Paginya seperti biasa setelah sholat subuh berjamaah kami semua berkumpul dulu ngopi dan merokok bersama. Mata sudah sepet sekali dan aku pamit duluan ke kamar untuk tidur. Kubangun sebelum dzuhur dan kemudian langsung mandi dan keluar kamar untuk berkumpul dengan jamaah lainnya. Ada kang Adim, kang Tarman, Kang Asep, dan kang Gandi.
"Kang kemarin ngapain ke kantor kang Roni? mau jadi saingan nya kang Asep ya? Hahahaha," kataku menggoda nya.
"Ah, bisa ajah kang Narendra ini, kan kita bisa saling berbagi? Ya kang Asep? hahahaha," jawab kang Gandi sambil tertawa menggoda kang Asep.
"Ogah bagi-bagi!cari sendiri kenapa? hahahaha, tuh Yuni, masih gadis juga dia, dan masih belum punya pacar tuh," kata kang Asep gak mau disaingi.
"Cie cie yang udah pada ngeplot ajah semua, hahhahaha," kataku sama mereka berdua. Kuambil rokok dan menyeduh kopi dengan air panas di termos air panas.
"Ke candi kapan, kang?" tanya kang Asep.
"Gak ttau tuh kang Adim! saya sih ngikut saja," kataku menjawab pertanyaan kang Asep.
"Ya belum ada kabar dari pak Batik, tadi malam dia bilang masih sibuk manen sawit, mungkin satu atau dua hari lagi katanya!" jawab kang Adim.
"Jadi lusa ya?" kata kang Asep.
"Iya kali, eh iya sampeyan kapan pulangnya?" tanya ku ke kang Asep.
"Dua hari lagi ajah kang, saya udah mendesak ini sama Ibu di kampung," kata kang Asep.
"Ya sudah tolong kang Roni itu cariin tiket bus nya, biar enak" kataku ke kang Adim.
"Iya sebentar saya telpon kang Roni," katanya.
"Kang Gandi kapan pulangnya?" tanyaku ke dia.
"Hm, masih lama saya disini, seminggu lagi lah kang, saya mah belakangan saja!" kata dia menjawab pertanyaanku.
"Oh, ya udah, kalo gitu ke candi kita undur saja lagi, tunggu kang Asep pulang dulu dua hari lagi, kan lusa berarti kang Asep pulang, jadi pak Batik bisa anter ya?"
"Iya mungkin, soalnya kalo kang Roni kan kerja kang, jadinya dia gak bisa anter ke sana," kata kang Adim.
"Kang, sebaiknya hari ini ita tundukan daerah nya rumah pak Batik!" kata Kang Adim.
"Daerah mana tuh?"
"Disana kang, yang ada plang Pesantren itu loh masuk ke dalam, disana banyak penunggu kuatnya jadi biar tak mengganggu ibadah pak Batik, Ibu Minah dan Bandana," Kata kang Adim.
"Oh iya kang Bandana gak keliatan itu? Udah berapa malam dia gak ke sini, sibuk apa kang?"
"Dia gak dibolehin itu sama Istrinya, istrinya sering ngambek aja," kata kang Adim.
"Lah, ajak ajah istri dan anaknya kalo mau ngaji ke sini, dan kalo ada kendala keluarga gitu ajah kang, suruh mereka datang ikut waqiahan," kataku menjelaskan.
"Loh, emang boleh?" tanya kang Adim.
"Ya boleh saja, kan mau mengaji emang gak boleh? Nanti dia bisa liat semua kegiatan kita disini, kalo kegiatan ngaji kita salah, wah gak tau lagi deh itu, Gimana atasinnya!!" kataku melanjutkan meyakinkan mereka solusinya.
"Hm, boleh juga ya ide nya, istriku mah gak bolehin kang! dia malahan melarang saya ke sini terus, kan ada kang Narendra dan kawan-kawan disini!" katanya.
"Kang, saya dan kang Gandi dan kang Asep ke sini bukan untuk menjadi beban kalian, jadi kalo kalian punya pekerjaan ya silahkan monggo, kami disini ya cuma bertamu saja, dan saya disini hanya membantu yang bisa dibantu saja kang!" kataku menjelaskan lagi.
"Iya, kang saya paham, saya juga disuruh kerja lagi sama istiri saya, ya sudah kalo gitu nanti saja abis kang Asep pulang saya kerja lagi," katanya yakin.
"Nah, gak papa kan disini untuk handel pasien masih ada kang Asep dan kang Gandi, jadi masih bisa kami handel. Kalo rame kam usahakan bisa kang Adim. Ini juga kang Tarman, kalo mau dagang mah silahkan saja, kang Tarman, jangan karena saya ada disini menjadi beban kalian," kata ku lagi.
