Sajadah merah episode 12
Tumpukan kertas berisi dokumen tertatapi di atas meja kerja, tak sengaja sebuah jemari lentik menarik satu dokumen. Alis berkerut ketika membaca dokumen tarsebut,"Apakah Farhan dalam masalah? Kenapa dokumen perusaaan Alfa Group terselip di sini?"
Iris safir memperhatikan setiap huruf dan angka dalam dokumen tersebut, sebuah grafik penurunan saham milik adik tirinya itu terlihat sangat jelas,"Sepertinya aku harus bicara dengan Farhan." Maulana segera mengambil ponsel miliknya, setelah itu ia menghubungi sang adik tiri.
**
Buka tutup, buka tutup. Begitulah mata seorang presdir tampan Alfa Group, ia tidak mengerti kenapa bisa saham perusahaannya bisa anjlok di pasar saham, sekarang dia berharap seseorang yang diutus untuk meeting dengan perusahaan Tahiland tersebut berhasil dan mereka mendapatkan tender besar.
Drrt…
Drrt…
Farhan mengalihkan perhatiannya pada ponsel yang tergeletak di atas meja, ia pun segera meraih ponsel tersebut,"Hallo."
"Farhan."
Farhan langsung duduk dengan tegak ketika mendengar suara sang kakak dari sebrang telpon, ia berusaha menenangkan dirinya dan berharap bahwa kakaknya itu tidak tahu apapun mengenai perusahaannya,"Ah, kak Ivan. Maaf, aku pikir siapa. Ada apa kakak menelponku?" tanyanya basa-basi.
"Farhan, aku ingin bertemu denganmu. Kapan kau ada waktu?" Maulana tetap tenang meski dalam hati ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi hingga perusahaan Alfa group bisa mengalami penurunan saham seperti itu.
Farhan menelan ludahnya sendiri, hatinya berdebat khawatir kalau sang kakak akan menanyakan masalah saham perusahaan yang anjlok,"Anu, kak. Maaf, aku sedang sibuk. Bagaimana kalau kapan-kapan saja." Ia berusaha untuk menghindari pertemuan dari kakak tirinya.
"Baiklah, tapi aku hanya ingin berpesan padamu. Farhan, harta itu bukan tujuan utama manusia hidup. Jangan terlalu dipikirkan, manusia hanya bisa berdoa dan berusaha, Allahlah yang menentukan segalanya. Kalau kau membutuhkan bantuan, kau tidak perlu sungkan. Assalamualaikum." Maulana menutup panggilan telponnya, bagaimana pun juga dirinya tidak bisa memaksa adiknya untuk berbagi cerita tentang semua masalahnya kalau sang adik tidak bersedia. Tetapi ketika adiknya membutuhkannya, selama mampu Maulana anak berusaha membantu.
Farhan menghela napas panjang, dia terlalu banyak berpikir tentang kakaknya tersebut. Kenyataannya sang kakak justru tidak pernah memaksanya atau mencecar dirinya. Meski bukan kakak kandung, tapi pria itu memang orang yang baik dan selalu bijaksana.
"Sebaiknya aku menemui kak Ivan, aku harus menjelaskan semuanya. Lagi pula kalau kakak bisa memberikan pekerjaan padaku, aku rasa itu lebih baik. Aku dengar, kakak akan membangun sebuah hotel berbintang dan perumahan elit. Siapa tahu, aku bisa mendapatkan pekerjaan itu."
Pria itu segera bangkit dari posisi duduknya lalu merapikan jasnya, setelah itu ia mengambil ponsel dan kunci mobil lalu pergi meninggalkan ruangannya.
**
Maulana menyerngit ketika hatinya kembali terasa nyeri, dia lupa harus meminum obat setiap hari. Ia pun membuka laci mejanya hendak mengambil obat miliknya tapi belum sempat dirinya mengambil seseorang telah datang menemuinya,"Paman."
Pria itu mengurunkan niatnya dan menutup lacinya kembali ketika melihat tubuh mungkil sang istri berdiri di depan pintu ruang kerjanya dengan ekspresi antara ragu dan takut.
"Sayang, ada apa? Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan pada suamimu ini?" tanya Maulana, dengan senyum lembutnya.
Fira menggelengkan kepala, sebenarnya ia hanya khawatir saja kalau kondisi tubuh suaminya kembali drop. Pria itu baru saja pulang dari rumah sakit dan langsung pergi ke kantor.
