Aroma kopi instan menguar dari pantry, menarik perhatian Dhaiva yang kebetulan melintas sepulang dari minimarket depan. Menilik sekilas, rupanya Iqbaal disana, mengaduk kopi sembari mengapit iPadnya tanpa khawatir jatuh. Astaga, benar-benar tidak sayang barang mahal.
"Bang Iqbaal!" sapa Dhaiva kemudian, mendekat ke pantry.
"Eh Va? Dari mana Lo?"
"Beli kopi juga di minimarket. Kok kompak sih? Jadi pengen Gue seduh juga ini." Dhaiva mengambil mug khusus miliknya. Iqbaal hanya tersenyum tipis, "Abisnya ujan lagi Va, mau ngerjain apa-apa jadi mager kalau gak dibantu kafein."
"Iya juga sih. Mau ngerjain apa sih Bang? Ini juga banyak banget tiga cangkir? Gak mungkin diminum sendiri kan?" canda Dhaiva.
"Enggak dong. Ini mau ngerancang program baru, divisi Gue. Bentar lagi Maret, terus April, harus disiapin. Sejak kabinet dibentuk belum ada pembicaraan sama sekali soalnya," ujarnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com