webnovel

Akan Kubayar!

"Aku tidak tahu bagaimana kamu memandang orang lain, Amber. Tapi, tidak semua orang seperti kamu dan teman-temanmu dulu," ucap Chloe. Kini dia bisa menyampaikan apa yang ada di pikirannya. Berbeda dengan Chloe semasa sekolah yang bicara saja hampir tidak pernah hingga membuatnya dulu dikira sebagai tuna wicara.

Amber yang mendengar perkataan Chloe, hampir saja membuka mulut dan mengatakan kata-kata pedasnya. 'Wah, sekarang sudah berani bicara ya. Bahkan menyinggung dengan jelas perlakukan kami. Dulu, hanya bisa diam dan menerima apa saja yang kami perbuat.' Kalimat tersebut hanya keluar dalam hati Amber. Ia tidak berani mengatakannya secara langsung saat ini karena paham dengan kondisinya yang tengah dibantu oleh Chloe.

"Sudahlah, Amber, tidak usah berpikiran yang tidak-tidak. Sekarang kamu tinggal di sini saja. Aku tidak masalah kok, lagi pula aku tinggal sendiri," ucap Chloe sembari tersenyum menatap Amber.

Gadis yang dibantu Chloe hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata pun. Bahkan ucapan terima kasih juga tidak terlontar dari bibir Amber, karena selama ini ia jarang dibantu oleh orang lain.

Setelah percakapan mereka di ruang tamu selesai, Chloe mengajak Amber masuk ke kamarnya. Ia mengatakan pada gadis itu kalau mereka akan tidur bersama karena hanya ada satu kamar saja di rumahnya.

Amber sendiri tidak mendengarkan kata-kata Chloe. Sebab, begitu memasuki kamar Chloe, ia terus menatap ke setiap penjuru seolah sedang men-scan apa yang ada di ruangan tersebut.

Satu ranjang berukuran 120x180, meja belajar, lemari pakaian, rak sepatu kecil, dan tempat sampah kecil di sudut ruangan. Benar-benar kamar sederhana yang membuat Amber bertanya-tanya apakah mereka berdua bisa tidur di ranjang sekecil itu.

Chloe yang menyadari tingkah Amber hanya bisa menghela napas. Dia kemudian mengatakan apa yang ada di dalam pikiran Amber.

"Meski kecil, tapi cukup kok untuk kita berdua," ucapnya santai.

Amber terkejut mendengar perkataan Chloe. Karena dia merasa gadis itu sedang membaca pikirannya. Namun, Amber mencoba tidak bereaksi apa pun. Ia hanya diam sembari mengalihkan pandangan.

"Ya sudah, pokoknya kamu bisa istirahat dengan santai. Tidurlah jika masih mengantuk. Aku akan bersiap untuk bekerja dulu," ucap Chloe sembari berjalan ke arah lemari.

"Ka-kamu bekerja?" tanya Amber ragu-ragu.

Mendengar pertanyaan Amber, Chloe seketika menoleh. Ia kemudian terkekeh. "Tentu saja aku bekerja. Kalau tidak mau makan ... uang darimana?"

"Emm—."

Belum sampai Amber melanjutkan kalimatnya, Chloe lebih dulu berbicara. "Nanti kamu juga harus bekerja."

Mata Amber terbelalak. "A-aku? Bekerja?" tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri.

Chloe tersenyum sembari menggeleng. Ia pun kembali menatap almari dan segera mengambil pakaian kerjanya. Baru setelah itu kakinya melangkah ke arah pintu untuk berganti di kamar mandi. Namun, langkahnya sempat terhenti saat ia tiba di samping Amber.

"Tentu, kamu harus bekerja. Kalau tidak siapa yang akan memenuhi kebutuhanmu?" ucap Chloe sembari menepuk bahu Amber. Gadis itu kemudian melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Amber seorang diri.

Bruk!

Amber seketika terduduk di tempat tidur Chloe. Gadis itu kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan serta posisi tubuh yang sedikit menunduk.

"Bekerja ya?" gumamnya. Gadis itu tidak pernah terpikirkan akan tiba waktunya untuk bekerja. Karena sejak dulu, saat orang tuanya meminta Amber untuk membantu di perusahaan saja selalu ditolaknya.

