webnovel

29. Saling Menggoda

"Padmasari, maafkan aku. Aku sama sekali tidak berniat untuk menghancurkan harga dirimu. Kalau tadi aku menginginkanmu lalu aku menolak, itu karena aku memang memiliki kepribadian ganda. Aku harap kau memaklumi aku, ya." Padmasari bergeming. ia belum ingin berinteraksi dengan Amurwa Bhumi saat ini.

Melihat Padmasari bergeming, Amurwa Bhumi mengelus tubuh wanita yang membelakanginya. Naluri kelelakiannya bangun. Ia segera membalikkan tubuh Padmasari dan mencoba mendekatkan bibirnya ke bibir wanita yang sedang merajuk itu. Melihat Amurwa mendekatkan wajahnya, Padmasari memejamkan matanya. Jantung yang sejak tadi sudah memompa darah cepat, kini bertambah semakin cepat. Padmasari tahu sikap manis Amurwa Bhumi kepadanya hanya sebatas dia merasa bersalah pada apa yang telah ia lakukan di taman belakang. Bukan karena Amurwa Bhumi jatuh cinta kepadanya.

"Padma."

Padmasari hanya memandang Amurwa sesaat. Ia belum ingin berinteraksi bukan berarti dia sama sekali tidak mengharapkan Amurwa menyentuhnya. Sebagai wanita normal yang selalu diabaikan mantan suaminya, Padmasari tidak akan mengingkari kalau ia sangat kesepian.

"Padma. Aku, . . . . jangan pernah mennganggap aku sama sekali tidak menginginkan kamu ya. Semua kulakukan karena aku takut kau akan mengecapku sebagai laki-laki nakal yang hanya memanfaatkan situasi ketika kau sedang dalam kesulitan."

"Aku . . . aku sungguh . . . sungguh ingin- ah, sudahlah. sulit sekali menjelaskan semua perasaanku kepadamu, Padma. Bersabarlah karena aku hanya butuh waktu tiga bulan saja sejak kau diceraikan suamimu. Tiga bulan, insya Allah, Padma. Jaga dirimu baik-baik."

Padmasari menggeser tubuhnya perlahan, merapatkannya dengan paha Amurwa Bhumi membuat Amurwa menggeser posisi duduknya.

"Padma, jangan menggodaku! Aku laki-laki normal."

"Mak-sudnya?"

Amurwa menggelengkan kepalanya. ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa untuk menerangkan perasaannya saat ini. Ia ingin meninggalkan Padmasari seorang diri di kamar namun ia takut wanita itu akan bersedih lagi. dengan memunculkan keberanian, akhirnya Amurwa Bhumi melangkah menuju sofa yang ada di sudut kamar dan mulai merebahkan tubuhnya di sana.

Padmasari yang melihat Amurwa Bhumi yang kini mulai terlelap di sofa tak jauh dari tempatnya berbaring. Ia memandang wajah tampan laki-laki yang mulai membuat dirinya berdebar saat melihatnya. Padmasari memandang Amurwa tak berkedip, mengabsen setiap inci wajah tampan Amurwa yang kini membuka matanya membuat Padmasari gelagapan tak karuan.

"Ada apa, Padma? Apakah kau membutuhkan sesuatu?"

Padmasari segera menggelengkan kepalanya dan membalikkan badannya kembali memunggungi Amurwa. Amurwa yang sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada Padmasari segera duduk, lalu melangkah mendekati Padmasari untuk yang kedua kalinya. Ia kini duduk di ranjang Padmasari dan mencoba membaringkan tubuhnya di sebelah wanita itu. tangannya ia ulurkan untuk mengelus kepala Padmasari agar tidur dan melupakan kekesalannya.

Menerima sikap manis Amurwa, Padmasari tersenyum. ia benar-benar bahagia menghadapi kenyataan bahwa Amurwa Bhumi sangat memperhatikannya. Ia segera memberanikan diri untuk membalikkan badannya agar Amurwa tidak meninggalkannya lagi, namun ia kembali kecewa karena ternyata Amurwa Bhumi sudah terlelap dan mendengkur lembut di sisinya.

Padmasari mengulurkan tangannya. Ia elus wajah Amurwa Bhumi dan menatap bulu mata lentik milik laki-laki yang kini mendengkur semakin keras.

