webnovel

RMAREY

Aku putus asa, dia yang selama ini kutunggu dan ku perjuangkan hilang begitu saja. Aku merasa kosong... sesuatu yang selama ini ingin ku lihat lagi raib dengan mudahnya. Aku tak tahu harus apa lagi, hidup ini terasa menyakitkan. Sampai pada waktu yang terbaik, saat aku benar benar jatuh, lemah, dan menyerah. Aku mendapatkan obat dari semua kehampaan hidup, kau tahu? Obat itu adalah kedatangan mu. Kau yang datang dengan menggenggam sekeping hati yang dulu hilang, membawa segaris senyum yang telah pergi, dan mengembalikan hangatnya mentari pagi. Membawaku bangkit, dan kembali berjuang bersama menghadapi pedihnya hidup.

imagiwordz · วัยรุ่น
Not enough ratings
20 Chs

MY EVERYTHING (RMARE POV 2)

Sebentar lagi kenaikan kelas, ujian. Untuk pertama kalinya di SMA, aku merasa ada saingan yang sangat berarti. Ya, Rey. Dia semakin menunjukan kecerdasan nya, dia berbeda dari yang lain, dia cerdas dalam berfikir, dewasa dalam bertindak. Tapi satu hal yang bikin aku bener bener kagum sama dia: cuek. Dia bener bener cuek, kadang jutek juga. Kalau cewek lain paling langsung geer kalo diliatin, kalau dia cuek aja, kayak gimana gitu... pokoknya dia berkesan banget.

Hari ini ujian praktek Fisika, di Labolatorium lantai 1. Semuanya happy happy aja saat ujian sudah beres, bikin bikin experimen sendiri, tapi aku cuma diam di pojok ruangan, tida ada yang menarik. Rey, memasukan mikroorganisme ke tabung kecil berisi gas metana, fatal sekali memang... tapi dia tak akan bisa dicegah, jadi biarlah.

Aku melihat ke kaca, di luar, rasanya tadi baru hujan rintik rintik. Tapi kok sekarang hujan nya deras banget ya? Pohon juga keliatan mau patah, angin kenceng banget. Kenapa? Ah! Paling cuma perasaanku.

Hampir 15 menit kelasku ber experimen, hingga tiba tiba gempa kencang melanda, semuanya panik dan berhamburan ke luar sekolah. Aku juga kaget, tak bisa mengendalikan diri, panik. Di tengah keributan, aku mendengar jeritan yang benar benar mencuri perhatianku, ditengah asap tebal dan runtuhan gempa dia berlari, Rey. Dia berlari, berusaha meraih Viina, sahabatnya. Viina tersungkur di pojok ruangan, pingsan terkena ledakan.

Aku ikut panik, bahaya jika ia mendekati orang yang baru terkena ledakan, energi ledakan masih ada di tubuhnya, bisa membuatnya ikut pingsan sesak nafas.

Aku berlari, berusaha mengalahkan debu yang semakin mengepul, asap yang semakin terasa panas, dan kondisi yang semakin buruk. Meraih lengan nya, langsung menariknya ke luar sekolah, memarahinya. Setelah merasa dia cukup mengerti situasi, aku menyerahkan Rey pada warga sekitar yang ikut membantu, lengan nya luka.

Aku masuk lagi ke dalam sekolah, memastikan semuanya sudah tertolong, tak ada yang terjebak di reruntuhan. Beberapa lama, mobil pemadam kebakaran dan beberapa ambulans datang, suaranya riuh mengalahkan desir angin yang menggila. Aku menjauh, menyerahkan semua itu pada petugas.

Aku pergi dari lokasi, baju ku yang basah kuyup membuatku menggigil, ditambah lagi angin yang super kencang. Saat aku kembali, aku memperhatikan semua kejadian dari jauh. Dan di sebrangnya, aku melihat Rey yang lesu sedang diobati tangan nya oleh warga sekitar. Aku yakin dia masih tegang, tapi sudahlah... aku juga tak bisa mendekatinya sembarangan, orang itu... jual mahal sekali.

Saat ini... aku sangat mengkhawatirkan Rey, apa dia trauma? Apa luka di tangan nya serius? Apa dia butuh pertolongan khusus? Apa dia baik baik saja? Kurasa... dia sama kedinginan nya denganku. Ah, jika saja aku bisa menghangatkan nya.

Rey, adalah orang pertama di SMA yang membuatku takut tersaingi, bayangkan saja, waktu penilaian tengah semester 2 kemarin selisih nilaiku dan dia hanya 0,25!. Itu mengejutkan semua orang, teman teman dikelas menyorak nyoraki Rey, bilang bahwa tak mustahil dia mengalahkam ku. Tapi dia hanya tersenyum, emosinya stabil. Ayolah Rey!, kamu itu... unik. Masa santai banget sih? Padahal sampai saat ini aku masih memikirkanmu, aku tak mau kau terluka, apalagi trauma. Aku lebih mementingkan dia daripada banyak orang yang lain, karena dia mudah sekali mencuri perhatianku, mengambil salah satu posisi terbaik dihatiku. Tolong dong! Perhatiin aku dikit aja!, karena bagiku... kamu itu segalanya. Saat ini.

Besoknya, aku menyusuri jalan jalan dekat rumahku, mengecek separah apa akibat gempa kemarin di lokasi lain. Sejauh ini.. kurasa yang terburuk adalah di sekolah ku, di sekitar sini paling jalanan beton retak, dan gedung kecil rubuh tak ber aturan, kalau sekolahku... sudah rusaknya paling parah, korban nya banyak pula

Semakin lama, aku tak sadar kaki ku melangkah semakin jauh dari rumah, menuju jalan besar di gang sebelah. Dari jauh, aku melihat seseorang duduk di salah satu warung pinggir jalan, tertunduk. Eh... itu Rey kan? Dia sudah sehat?. Aku menghampirinya, berusaha SKSD.

Awalnya aku memesan minuman ke penjual nya, lalu duduk di depan Rey. Dia termangu melihatku, yahh... aku tahu. Betapa judes aku dimatanya, dan betapa sinis aku baginya. Dan atas image jelek itu, aku mengklarifikasi image ku yang rusak.

"Aku tidak se judes itu Rey..." ucap ku berusaha ramah, tersenyum.

seketika, pipi Rey merona, matanya terlihat berkilau dengan bekas bekas air mata. sungguh jelita. Dia terlihat salah tingkah, aku jadi ikutan gugup. Ah, dasar wanita!