"Iya sih kang, iya nanti saja setelah kang Gandi dan kang Asep pulang, saya mau dagang lagi," katanya.
"Saya paham, kalo disini kalian kerja jangan ada halangan, kalo ada waktu senggang baru ke sini, yang utama itu keluarga, kalo keluarga melarang, ya tanya kenapa? Kalo dibilang kita aliran sesat ya bawa saja ke sini liat kita mengaji waqiah disini. Mungkin kalo ada yang medium itu disangka sesat oleh mereka! Tapi kita kan punya jawaban kita sendiri dan semoga mereka paham!" kataku lagi sambil memberikan pengertian yang sebenarnya kami ke majelis di Jambi ini.
"Kang, ini ada telpon dari kang Roni, sebentar saya speaker saja," kata kang Adim.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Lagi apa nih di sana kang? Rame gak?" tanya kang Roni.
"Wah biasa saja pasukan inti doang, hahahaha,; eh iya Gimana tiketnya? carikan ya?" kata kang Adim.
"Iya siap, dua hari lagi ya, Lusa atau besok nya lusa?" tanya kang Roni.
"Hari senin kang, sekarang kan hari sabtu, kalo gak ada yang bisa hari selasa" katanya.
"Iya deh, nanti dicarikan, nanti malam saya ke sana sama Yoga ya,"
"Asssikk...bawa martabak manis dan martabak telor ya? Hahahaahha" kata kang Asep sambil teriak.
"Siap kang, sama Hesti juga gak? hahahaha" ledek kang Roni ke kang Asep.
"Ya, bawa dong! Salam ya dari akang ganteng! hahaha" kata kang Asep sambil tertawa-tawa.
"Ih, kang Asep genittt hahahaha," kataku sambil ketawa.
"Ya sudah nanti saya carikan! Assalamu'alaikum" kata kang Roni.
"Wa'alaikumsalam," jawab kami.
"Wah, kesempatan kang Gandi ini mendekat, hahahaha" kata kang Adim.
"Hahahaha...yang terbaik saja bagi Hesti kang, huahahahaha" kata kang Gandi tertawa sambil meledek kang Asep.
"Biasa ajah ahh.." sahut kang Asep malu dan muka nya merah.
"Cie cie cie ada yang kasmaran nih? hahahaha," kataku sambil tertawa lepas.
"Yuk, kita ngapain hari ini," kata kang Asep.
"Wah, ada yang semangat 45 ini?!" kata kang Adim.
"Iya, nanti sore ajah kang kita ke rumah Pak Batik, sekalian kita waqiahan di sana ajah," kata kang Tarman.
"Ya, disini juga kudu ada yang waqiahan kang," kataku.
"Kalo kita kesana ya disini Gimana?"
"Ya, saya saja waqiahan sendiri, nanti semua ke rumah pak Batik saja!" katanya.
"Kang Adim telpon Pak Batik sekarang tanya apa bisa? supaya di rumah nya Bu Minah juga persiapan," kataku.
"Oh iya sebentar ya," katanya.
"Halo, Assalamualaikum pak, dimana ini?"
"Saya di kebun sawit!Kenapa kang?"
"Nanti malam kang Narendra mau berkunjung ke rumah Pak Batik, boleh?"
"Boleh saja kang, silahkan, seneng saya, sekalian ini dibantu anakku kok sulit jodoh dan tarik penghalang nya yang menghalangi jualannya yang sepi," kata pak Batik terlihat senang.
"Siap pak, kami akan ke sana nanti sore abis maghrib ya, apa gak sekalian waqiahan disana?" tanya kang Adim.
"Boleh banget kang, silahkan, saya tunggu ya! Nanti saya kasih kabar orang rumah juga kang!" katanya.
"Ya pak, terima kasih, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Kemudian kami semua lanjut makan siang dan sholat dzuhur berjamaah.
****
Setelah sholat Dzuhur bersama, beberapa orang dari jamaah sudah mulai hadir, ada kang Gino, dan kang Bandana yang tiba-tiba datang bersama dengan istri dan anak nya yang kecil dan cantik.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
"Eh, kang Bandana ayo masuk" kataku dan kang Adim.
"Kang maaf ini saya datang sama istri dan anak saya, dia mau ikutan ke sini katanya heran kok saya sering mengaji ke sini. Dia takut kalo saya itu ke aliran sesat!!"
"Oh, iya bu, maaf mbak siapa nanmya?"
"Saya, Rida kang"
"Oh iya mbak Rida, kami disini cuma mengaji dan membantu orang atau obatin pasien yang datang ke sini mau berobat!"
