"uhuk...uhuk...lepaskan aku!" Ujar Erina yang tidak tahan dengan cekikan yang dilakukan oleh Nekara. Bahkan, sangking kerasnya cekikan itu, wajah Erina sampai pucat dan sesak nafas.
"Hahaha...kenapa? Apa kamu merasakan kesakitan yang sangat mendalam sehingga kamu merasakan penderitaan yang begitu lama? Biarkan aku memberi tahu mu! Sesakit-sakitnya yang kamu rasakan sekarang, akan lebih sakit jika yang terlukanya adalah apa yang ada di dalam. Bahkan sangking sakitnya, kau pasti ingin menghilangkan semua perasan itu dengan membunuhmu sendiri" ujar Nekara sambil tertawa-tawa.
Erina kemudian meludahkan air liurnya kepada wajah Nekara. "Kau tidak tahu apa arti yang sebenarnya bagi orang yang memiliki hati. Seseorang yang tidak memiliki hati memang tidak pantas untuk hidup di dunia, karena buat apa ia hidup jika tidak ada rasa yang ada di dalam hatinya, dan itu adalah kau!" Jawab Erina sambil terus terengah-engah dan sesak nafas.
"Diam!...kalau begitu kita buktikan, siapa yang akan hidup dan siapa yang akan mati. Apa kau masih bisa mempercayai Arth yang tidak ada dan tidak membantu mu saat ini?" Ujar Nekara sambil terus mencekik Erina sambil membersihkan air liur yang ada di wajahnya.
"Aku yakin bahwa Arth akan menolongku suatu saat nanti!" Jawab Erina dengan nada kecil karena pita suaranya di tekan oleh Nekara.
Mendengar itu, Nekara merasa tertarik dengan perkataan Erina dan ingin menyandra Erina untuk memancing Arth datang. "Kita buktikan siapa yang benar dan siapa yang salah"
"Brugg" tiba-tiba Siestina menyerang Nekara yang sedang mencekik Erina mengunakan akar yang hidup dan berubah menjadi ular. "Stthh" ular itu kemudian menyerang Nekara dengan ekornya. Namun, Nekara melompat ke atas langit dan melepaskan Erina.
Ular itu kemudian memakai tubuhnya sebagai pijakan empuk bagi Erina yang terjatuh. "Sial...di saat-saat ini, ada aja yang mengganggu ku" ujar Nekara yang masih melayang di atas langit.
"Huooo....." Tiba-tiba Silvanus memukul Nekara dari belakangnya sehingga Nekara terlempar oleh pukulan Silvanus. "Bawa Erina dan Ginny pergi! Dan Siestina! Kau juga harus lari" teriakan Silvanus sambil memanggil tombaknya.
"Bruggh" Nekara membentur batu yang begitu besar sehingga batu itu seketika hancur. "Agkhh...sial! Bisa-bisanya aku lengah dari Silvanus" ujar Nekara yang kesakitan dan kemudian langsung mencoba untuk berdiri.
Erina, Siestina dan Ginny di bawa pergi oleh ular raksasa yang di panggil oleh Siestina. "Aku akan menyembuhkan mu" ujar Ginny sambil memulihkan keadaan Erina.
Silvanus kemudian menodongkan tombaknya kepada Nekara. "Baiklah sasaran sudah di targetkan. Kau tidak bisa menghindari serangan ini!...huooo..."teriakan Silvanus sambil melemparkan tombaknya dengan kecepatan tinggi. Sangking cepatnya, tombak itu bahkan mengeluarkan radiasi dan angin yang begitu besar sehingga Nekara tidak mungkin menghindari serangan itu.
"Cuih...aku tidak bisa menghindari serangan itu! Apa boleh buat, aku harus menahannya secara langsung" ujar Nekara sambil memusatkan sihir kepada kedua tangan.
"Srutt...boom" tombak itu terus di tahan oleh kekuatan sihir Nekara, namun tombak Silvanus juga tidak berhenti-henti, tombak itu terus meluncur walaupun di tahan oleh Nekara. "Aku akan menghancurkan senjata ini!..." Teriakkan Nekara sambil mengeluarkan sihirnya.
"Sekarang Hiuga.." teriakan Silvanus yang melihat kesempatan bagi Hiuga untuk menyerang Nekara.
