webnovel

SCAR || WOUND FROM THE PAST ||

Deon Callum Brixton seorang murid SMA dengan berjuta pesona. Kenakalan yang tak akan ada habisnya. Ketua geng The Wilders yang bersemayam di SMA Canopus. Maureen Arandra Finley seorang gadis SMA yang cantik dan baik hati. Seorang murid pindahan yang kini satu sekolah dengan sang ketua geng. Kisah mereka tak selalu indah. Banyak rahasia di balik semua kenyataan yang ada. Kenyataan yang mengharuskan mereka untuk menerima.

awnevv · แฟนตาซี
Not enough ratings
6 Chs

FIRST DAY

🍁_Waktu telah membawa kita untuk bertemu di satu hari dalam bulan Januari_🍁

Dentingan air hujan berselingan meramaikan keadaan bumi yang diguyur olehnya. Hawa dingin menelusup masuk ke dalam pori-pori kulit. Sudah semalaman hujan mengguyur daerah itu. Tanah dan rumput tak luput untuk ikut berbasah-basahan. Hari itu sudah pagi namun tak menutup kemungkinan langit masih terlihat gelap.

Bruk!

"Aw!,," Suara gadis yang terlihat kesakitan bergema di dalam ruang kamarnya.

Seorang gadis terjatuh dari tempat tidurnya dengan selimut yang bergulung menutupi tubuhnya. Wajahnya meringis menahan sakit di area pelipisnya yang terantuk lantai. Gadis itu masih enggan membuka matanya karena telah nyaman untuk tertidur kembali.

Kedua matanya masih terpejam menikmati suasana pagi itu. Suasana yang dingin karena hujan yang membuat orang-orang enggan beraktivitas sama seperti dirinya. Pagi itu adalah hari Senin hari pertama ia memasuki sekolah barunya.

Jeng!

Matanya terbuka lebar karena kesadarannya telah kembali saat dirinya teringat hari ini ia harus pergi ke sekolah. Buru-buru ia bangkit berdiri bingung untuk melepaskan diri dari belitan selimut yang telah sempurna menutupi seluruh tubuhnya.

"Ish!,,,ini selimut ngajak berantem aja si!" Dirinya merutuki selimut itu dengan sumpah serapah yang mengalir begitu saja dari bibirnya.

Setelah berhasil melepaskan diri dari jeratan selimut yang ada di tubuhnya,ia langsung berlari tak kenal arah karena lupa dimana letak kamar mandi yang ada di kamarnya. Memang keterlambatan mengacaukan segalanya.

Tok tok tok~

"Ara! Udah bangun belum?" Suara lembut itu terdengar dari luar kamar gadis itu.

"Udah ma! Ara lagi mandi!"

"Ya udah cepetan!"

"Iya iya,,,"

Nama gadis itu adalah Maureen Arandra Finley seorang gadis manis yang berada di kelas XII SMA. Gadis cantik itu baru saja pindah dari sekolah lamanya SMA Epsilon ke sekolah barunya SMA Canopus. Ada satu alasan penyebab mengapa dia pindah dari sekolahnya dulu.

Akhirnya,setelah selesai dengan kegiatan mandi yang tidak terlalu lama. Ara pun segera bersiap untuk berangkat ke sekolah karena tak mau terlihat buruk di depan guru dan teman-teman baru nya saat pertama kali ia pergi sekolah.

Setelah selesai dengan semua keperluan sekolahnya,gadis itu langsung keluar dari kamar nya untuk menyapa kedua orang tuanya. Kaki jenjangnya melangkah ke arah dimana letak dapurnya berada.

"Pagi ma,pa!"

"Pagi sayang,," Mamanya membalas salam dari putri sulungnya.

Serena Myria Finley Mama Ara yang terkenal lembut dan sangat cantik. Dia terkenal sabar menghadapi kelakuan kedua putrinya yang terkadang sering bertengkar walaupun untuk hal kecil sekalipun.

"Pagi Ara,," Sekarang papa nya yang bergantian menyapa putri pertamanya.