"Oh gitu, iya saya juga heran kok mas Bandana bisa obatin orang kemarin dirumah saya yang kesurupan, bisa langsung sembuh dan sadar!"
"Oh ya, gitu ceritanya kang Bandana? Wah hebat nih kang Bandana!"
"Alhamdulillah kang, gak tau saya juga pede saja hadapi tetangga kemarin kesurupan, nanti bisa ya kang dicek ke dia nya?"
"Ya, nanti bawa saja orangnya ke sini, tapi kebetulan kita mau waqiahan di rumah Pak Batik nanti malam, mau datang?"
"Wah, boleh kang, rumah kami kebetulan dekat dengan rumah Pak Batik!"
"Ya, kang Bandana ajak saja istri dan anaknya biar bisa sekalian waqiahan dan kalo mau ya kasihkan amaliah Tobat ke istri jadi bisa berdua menjalankannya, kan enak!"
"Iya, kang Narendra, mudah-mudahan dia mau menjalankan nya!"
"Bagaimana bunda mau jalanin amaliah tobat nya?"
"Hm, mau ajah, memang ada amalannya kang Narendra??"
"Ada mbak, minta saja dengan suaminya"
"Iya kang, nanti saya baca dulu terus kalo sudah siap akan saya jalankan berdua dengan mas Bandana!"
"Alhamudulillah, kang Bandana, semoga bisa menjadi keluarga yang Samawa ya kang,aamiin!"
"Ya, kang semoga saja, terima kasih kang, mohon bimbingannya saja!" katanya terharu dengan jawaban istrinya yang selalu menjadi penghalang dia untuk ke majelis.
"Alhamdulillah, semoga kita selalu bisa saling menguatkan dan saling mengingatkan!" kata kang Adim.
"Tinggal istri kang Adim nih ikutan waqiahan!" kataku.
"Hahahaha...wah mantap, moso suaminya jadi ketua majelis, tapi istrinya gak pernah hadir?!! Hahahaha" kata kang Tarman ikut ngomporin.
"Tuh kang, ajaklah!" kata kang Gandi.
"Iya iya, tak coba usahakan, hahahaha,,hadeeuuhh kalo masalah dia itu aku susah, beneran kang!" kata kang Adim sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Hahahaha..payah ahh tonggaknya gak kokok ini nanti!" kata kang Asep menimpali.
'Hahahahahaha' kami semua yang ada di situ tertawa lepas.
"Kang, maaf. Ini lenganku kok sakit ya dari tadi pagi? Kenapa ya kang?" kata kang Gandi.
"He eh tangan saya juga sakit nih yang ini!" kata kang Asep.
"Hahahahahah..lah pada belum dikeluarin itu penguasa jembatan di sungai Musi dan sungai Batanghari?" kataku kepada keduanya.
"Ohhh iyaaa, kan waktu itu kang Narendra titi di lengan ini ya??" katanya sambil menepok jidat. Aku tersenyum-senyum saja sendiri.
"Ya, udah sini dikeluarkan kang. Ayo kang Asep dan kang Asep jadi Navigatornya, terus kang Adim yang mediator!" kataku.
"Ya kang siap, ayo sini kang Adim, aku sing jadi Navigatornya!"
"Ayo"
Kemudian sudah ditarik dan dimasukkan gaib yang ada di tangan kang Asep dimasukkan ke dalam badan kang Adim. Tubuh kang Adim meresponse gaib yang dimasukkan ke dalam badannya.
"Hahahahaha..tiba-tiba dia tertawa.."
"Maaf, dengan siapa ini saya bicara? Makhluk jenis apa nih yang ada di dalam badan mediator?"
"Hm, saya siluman Buaya...hahahahaha...!"
"Oh siluman buaya? Dari mana asalnya?"
"Dari sini!" dia menunjuk ke arah kang Asep.
"Yang ada dilengan tangan saya ini??!"
"Iya, asal saya dari sungai Musi!" katanya.
"Oh anak sungai musi yang dekat jembatan itu ya? Yang dekat kota?"
"Hahahahaha...ya, ada apa kamu kurung saya di sana??!!sudah beberapa hari ini kau tak keluarkan saya dari badanmu! makanya saya gigit-gigit saja tanganmu! hahahahaha"
"Ya, sudah kalo gitu!saya minta maaf! lupa saya, dan ini juga bukan saya yang masukkan ke dalam badan saya! itu tuh kang Narendra..."
"Hahahaha...ada apa kau, setelah saya keluar disini?!" katanya lagi.
"Gak papa saya mau ngobrol aja sama sampeyan, kamu sudah lama disana? udah berapa lama di sana?!!"
"Saya sudah ratusan tahun, sudah 500 tahun lamanya!"
