Arth, Mine dan Shivi terus berjalan di dalam hutan yang gelap dan seram.
"Apa yang kau lakukan tadi?" Ujar Arth yang kebingungan mengapa iblis-iblis tadi ingin membunuh dirinya sendiri.
"Mereka tergoda oleh ku. Itulah sihir terhebat para Succubus, para Succubus biasanya menggoda para korban untuk niat jahat seperti yang ku lakukan tadi. Namun, aku merasa aneh karena tidak bisa menggoda mu" ujar Shivi sambil tersenyum.
"Aku tidak terlalu mengerti tentang Succubus. Aku tidak tahu kemarin kamu menggoda ku. Ada hal yang akan ku tanyakan tentang Succubus kepada mu" ujar Arth sambil kebingungan.
"Apa itu?" Jawab Shivi dengan penasaran.
"Kenapa ketika wajah ku berdekatan dengan mu tiba-tiba bola mata mu berubah dan wajahmu juga memerah. Apakah Succubus memiliki kemampuan lain?" Ujar Arth sambil memegang dagunya.
"Tidak..." Tiba-tiba Shivi berkata seperti itu.
"Kenapa?" Arth menjadi merasa aneh pada Shivi.
"Tidak...tidak...tidak...mana mungkin aku begitu! Aku adalah raja kerajaan yang agung" ujar Shivi sambil malu-malu. "Apakah aku terpesona padanya? Tidak...tidak...mana mungkin Succubus terpesona pada manusia" Ujar Shivi di dalam hatinya yang tiba-tiba menjadi kacau.
"Tuh lihat! Lagi-lagi mata mu berubah menjadi bentuk hati!" Ujar Arth sambil mendekati wajah Shivi yang berubah lagi.
{Jika Succubus suka pada sesuatu, maka secara tidak terkendali bola matanya berubah menjadi berbentuk hati yang berwarna merah jambu. Dan terkadang wajah mereka memerah akibat malu}
"Kamu jahat!" Ujar Shivi yang tiba-tiba menangis. Shivi menangis dalam keadaan mata yang masih terpesona pada Arth. Namun sebenarnya Shivi menangis karena tidak tahan menahan rasa malu.
"Eh? Kenapa kamu menangis? Apakah ada sesuatu yang ku ucapkan sehingga membuat mu tersinggung?" Ujar Arth yang panik.
"Huaa...." Shivi malah menangis dengan kencang.
"Ha...apa yang telah ayah lakukan? Ayah jahat sekali! Lihat Shivi menangis akibat ulah ayah. Cepat tanggung jawab!" Ujar Mine yang dari tadi memperhatikan.
"Iya aku salah! Lagian aku tidak tahu dimana salah ku!" Ujar Arth sambil malu-malu.
"Banyak omong! Cepat tanggung jawab!" Ujar Mine sambil menyentak.
"Iya! Kenapa Mine jadi galak?" Ujar Arth dengan nada sangat rendah.
Arth langsung menghampiri Shivi dan memegang kedua pundak Shivi. "Hey! Berhentilah menangis" ujar Arth yang berdekatan dengan Shivi sehingga empat mata saling bertatapan dalam jarak dekat.
"Mata mu semakin berbentuk hati" ujar Arth yang melihat mata Shivi semakin berubah menjadi gambar hati. Namun, Shivi malah menangis sangat kencang karena semakin malu pada Arth. "Aku tidak tahan menahan rasa malu ini" itu yang di katakan dalam hati Shivi.
"Berhenti menangis! Aku akan melakukan apapun agar kamu berhenti" ujar Arth sambil berdiri.
"Aku ingin di gendong!" Ujar Shivi tanpa terkendali. "Kenapa aku berkata seperti itu?" Hati Shivi benar-benar dibuat kacau oleh Arth.
"Hah?"
"Pokoknya ayah harus melakukan apa yang diinginkan Shivi!" Ujar Mine yang cemberut dan marah pada Arth.
"Tapi?"
"Tidak ada tapi-tapi! Pokoknya ayah harus bertanggung jawab pada perempuan" ujar Mine marah pada Arth.
"Iya!"