Lazzaro Fedrell Finley Papa Ara yang sangat menyayangi keluarganya dan tentunya sangatlah tampan. Memang mama dan papa Ara terkenal sebagai pasangan suami istri yang sangat serasi.

"Makan dulu sayang,," Suruh mamanya yang tengah menyajikan makanan untuk suaminya.

"Ara minum susu aja ya ma,pa,,,udah telat ni,,"

"Pantesan kelihatannya berantakan,,ya udah hati-hati di jalan,,jangan lupa sarapan di sekolah,,oke??,," Ucap papanya yang memaklumi putrinya yang kadang bangun terlambat.

"Siap pa!,,"

"Eca udah berangkat ma?" Lanjutnya dengan kepala yang berkeliling mencari keberadaan sang adik.

"Iya,,udah duluan dia,,katanya ini hari pertama MPLS makanya gak mau telat,," Jelas sang mama.

Eca adalah sebutan untuk adiknya saat masih kecil dan masih dipakai sampai sekarang. Gracella Kalista Finley seorang gadis manis yang sekarang telah menduduki bangku SMA. Gadis itu adalah anak bungsu dari keluarga Finley.

"Ya udah deh,,Ara pamit! Bye bye mama papa,,,"

"Hati-hati!" Seru papanya menghantarkan putrinya keluar rumah.

Ara langsung menghampiri mobil kesayangannya yang sudah terparkir manis di depan gerbang.

"Makasih pak Zidan!" Serunya kepada seorang lelaki yang tengah meminum kopi panas di teras.

"Sama-sama neng,," Balasnya.

Mendengar balasan pak Zidan seorang satpam rumahnya ia pun masuk ke mobilnya beranjak pergi ke sekolah.

Ara mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ingin menghindar dari kemacetan. Bundaran beruji itu berputar cepat seperti apa yang diminta oleh pemiliknya.

Hari itu masih hujan sehingga jarak pandangnya sedikit terganggu. Saat ia berhenti di lampu merah,terdengar suara samar-samar di belakang mobilnya.

Brum

Brum

Brum

Suara motor besar bersahutan di belakang mobilnya. Ara agak terganggu mendengarnya.

"Siapa si?!,,berisik banget!" Ucapnya sembari mendongak ke arah spionnya mencoba melihat siapa yang telah berani mengusik kenyamanannya.

Ara yang mencoba melihatnya tak bisa berbuat apa-apa karena air hujan yang semakin deras yang membuat kaca spionnya basah oleh air. Ara pun menghela nafasnya berat dan mulai menjalankan mobilnya tatkala lampu merah itu berubah menjadi hijau.

Suara klakson bersahutan,ternyata motor besar yang ada di belakang dirinya telah melaju dengan kecepatan kencang,menyalip mobil Ara dan beberapa pengemudi lain.

Ciit~

Hampir saja jika di detik berikutnya Ara tak kunjung mengerem mobilnya maka bodi mobil kesayangannya itu akan tergores.

"Sialan! Siapa si?! Main nyelonong aja,," Ara yang tak tahan langsung ikut membunyikan klakson mobilnya.

Tin

Tin

Tin

"WOI!! MAIN NYELONONG AJA LO YA!" Serunya dengan kepala yang muncul di kaca pintu mobilnya.

Seruannya yang sudah begitu keras membuat semua pengemudi menoleh ke arahnya, tak terkecuali pembuat onar tadi. Bukannya meminta maaf atau memberhentikan motornya, pengemudi motor tadi malah semakin menggila menggeber motor besarnya.

"DASAR GILA LO!" Seru Ara tak karuan tak bisa menahan emosi dari dalam dirinya.

Motor besar tadi telah jauh dari jangkauannya, Ara pun segera melajukan mobilnya untuk kembali membelah keramaian.

Setelah 30 menit berkendara akhirnya ia telah sampai di sekolah dimana tempatnya akan menuntut ilmu. Ara buru-buru keluar dari mobilnya dengan tas punggung berwarna hitam yang ada di bahu kanannya. Dia berlari kecil mencoba mencari kantor guru.

