webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
268 Chs

Kelakuan Anak

Darren membuka pintu ruang rawat inap Haikal tergesa, bahkan mengucap salam pun Ia tak sempat. Pria itu terlalu bahagia mendengar kabar sadarnya Haikal, dan sejak kemarin Ia belum sempat menjenguknya karena Ia masih berada di Seoul. Ya, Darren benar-benar totalitas, menyempatkan diri terbang ke negara tetangga meski hanya punya waktu satu hari.

"Bang! Ya Allah!" Darren memeluk Haikal segera, sampai membuat Haikal agak kesulitan menahan berat tubuhnya. Haikal tersenyum saja, membalas pelukan junior, adik, teman, sekaligus saudaranya itu tak kalah hangat, "Thanks, Jan. Gue tau Lo sibuk minta ampun tapi sempet-sempetnya kesini," ujarnya.

Darren melepas pelukan mereka kemudian, "Sibuk apa sih? Ngurusin duniawi doang," ujarnya santai, membuat Haikal bersorak meledek, "Gaya Lo, Darren … Darren. Ngejar dunia juga Lo sampai nangis-nangis pernah kan? Dasar."

ตอนที่ถูกล็อกไว้

สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com