Arth langsung menggendong Shivi yang sedang menangis. "Aku mohon untuk berhenti menangis!" Ujar Arth sambil menggendong Shivi. Namun, Shivi terus menangis sambil menggesekkan mata nya.
"Kenapa mataku terus berubah sih?" Ujar Shivi yang mencoba untuk tegar dan menahan rasa pesonanya.
"Kita pergi ke jalan yang mana?" Ujar Arth yang melihat ada dua jalan yang berbeda. Shivi langsung menunjuk ke arah kanan tanpa berbicara.
"Ok! Kita akan berjalan ke kanan" ujar Arth sambil menggendong Shivi. Tiba-tiba Arth terpikirkan sesuatu. "Ouh iya! Jangan-jangan kamu ingin di gendong cuman ingin menggoda ku ya?" Ujar Arth yang tiba-tiba terpikir itu.
"Bukan...tidak..." Jawab Shivi yang mulai meneteskan air matanya lagi.
"Iya...iya...aku percaya pada mu! Aku mohon jangan menangis lagi" ujar Arth dengan panik.
"Dasar ayah!" Ujar Mine yang cemberut
"Kenapa ayah yang di salahkan?" Ujar Arth yang tidak mengerti.
"Ayah tidak mengerti perasaan perempuan!" Jawab Mine yang juga cemberut pada Arth.
"Kenapa kau juga marah pada ku?" Ujar Arth kepada Mine yang juga marah pada Arth.
************
Sementara itu di tanah para dewa. Raka mendapatkan surat dari manusia untuk Orba.
"Surat apa ini?" Ujar Orba yang penasaran dengan surat yang di berikan oleh Raka.
"Itu surat dari para manusia! Aku mendapatkan surat itu ketika aku membuat kontrak dengan manusia. Namun, mereka menolak kontrak kita dengan lantang sekali" jawab Raka.
Orba langsung membuka surat itu dan terdapat satu kertas yang bertuliskan: "kami, bangsa manusia menolak perjanjian kontrak dengan para dewa dan ingin mencabutnya. Kami sudah tidak perlu bantuan dari para dewa karena kami sudah belajar ilmu sihir yang bisa berguna bagi kerajaan. Dengan ini, saya raja dari kerajaan barat para manusia ingin membuat surat untuk melepaskan kontrak antara dewa dan manusia. Dengan begitu, manusia bisa hidup tanpa perlu memberi sebagain hartanya dengan terpaksa" itulah dialog yang ada dalam surat tersebut.
"Apa maksudnya ini?" Ujar Orba yang berteriak dan membanting meja yang ada di depannya.
"Aku tidak tahu! Aku cuman menyampaikan surat itu dari mereka" jawab Raka yang ketakutan melihat Orba yang marah.
"Beri surat peringatan untuk bangsa manusia! Memangnya manusia bisa berbuat apa? Sehingga mereka berani bilang seperti itu" ujar Orba memerintahkan kepada Raka. "Raka! Sekarang kau tulis sebuah surat! Aku akan membuat dialognya!"
"Baik" jawab Raka sambil membawa kertas dan satu pulpen.
"Tulis apa yang ku bicarakan! 'kalian para manusia, nenek moyang kalian telah membuat kontrak dengan kami agar kalian tidak di serang oleh bangsa iblis. Jika kalian tahu mengapa para iblis menyerang kalian? Jawabannya adalah karena kalian sangat lemah. Kami bangsa dewa menolak untuk melepaskan atau menghapus kontrak dengan manusia. Jika bangsa manusia masih bersikeras untuk menghapus kontrak, maka perang antara dewa dan manusia yang akan menjawabnya. Sama seperti dulu, kalian akan dijajah kembali oleh para dewa jika kalian ingin menghapus kontrak dengan kami" itu yang ada pada surat para dewa untuk manusia yang dibuat langsung oleh Orba.
"Kirim surat ini secepatnya" ujar Orba pada Raka. Raka langsung bergegas keluar dari ruangan sambil membawa suratnya karena takut melihat Orba yang marah-marah.
"Ternyata manusia punya nyali juga pada jaman sekarang! Aku ingin segera mengetahui jawaban dari mereka" ujar Orba sambil membereskan barang-barang yang ia lemparkan saat marah.