah Tiara dan menyuruh Pryta pergi. Aku takut, dia akan mendapatkan tamparan lagi dari Tiara.

Pryta pun segera berlari keluar dari rumah ini.

"Aku belum selesai denganmu JALANG!" Tiara hendak mengejar Pryta. Namun aku menahan tangannya. "Lepaskan! Lepaskan aku. BERHENTI KAU JALANG!"

"Stop Tiara!"

"PLLAAAAK!" Tanpa kusadari tangan Tiara telah berhasil menamparku dengan kerasnya.

"Kau memang brengsek, Satrio! Kau memang laki-laki bajingan! Kau telah menghina Papaku, tapi kau jauh lebih menjijikan darinya. Kau sangat murahan. Kau benar-benar laki-laki yang tidak punya kehormatan_"

"DIAM KAU!" Aku mulai meradang. "Asal kau tahu, aku memang lelaki brengsek dan bajingan. Aku juga sudah meniduri banyak wanita yang jauh lebih cantik dan lebih menggoda daripada dirimu! Dan kau juga harus tahu! Mereka semua normal! Tidak ada yang manja dan bersikap aneh seperti dirimu. Mereka tidak pernah memiliki banyak permintaan. Mereka tidak ada yang sombong seperti dirimu. Padahal kau dan mereka adalah sama. Sama-sama seorang pelacur yang jalang!"

Tiara seperti terkejut dengan ucapanku. Dia seperti akan menangis. "Oh...oke. Oke. Baik. Baik kalau kau menganggapku seperti itu! Tapi satu hal yang harus kau tahu, Satrio! Jika bukan karena perbuatanmu yang menodaiku, aku pasti tidak akan sekotor ini. Benar, meskipun hanya kau satu-satunya pria yang menyentuhku, tapi aku memang merasa lebih kotor dan lebih menjijikan dibanding jalang manapun. Aku membecimu, Satrio! Aku kecewa denganmu!"

Tiara pergi ke kamarnya dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya.

~oo0oo~

Sudah tiga hari berlalu semenjak kejadian itu. Semenjak itu pula, aku tidak pernah berbicara dengannya. Aku tidak pernah menemuinya. Aku selalu pulang larut dan berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari Tiara.

Kebetulan pula, urusan kantorku sedang berada di puncak waktu tersibuknya. Dalam sehari, aku nyaris melakukan rapat hampir tiga sampai lima kali. Sisi baiknya adalah aku tidak perlu memikirkan makanan untuk mengisi perutkku. Sebab, setiap rapat aku selalu mendapatkan konsumsi. Mungkin itulah sebabnya, kenapa permusuhanku dengan Tiara kali ini cukup lama.

Sebenarnya, aku ingin segera mengobrol dengannya. Tapi aku takut. Aku takut jika dia masih marah padaku. Aku akui, kata-kataku yang aku lemparkan pada Tiara adalah kata-kata yang kasar, bahkan ada hinaan disana. Namun, itu aku lakukan karena aku emosi. Dia menamparku serta menyakiti Pryta, aku rasa itu adalah hal yang keterlaluan. Tiara terlalu berlebihan.

Jujur, aku sama sekali tidak peduli jika dia bersikap manja padaku. Bahkan aku terhibur dengan sikap anehnya. Hanya saja, kejadian kemarin telah membuatku takut dengan Tiara. Entah takut karena apa. Sedangkan aku sangat benci rasa takut. Sehingga, aku mengeluarkan kata-kata tidak layak padanya untuk mengusir rasa takutku, sekaligus membuat Tiara takut padaku. Sekarang inilah akhirnya.

Kusandarkan kepalaku pada punggung kursi. Ku hembuskan nafasku dengan sangat kasar. Sebenarnya, aku juga merasa sepi karena pertengkaran ini. Namun sungguh, aku tidak tahu bagaimana cara mengakhirinya. Karena sepertinya, Tiara pun terlihat tidak mau meminta maaf padaku. Jadi, kenapa aku harus berdamai dengannya.

Ponselku bergetar, lagi-lagi sebuah telepon dari nomer yang tidak dikenal. Serius! Hari ini aku sangat malas berurusan dengan orang asing. Jadi, aku abaikan saja teriakan ponselku.

Aku pikir ponselku akan segera berhenti berdering, ternyata tidak. Ini adalah panggilan ke lima kalinya dari nomer yang sama. Akhirnya, aku menyerah. Ku angkat ponselku dengan perasaan yang sangat jengkel.

"Halo? Ini siapa?"

"Halo apakah ini dengan mas Satrio?"

"Iya benar. Anda siapa?"

"Ini saya Pak Rt mas. Itu, mbak Tiara pingsan. Tadi dia pingsan di depan warungnya Mbak Tari saat_tut..tut." Kututup sambungan dari Pak Rt dan segera aku menuju rumah untuk melihat keadaan Tiara.

Bersambung....

Hei! Maaf ya telat update....

Gimana udah beli ebooknya sebuah noda, belum? sebab, Sebuah noda akan diposting disini sampai bab 15. Jadi buruan beli...

judulnya sama kok 'SEBUAH NODA' terbitan 'QUEENCY PUBLISHER'...

Terimakasih ya sudah meluang waktu buat membaca, memberi vote dan ngasih koment...

Love you all. MUAAAACCCHHH.....