***

Setelah hampir satu minggu Amber tinggal di rumah Chloe, gadis itu mulai merasa nyaman dan tidak lagi sungkan. Ia bahkan bertindak seperti pemilik rumah itu hingga kadang membuat Chloe kesal.

Bagaimana tidak, Amber tidak pernah mau saat diminta membersihkan rumah, ia bahkan terang-terangan meminta Chloe yang membersihkannya.

Suatu ketika, di rumah Chloe sama sekali tidak ada makanan. Di sana hanya ada bahan mentah yang memang sengaja Chloe tidak masak. Sebab gadis itu ingin Amber memasaknya sendiri jika merasa lapar. Namun, percuma, Amber yang tidak bisa memasak justru memilih kelaparan sembari menunggu kepulangan Chloe.

Ceklek!

Suara pintu terbuka membuat Amber yang tengah berbaring di sofa ruang tamu mendongak dengan mata berbinar. Chloe yang baru masuk pun terkejut akan sosok gadis itu yang berantakan dan pucat.

"Astaga, Amber! Kamu kenapa?" tanya Chloe yang buru-buru menghampirinya. Gadis itu semakin terkejut saat menyentuh tangan Amber yang sangat dingin.

"La-par," ucap Amber lirih.

Chloe tidak dapat mendengarnya. Ia pun meminta gadis itu untuk mengatakan apa yang ia katakan sekali lagi sembari mendekatkan telinganya ke wajah Amber.

"Lapar, Chloe ... aku lapar," ucap Amber dengan lebih jelas.

Mata Chloe terbelalak. Ia lantas bertanya, "Kamu belum makan sejak tadi?"

Amber menjawabnya dengan anggukan hingga membuat gadis yang tengah berdiri menepuk dahinya. Karena tidak tega dengan kondisi Amber, Chloe segera memintanya untuk menunggu sedangkan dirinya segera berlari ke dapur untuk membuat sebuah hidangan.

Bahan makanan yang masih utuh membuat Chloe lagi-lagi menggeleng tidak percaya. Ia masih saja tidak menyangka jika Amber memilih kelaparan ketimbang membuat hidangan sederhana.

Setelah hampir lima belas menit menghabiskan waktu di dapur, Chloe kembali ke ruang tamu dengan hidangan sederhana dan segelas minuman. Amber yang mencium aroma masakan dengan segera bangkit dari posisinya dengan mata berbinar. Namun, saat Chloe meletakkan seporsi makanan di hadapan Amber, pandangan gadis itu berubah.

"Ini saja?" tanya Amber sembari menatap Chloe.

"Ya iya. Memang kamu mau makan apa lagi?" Chloe berbalik bertanya. "Sudah habiskan saja. Kamu tidak akan mati makan itu, justru energimu akan pulih," imbuh Chloe. Dia segera meninggalkan Amber dan pergi ke kamar karena memang gadis itu belum sempat membersihkan diri begitu pulang kerja.

Di sisi lain, Amber masih menatap hidangan yang hanya berisi sayuran saja. Gadis itu enggan makan karena tidak ada protein hewani yang menghiasi hidangannya. Namun, karena lagi-lagi perutnya berbunyi, dengan kesal Amber pun mengambil piring di meja dan segera mengambil satu sendok makanan buatan Chloe.

"Huhu, makanan apa ini," gumamnya sebelum melahap sendok yang sudah ada di depan wajahnya.

Rasa lapar yang lebih menyiksa membuat Amber makan dengan lahap meski sebelumnya gadis itu tampak mau tidak mau. Terlebih lagi makanan buatan Chloe juga terbilang lezat hingga tidak ada alasan untuk berhenti.

Setelah menghabiskan seporsi makanan, Amber yang merasa kenyang segera bersandar di sofa sembari mengelus perutnya. Ia merasa puas setelah lemas tak berdaya seharian.

"Bagaimana? Sudah kenyang?"

Suara Chloe yang tiba-tiba terdengar membuat Amber menatap ke asal suara. Gadis itu pun tidak perlu mencari-cari sumber suara sebab, Chloe yang bertanya sudah berada di dekat sofa.

Begitu Chloe duduk, Amber berkata, "Lain kali masaklah daging atau ayam, Chloe. Masa setiap hari kita makan sayuran terus! Lagi pula aku juga pasti akan membayar semua biaya hidupku selama di sini."