"Ya" Hiuga kemudian berlari dengan cepat dan langsung melompat ke hadapan Nekara, kemudian Hiuga menendang kepala Nekara dengan sangat kuat. "Huooo"
"Sial! Disaat-saat seperti ini, masih ada yang menggangu" ujar Nekara yang pasrah. "Brugg" kepala Nekara berhasil di tendang oleh Hiuga sehingga tombak Silvanus kembali meluncur dan menabrak Nekara hingga dibawa terbang oleh tombak itu.
"Hahaha...kalian kira ini akan membuat ku merasakan kesakitan? Akan ku beri tahu lebih sakit yang mana antara sakit hati dan sakit karena luka" kata Nekara yang terbawa oleh tombaknya Silvanus.
"Baiklah! Sekarang aku yang akan menyerangnya" Silvanus Kemudian melompat ke atas langit dan menghampiri Nekara yang masih terbawa oleh tombak miliknya. "Kesini kau!" Ujar Silvanus. Tombak itu terus membawa Nekara ke hadapannya hingga pada akhirnya. "Deadly blow from the ice dragon" Silvanus memancarkan energi esnya kepada pukulan tersebut sehingga tangan Silvanus berubah menjadi tangan yang beku.
"Huooo...." Silvanus kemudian memukul Nekara yang sedang di bawa oleh tombak ke hadapannya. "Boom" Nekara terpental jauh dan kemudian meledak menjadi ledakan beku yang besar. Sangking besarnya ledakan es itu, semua sekitar yang ada di sana ikut ter-beku oleh serangan hebat dari Silvanus.
"Ha...ha...ha...akhirnya kita bisa mengalahkan dewa Nekara. Bagus Hiuga!" Ujar Silvanus yang kelelahan sambil terengah-engah.
"Ya...kita memang tim yang bagus" jawab Hiuga sambil tertawa karena senang.
Tubuh Nekara membeku di tengah-tengah batu es yang telah dikeluarkan oleh Silvanus. Meskipun tubuh Nekara membeku, akan tetapi pikiran Nekara tidak ikut membeku. "Hahaha...aku terlalu sering bermain-main dengan mereka hingga aku diremehkan oleh mereka. Sekarang apakah aku akan serius atau cuman bermain-main?...hehe...Arth! Aku lebih serius jika aku bertarung dengan mu! Karena sebenarnya aku tidak ingin membunuh siapapun selain kau Arth! Namun, jika salah satu cara untuk menemui mu adalah harus membunuh orang lain, maka aku akan melakukan itu dengan senang hati...hahaha..." Ujar Nekara sambil mengeluarkan sihir api yang keluar dari seluruh tubuhnya sehingga es Silvanus bisa di cairkan oleh Nekara.
"Tunggu! Dia masih hidup" ujar Silvanus sambil merasakan sihir yang besar dan luar biasa.
"Benarkah? Kalau begitu, kita harus berusaha untuk mengulurkan waktu untuk teman kita dengan cara menyerang Nakata tanpa henti. Ayo Silvanus! Walaupun kita tidak bisa mengalahkan nya, akan tetapi kita bisa menggagalkan misinya" jawab Hiuga sambil mengajak Silvanus untuk menyerang Nekara yang sedang melelehkan es Silvanus dengan sihir apinya.
"Ya...itulah semangat yang ingin ku lihat setelah berjuta-juta tahun aku menganggur di dalam gua" jawab Silvanus dengan semangat.
"Hahaha...setelah ini, aku akan membuat mereka berdua merasakan kesakitan tanpa harus membunuhnya. Setelah itu, aku akan menculik Siestina dan gadis cantik yang bernama Erina supaya Arth datang ke hadapanku dengan sendirinya...hahaha..."
************
Sementara itu, Arth, Shivi dan yang lainnya sedang berjalan menuju kerajaan DARK Flame.
"Apa yang akan terjadi dengan temanmu yang sedang di penjara?" Ujar Shivi yang masih penasaran dengan kejadian yang telah terjadi pada mereka.
"Mereka di penjara hanya digunakan untuk memancingku supaya aku datang langsung kehadapan mereka! Yang membuat ku sulit adalah teman ku akan di gunakan supaya aku menyerahkan diri ku sendiri, sama seperti kejadian kemarin. Aku tidak ingin mereka lama-lama di penjara. Maka dari itu, aku ingin segera tiba di kerajaan DARK Flame. Dengan begitu, aku bisa memanggil seluruh pasukan bangsa iblis untuk menyerang seluruh para dewa" jawab Arth dengan ganas.