Maulana bangkit dari tempat duduknya lalu melangkahkan kaki menghampiri sang istri, disentuhnya wajah cantik sang istri dengan panuh kasih sayang,"Apakah kau menghkhawatirkanku?" Ia berharap gadis itu memang mengkhawatirkannya.
"Tidak, siapa yang mengkhawatirkanmu?!" Fira memalingkan mukanya, menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya.
"Lalu, apakah kau masih penasaran dengan pria bertopi dipenuhi rumput yang berdiri tegak? Kalau memang itu tujuanmu, suamimu ini bisa tunjukkan sekarang," tanya Maulana, ia merasa heran dengan sikap istrinya. Kenapa gadis itu harus datang menemui dirinya di kantor? sedang di rumah mereka sudah sering bertemu kecuali ada hal yang sangat mendesak.
Fira gelagapan mendengar pria itu hendak menunjukkan pria bertopi berdiri tegak, ia pun mengalihkan perhatiannya pada sang suami dengan tatapan mata horor,"Siapa yang mau kau tunjukkan pria bertopi dengan dipenuhi rumput yang sudah berdiri tegak?!"
Maulana menyerngit, kenapa sekarang istrinya jadi galak? Bukankah baru saja sang istri menunjukkan wajah memerah karena malu?
"Sayang, kenapa kau selalu galak seperti itu? Suamimu ini hanya bertanya, kalau misal kamu tidak mau ya bilang saja tidak usah, begitu. Tidak perlu bentak-bentak segela. Lagi pula apakah kamu tahu, bahwa sangat tidak baik bagi seorang istri membentak suaminya?"
Fira merengut, bibirnya cemberut. Kenapa pria itu selalu saja membuat dirinya merasa malu lalu detik berikutnya ia sudah dibuat bingung sekaligus malas kalau harus mendengar ceramah. Menurutnya dirinya tidak perlu diceramahi.
"Mau ceramah lagi?! jangan harap aku mau mendengarkannya."
Maulana terkekeh pelan mendengar penolakan sang istri, tapi dia bukan orang yang mudah menyerah untuk membimbing istrinya ke surga Allah,"Tidak, istriku. Siapa juga yang mau berceramah padamu? Suamimu ini hanya berbicara sebentar, sini." Maulana mengulurkan tangannya meraih pinggang sang istri lalu membimbingnnya menuju sofa mewah yang ada di ruang kerjanya. Setelah itu, ia mendudukkan gadis itu di atas pangkuannya lalu memeluk pinggangnya agar tidak kabur.
"Seorang istri yang berkata kasar terhadap seorang suami, maka bidadari di surga akan mendoakan yang tidak baik untuknya. Hal ini sesuai dengan hadis Rosullah, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, tetapi istrinya dari kelompok bidadari bakal berkata, "Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah tamu di sisimu; nyaris saja ia bakal meninggalkanmu menuju pada kami" (HR. At-Tirmidz). Mungkin juga sangat sering kamu menjumpai seorang suami yang berkata kasar bahkan sangat tidak pantas untuk diucapkan terhadap seorang wanita, karena bagaimana pun seorang wanita itu memiliki kasih sayang dan hati yang sangat lembut serta rapuh. Allah itu maha adil, siapa yang bersalah dialah yang akan menanggung dosanya.
QS. An-Nisa' Ayat 34
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar. Dosa yang tak akan terampuni ketika seorang suami berbuat kedzaliman terhadap istrinya.
Sayang, kalau kamu marah pada suamimu. Kamu tidak perlu bentak-bentak, cukup bicara baik-baik saja, insya Allah suamimu ini akan mengerti. Sekarang apakah kamu mengerti?" jelas Maulana lemah lembut. Sebagai seorang suami dia harus bisa menggunakan cara terbaik untuk menuntun sang istri, ia tahu kalau gadis itu bukan tipe orang yang bisa diberi masukan seperti manusia pada umumnya. Jangankan untuk memulai ceramah, baru juga mengucap salam, pasti sudah mendelik galak sambil marah-marah tidak jelas.
Terimakasih untuk pembaca yang masih setiap untuk meluangkan waktu membaca novel sajadah merah. Mohon maaf apa bila ada kata yang kurang berkenan, penulis juga merupakan manusia, mereka tak pernah luput dari kesalahan. Sekali lagi ambillah yang baik dari novel ini dan tinggalkan yang buruk.
Jangan lupa untuk meninggalkan komentar dan reviuw guna penyemangat. Kalau misal ada yang mau usul untuk kelnjutannya, juga bisa. Terimakasih.