"Apakah kau benar-benar menyayangi aku? Kalau kau menyayangi aku mengapa kau sama sekali tidak mau menyentuhku. Selama ini aku sudah terpesona karena kelembutan sikapmu kepada Andika. Tapi apa boleh dikata, suamiku pasti akan marah kalau tahu aku mencintaimu selama ini. aku rela melakukan apapun untukmu bahkan kalau aku harus menyerahkan tubuhku."

Amurwa yang masih belum sepenuhnya terlelap, hanya bisa mendengar semua yang dikatakan Padmasari. Dalam hati ia tersenyum mendengar pengakuan wanitanya.

Amurwa mengulurkan tangannya dan memeluk tubuh Padmasari dan membawanya ke dalam pelukannya. Ia ingin melihat sejauh mana Padmasari menginginkannya. Ia ingin tahu apa reaksi Padmasari saat ia menggodanya dengan pura-pura terus mendengkur agar wanita itu tidak tahu kalau ia sedang mendengar semua keluh kesahnya.

"Amurwa, mengapa kau . . . lepaskan aku."

Bisik Padmasari sambil mencoba melepaskan tubuhnya dari pelukan Amurwa Bhumi yang semakin erat. Padmasari sebenarnya merasa sangat senang. Pelukan Amurwa sangat nyaman dan ia ingin menerima semuanya dengan senang hati namun ia takut Amurwa dan semua orang yang ada di rumahnya akan mengatakan kalau dia seorang wanita murahan.

"Mommy"

Saat Padmasari mencoba menikmati pelukan hangat Amurwa Bhumi, tiba-tiba Andika mengetuk pintu dan memanggilnya dengan keras. Padmasari ingin sekali bangun dan menjemput Andika agar ia ikut tidur di kamarnya bertiga dengan Amurwa, namun belum sempat ia bangun, Amurwa semakin mengencangkan pelukannya.

"Amurwa, aku harus menjemput Andika. Dia pasti akan menangis kalau aku abaikan. Selama ini bukannya kau tahu kalau aku dan dia selalu bermain bersama?'

"Emmmm"

Amurwa Bhumi pura-pura mengingau. Di pintu, Andika masih terus memanggil-manggil Padmasari hingga beberapa menit berlalu, suara panggilan Andika sudah tidak bisa didengar lagi. Padmasari ingin menelpon Inah dan memintanya untuk mengawasi Andika, namun ia juga tidak bisa melakukannya. Kini bukan hanya tangan Amurwa yang melingkar di pinggangnya, kaki Amurwa juga mengait erat kakinya, mengunci pergerakan Padmasari.

"Amurwa. . . . lepaskan."

Mendengar suara serak Padmasari, Amurwa semakin mengencangkan pelukannya. Ia kini menempelkan wajahnya di dada Padmasari dan mulai menggesekkan hidung di bagan sensitif Padmasari membuat wanita itu mendesah.

"Ah, Amurwa, aku . . . ."

Deshan Padmasari membuat Amurwa semakin berani. Ia ingin mengetahui sejauh mana permainan PAdmasari bahkan sebelum mereka menikah. Amurwa penasaran pada keberanian wanita yang selama ini ia lihat dari balkon rumahnya.

"Amurwa, kau tidur tapi mengapa kau-kau ah, Amurwa, Apakah kau ingin menggodaku lalu meninggalkan aku lagi? Kalau iya, lebih baik sebelum semua terjadi, segera tinggalkan aku di sini sendiri. Aku tidak mau sakit hati untuk yang ke sekian kali."

"Maksudnya tidak ingin sakit hati untuk yang ke sekian kali itu apa, Padma? Aku tidak mengerti.:

Padmasari membelalakkan matanya melihat Amurwa Bhumi sedang memandangnya dengan tatapan kosong seperti bukan Amurwa yang menghuni tubuhnya. Padmasari yakin bahwa yang ada di tubuh Amurwa saat ini adalah sisi pribadinya yang lain, dan Padmasari tidak mau menyerahkan dirinya pada laki-laki yang arogan itu. Padmasari akan lebih bahagia ketika orang yang menemaninya adalah Amurwa Bhumi yang lemah lembut dan baik hati. ia kini tahu bahwa laki-laki yang selalu mencoba menggodanya adalah sisi lain yang buruk yang ada di tubuh Amurwa.

"Amurwa, bangun! Aku sama sekali tidak mau kau menggodaku ya. Aku tidak suka kamu yang semau sendiri seperti bukan dirimu. Aku maunya Amurwa yang baik dan normal. Bukan Amurwa yang memiliki segalanya. Aku yakin kau akan menyukai aku yang berdiri sebagai pribadiku dimanapun posisiku.