webnovel

RMAREY

Aku putus asa, dia yang selama ini kutunggu dan ku perjuangkan hilang begitu saja. Aku merasa kosong... sesuatu yang selama ini ingin ku lihat lagi raib dengan mudahnya. Aku tak tahu harus apa lagi, hidup ini terasa menyakitkan. Sampai pada waktu yang terbaik, saat aku benar benar jatuh, lemah, dan menyerah. Aku mendapatkan obat dari semua kehampaan hidup, kau tahu? Obat itu adalah kedatangan mu. Kau yang datang dengan menggenggam sekeping hati yang dulu hilang, membawa segaris senyum yang telah pergi, dan mengembalikan hangatnya mentari pagi. Membawaku bangkit, dan kembali berjuang bersama menghadapi pedihnya hidup.

imagiwordz · วัยรุ่น
Not enough ratings
20 Chs

Kau

Nama ku Rey Drude, tapi panggil saja aku Rey. Aku murid baru kelas 10 semester dua di sekolah ini, baru kemarin aku pindah. Aku bukan siswa yang begitu cantik, apalagi populer. Hidungku sama sekali tidak mancung, kulitku kuning langsat, dan tubuhku bukan tubuh ideal, atau bisa dibilang agak gemuk. Dalam akademik aku menonjol di pelajaran seni dan bahasa. Tidak ada yang spesial tentang ku, kecuali fakta bahwa aku menguasai 12 bahasa saat ini.

Kemarin, saat ku perkenalkan diriku di depan kelas, aku berusaha memahami suasana sekitar. Murid muridnya bisa di bilang cukup ramah dan mudah menerima ku. Kecuali, seorang lelaki yang duduk paling belakang, di pojok kanan ruang kelas. Dari awal sepertinya dia tidak menyukaiku. Tatapan nya sinis, dan tidak banyak bicara.

teman teman baruku mengerubungiku, tanya ini itu, tantang ini itu. Aku menjalankan apa yang mereka mau dengan santai, toh aku bisa melakukan nya.

Anak lelaki di pojok itu tiba tiba pergi saat teman teman mengerubungiku, terlihat benar benar tak menyukaiku. Saat dia pergi aku berusaha bertanya pada teman teman baru ku, siapa dia? Mereka hanya bilang "panggil saja RMARE" dan mereka bilang dia memang termasuk anak yang sedikit ansos, tapi sangat cerdas.

RMARE kembali dengan wali kelas baru ku di depan nya, siswa siswi kalang kabut kembali ke tempatnya masing masing. Materi pertama di sekolah ini pun disampaikan, belajar.

Bulan demi bulan berlalu, menjelang kenaikan kelas semakin di sibuk kan dengan tugas tugas yang menumpuk. Semua siswa bingung dan terlihat keberatan menyelesaikan tugas, apalagi fisika. Kecuali RMARE, dia tampak tenang mengerjakan, terlihat sangat telaten. aku sudah berusaha bersosialisasi dengan nya, tapi jangankan senyum, jawab nya saja hanya mengangkat alis! Judes sekali dia. Aku benci! Pokoknya benci!. Teman temanku memang banyak yang menjauhi dia, memang sih... orangnya cerdas, jago olahraga dan ternyata dia juga menguasai 20 bahasa, banyak sekali bukan? Belum lagi dia cukup tampan. Tapi tetap saja! Dia judes, culas, gak suka bergaul... dan denger denger sih banyak yang pernah ngajak dia berhubungan lebih dari teman, tapi semuanya di tolak. Namanya juga ansos, gimana sih?!

Hari ini ujian praktek Fisika. Semua siswa dan siswi kelasku pergi menuju lab untuk melakukan eksperimen, tak terkecuali aku dan RMARE.

Saat di laboratorium... semuanya sedang asyik dengan eksperimen masing masing, bahkan ada yang menghasilhan kaca warna biru muda dari zat zat yang dicampur. Aku juga sedang asik dengan eksperimenku yang memasukan mikroorganisme ke dalam cairan yang di campur gas metana, semuanya berjalan baik baik saja.

Hingga tiba tiba gempa kencang disertai hujan badai melanda, begitu kejam. semua gelas kaca jatuh berserakan, lemari kaca pecah, atap pun runtuh. Keributan terjadi di mana mana, banyak yang berteriak panik sambil meninggalkan kelas masing masing, beberapa bahkan asma karena terkejut. Di Lab, salah satu gelas eksperimen terpental, menjatuhkan dua gelas lain sekaligus, meledak. Tiga teman wanita ku terluka, satu pingsan dan satu tertimpa reruntuhan. Aku menjerit histeris, tak tega melihat sahabat baru ku terkena ledakan eksperimen, aku berlari berusaha meraihnya, sudah sangat dekat untuk menarik sahabatku yang kini tergeletak tak berdaya.

Tapi tiba-tiba seseorang meraih tanganku, menyeretku ke luar sekolah, dan langsung memarahi ku yang masih meratapi sahabatku. "Rey! Kau gila? Kau tahu kan bahwa bahan bahan itu meledak? Kenapa kau malah mendekatinya!? Aku tahu dia sahabatmu, tapi dengan begitu kau juga membahayakan dirimu sendiri!" Ucapnya sedikit berteriak, berusaha mengalahkan desir angin yang semakin menjadi jadi. Aku hanya tertunduk lesu, menangis.

Aku belum mengerti keadaan, semuanya terjadi begitu cepat. Sekarang pukul 14.37, gempa terjadi selama 5 menit, dan hujan badai menerjang hampir 3 jam. Aku berhasil selamat dari kejadian maha dahsyat itu. Aku sedang duduk di salah satu kursi dalam pekarangan rumah warga, seorang warga mengobati luka di tangan ku.

Kabar sahabatku belum di ketahui, 2 mobil pemadam kebakaran riuh mengamankan sekolah dan perumahan, dibantu beberapa warga yang selamat. Sedangkan orang yang menarik tanganku tadi pergi entah kemana, siapapun kau... terima kasih.

Hari ini, aku baru mengetahui kabar sahabat baru ku, dia meninggal. Aku tak bisa menahan air mata yang semakin deras sejak kemarin. Sekolah dan perumahan di sekitarnya masih di evakuasi. Gempa melanda di banyak tempat, tapi saat ini diketahui bahwa titik pusat paling kencang adalah di sekolah ku. Aku berusaha menghibur diriku sendiri, hari ini sekolah libur... jadi aku naik sepeda berkeliling, meski entah mau kemana. Aku ingin me refresh fikiranku dari kejadian kemarin.

Di tengah jalan, aku menyisi dan berhenti sejenak, lelah. Aku duduk di kursi salah satu warung, lalu memesan minuman. Setelah aku minum, aku terfikirkan kembali kejadian kemarin. Esperimen fisika, gempa, badai, dan ledakan. Semua itu terasa begitu cepat. Lalu, sahabatku. Mengingatnya, wir mataku kembali mengalir deras.

Di tengah lamunan, seseorang tiba-tiba duduk di depanku, memesan minum, lalu berkata "kau sudah merasa lebih baik?" Ucapnya ramah. Aku diam, mengenali suaranya... sepertinya tak sering ku dengar, tapi aku pernah mendengarnya. Siapa? Gumamku penasaran. Aku melihat ke depan, mengangkat sedikit kepalaku. Dia tersenyum. Tanpa ku sadari mataku melotot tak percaya, dan nafasku menderu. Tapi aku tetap terdiam, membisu.

"Kamu... kamu... bukanya..."