"Permisi? Kantor guru dimana?" Tanyanya pada seorang siswa yang terlihat seumuran dengannya.

"Lurus aja sampe lorong itu,,terus belok kiri,,"

"Oh,,oke,,makasih ya emm-" Perkataanya terhenti karena belum tahu nama gadis yang ada di hadapannya saat ini.

"Nesya,,panggil gue Nesya,,Nesya Noushafarin,,"

"Oh oke! Makasih ya Nes,,gue duluan,,salam kenal,,"

"Ya! Lo anak baru?" Tanya Nesya agak berteriak karena Ara yang langsung berlari.

"Iya!!" Seru Ara karena jaraknya yang sudah agak jauh dari Nesya yang masih berdiri di tempatnya.

Ara pun berlari mencari kantor guru dengan petunjuk Nesya. Dia sudah terlambat 25 menit saat ini.

"Aduh! Jauh amat si,," Gerutunya pada diri sendiri.

Ara terus berlari mengejar keterlambatannya. Akhirnya pelariannya telah sampai di ambang pintu kantor guru.

"Fyuhh,,,akhirnya sampe,," Ara sangat lega tatkala dirinya telah sampai di kantor guru SMA itu.

Tok tok tok~

"Masuk,," Terdengar suara berat di balik pintu itu.

Ara pun melangkahkan dirinya untuk masuk ke area guru-guru berkumpul. Kepalanya menunduk hingga akhirnya seorang guru mendekati dirinya.

"Maureen Arandra Finley?" Tanya guru perempuan itu.

"Iya benar,," Kepalanya mulai mendongak menatap guru yang berada di hadapannya.

"Langsung saja,,mari ikut ibu,," Ucap guru itu sembari berjalan melewati Ara yang masih berdiri di tempat.

Maklum hari itu adalah hari Senin yang mengharuskan para siswa untuk mengikuti upacara namun hujan telah mengguyur hari itu maka upacara ditiadakan menjadi kesenangan tersendiri bagi mereka. Ara pun menyusul guru barunya itu tepat di belakang. Guru itu membimbingnya untuk masuk ke tempat dimana ia akan menerima pelajaran.

"Mari masuk,," Ucap guru itu dengan senyuman di wajahnya.

"Iya Bu,," Kemudian Ara mengikuti guru itu masuk ke dalam kelasnya.

Suasana kelas yang riuh langsung padam tatkala guru itu memasuki ruangan. Bu Agatha sang guru perempuan itu berjalan ke tengah kelas diikuti Ara di belakangnya.

"Selamat pagi anak-anak,," Sapa nya kepada anak-anak didiknya.

"Pagi Bu!!" Dengan serentak mereka membalas salam wali kelasnya.

"Hari ini,,kita kedatangan teman baru,,silahkan perkenalkan dirimu,," Bu Agatha mempersilahkan Ara untuk memperkenalkan diri.

"Selamat pagi semuanya,,, perkenalkan nama saya Maureen Arandra Finley,, teman-teman bisa memanggil saya Ara,,," Ucapnya memperkenalkan diri mendapat respon positif dari teman-teman yang berada dalam kelas itu.

"Halo Ara! Tadi kita ketemu kan?" Tanya seorang dari mereka yaitu Nesya.

Nesya Noushafarin memang berada di dalam kelas yang sama dengan Ara yaitu kelas XII MIPA 2.

"Oh iya! Nesya kan?" Jawab Ara sangat bersemangat tatkala dirinya tahu ada orang yang mengenal dirinya.

"Baiklah Ara,, silahkan kamu duduk,,pilih bangku yang kosong,,"

"Baik Bu,,terima kasih,," Ucapnya sembari membungkukkan badannya.

Bu Agatha langsung keluar dari kelas Ara yang disusul Ara yang akan duduk di tempatnya.

"Nes,,,samping Lo kosong kan?" Tanya nya memastikan.

"Iya,,sini samping gue,," Jawab Nesya seraya menggeser tubuhnya mempersilahkan Ara duduk.