"Kamu itu penguasa sebelah sana tapi kok sosok penguasa yang lain di sebelah seberang jembatan lain lagi?"
"Kok kamu tau?!!"
"Ya tau dong, itu yang diseberangnya kayaknya ada di tangan kang Gandi, tuh orangnya disana!"
"Iya, memang saya penguasa di sebelah kiri jembatan dan yang satunya itu penguasa sebalah kanan!"
"Emang wujud yang sebelah kanan apa?"
"Siluman Ular!"
"Oh siluman Ular ya?"
"Iya"
"Kalo boleh tau kamu itu namanya siapa?!"
"Aku, namaku Gending Kusumo!"
"Oh Gending Kusumo?! Salam kenal Gending Kusumo, saya Asep, itu kang Narendra, itu kang Gandi, itu kang Adim dan itu kang Tarman, yang di belakang itu kang Bandana!" kata Kang Asep memperkenalkan semua yang hadir.
"Kalo, perempuan itu siapa?! cantik sekali wajahnya! yang mengikutinya juga seorang putri!" kata dia menjelaskan.
"Oh gitu, dia itu istrinya kang Bandana! kenapa!? Kamu naksir?"
"Hahahahaha...tidak-tidak saya tidak naksir, yang saya taksir itu putri nya itu!?" katanya menjelaskan.
"Memang Putrinya itu kayak Gimana wujudnya sih? Coba kamu gambarkan deh!"
"Hm Bagaimana yah??Pokoknya cantik deh! kayak putri Khayangan gitu atau Putri dari mana ya? Oh negeri china!" katanya lanjut dengan penuh semangat.
"Hehehehe...giliran yang cantik ajah semangat deh kamu!! Oh ya sudah. Kamu pasukannya berapa disana?"
"Pasukanku 500 juta lebih!? kenapa?" tanyanya.
"Tidak apa-apa kok cuma nanya saja!" kata kang Asep.
"Kamu sudah muslim belum?"
"Belum! hahahahaha, memang kenapa? menanyakan muslim segala?!
"Ini liat siapa yang ditangan saya?" katanya sambil memperlihatkan foto beliau.
"Hm, siapa kalian?! Kenapa beliau ada di tangan kamu?"
"Iya, kami semua jamaah nya beliau!"
"Oh maaf ampun beribu ampun! maafkan saya yang tidak tahu kalo kalian adalah utusan beliau!" katanya sambil menyembah-nyembah dan menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, sudah duduk lagi sini yang tenang!" kata kang Asep.
"Kamu dan pasukanmu jadi muslim ya?!" perintah kang Asep lagi.
"Baik, saya siap!"
Kemudian kang Asep mengislamkannya dan memberi ilmu baru dan dzikir serta amaliah dari beliau dan membuang ilmunya yang lama.
"Kamu sudah saya stempel, silahkan saja kalo kamu mau murtad dari Islam dan kamu akan masuk neraka jahanam ya!"
"Ya, saya akan hadirkan dulu pasukan ku semuanya!"
"Ya, semua pasukanmu semua di muslimkan agar kamu punya amal dan pahala nya!"
Kemudian dia memanggil semua balatentara dan kemudian memuslimkan semuanya.
"Alhamdulillah kamu sudah lakukan semua perintahku ya, terima kasih atas kedatangannya!"
"Ya, sama-sama saya juga mengucapkan terima kasih karena kami semua sekarang menjadi pasukan Penguasa Alam gaib, terima kasih!"
"Ya sudah. Sekarang tolong kamu tarik ini yang siluman ular di lengan kang Gandi!"
Kemudian kang Gandi mendekat dan ditarik semua yang ada di tangan kang Gandi sampai bersih dan semua orang yang hadir juga dibersihkan gaib dan energi buruk yang ada di dalam badan semua jamaah yang hadr.
"Ya sudah ya, terima kasih, kamu sekarang balik saja ke tempatmu biar kamu berjuang disana ya!"
"Ya, terima kasih, kami semua mohon pamit! Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" kata kami semua.
"Alhamdulillah, enteng deh ini tangan sekarang!" kata kang Asep.
"Iya saya juga enak enteng!" kata kang Gandi.
"Hm kalo gitu kamu berdua langsung dongkrak ya! Biar kotoran-kotorannya keluar semua"
"Iya kang siap"
Akhirnya kami semua melakukan dongkrak massal.
***
Note. Terima kasih Para Pembaca yang setia! saya harapkan kalian berikan Komen di setiap bab dan berikan Like dan jadikan Novel saya ini di dalam perpustakaan anda! Kami akan selalu mendoakan kalian selalu sehat dan dalam Lindungan sang Pencipta, Aamiin...
SANG PENAKLUK PULAU SUMATERA
By . SKI