"Halo Ara!!" Salah seorang siswa perempuan mendekati Ara yang tengah mendudukkan pantatnya.

"Oh hai,,"

"Ini kenalin dia temen kita juga disini,,namanya-" belum sempat ucapannya terselesaikan tiba-tiba telah dipotong oleh gadis tadi.

"Kenalin nama gue Anna Zefanya Queen,,panggil aja Anna,," Seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Hai Anna,,salam kenal,," Seraya membalas uluran tangan Anna.

Datanglah lagi 2 orang siswi yang juga ada di kelas XII MIPA 2.

"Hai,," Ucap keduanya bersamaan.

"Halo,," Balas Ara mengulas senyum yang terpampang jelas di wajah nya yang cantik.

"Kenalin gue,,Frieda Kamea Chariz,,panggil aja Mea,," Sembari mengulurkan tangannya.

"Hai Mea,,salam kenal,," Ara membalas uluran tangan itu.

"Gantian,," Usir gadis yang berdiri di belakang Mea.

"Santai neng,," Ujar Mea kesal.

"Kenalin gue,,,Grace Ziva Judith,,panggil aja Iva,," Sama seperti Mea dia mengulurkan tangannya.

"Hai Iva,,salam kenal,," Sapa nya seraya tersenyum membalas uluran tangan itu.

"Dah dah,,,udahan kenalannya,,balik sono,," Usir Nesya seraya mengusir mereka dengan gerakan tangan.

"Ya elah sante! Ngeselin amat lu Nes,," Gerutu Anna kesal dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Cepetan,,guru dah masuk noh,," Ucap Mea sembari menggandeng tangan Iva untuk pergi dari sana.

Tempat duduk mereka tidak terlalu jauh. Ara dan Nesya ada di pojok kanan belakang kelas, Mea dan Iva ada di barisan ketiga tengah kelas dan Anna yang duduk seorang diri, berada di samping Ara dan Nesya.

"Selamat pagi anak-anak,," Seorang guru berpawakan tinggi dan besar itu mengajar matematika.

"Selamat pagi pak!" Seru mereka yang berada di kelas tak terkecuali Ara.

"Hari ini kita absen dulu,,bapak dengar kelas ini kedatangan murid baru,,apakah benar?" Tanya nya sembari mencari sosok siswa barunya tersebut.

"Benar pak,," Balas mereka bersamaan.

"Siapa? Tolong angkat tangan,,"

"Saya pak!" Seru Ara sembari berdiri mengangkat tangan kanannya.

"Perkenalkan dirimu,,"

"Perkenalkan nama saya Maureen Arandra Finley,,biasa dipanggil Ara,,"

"Baik Ara,,silahkan du-"

Tok tok tok~

Belum sempat meneruskan kalimatnya, datanglah seorang siswa laki-laki yang berpawakan tinggi dengan tas punggung hitam yang basah kuyup diguyur hujan. Lelaki itu berjalan dengan santai. Rambutnya basah beserta seragam yang telah terpampang keluar.

Rambut basahnya menambah kesan tampan yang ada dalam dirinya. Wajahnya yang tampan dihiasi oleh luka bogeman di ujung bibir dan pelipisnya. Keadaanya terlihat kacau.

"Deon! Baru datang kamu?"

Bukannya menjawab dia malah menatap balik tatapan guru matematikanya itu. Lelaki itu kemudian mengedikkan bahunya dan berlalu meninggalkan gurunya yang tengah menganga tak percaya.

"Tidak punya sopan santun kamu?!" Tanya nya tegas.

Lelaki itu masih berjalan menuju tempat kebesarannya yang ada di pojok kiri ruangan itu. Sebelum ia menduduki tempatnya,ia berhenti sejenak dan mengangkat wajahnya. Wajah tampannya terlihat menoleh ke arah Ara yang masih berdiri mematung.

Dirinya menatap gadis itu tanpa ekspresi. Sesaat kemudian ia kembali meneruskan aktivitasnya untuk duduk di bangku yang selalu ia duduki.

'Ngapain dia ngeliatin gue gitu si?'  Tanya gadis itu dalam hati.