webnovel

Regret and Gratitude

Tidak!!! Aku bukannya tidak menyesal! Aku sungguh menyesalinya! Tapi.... bukan dia yang harus menanggungnya. Aku akan membesarkannya, ya aku tidak akan menggugurkannya! -Aqila Perasaan janggal terhadap satu perempuan. hanya SATU! ya hanya dia, dia seperti menjadi bagian dari diriku. TIDAK! aku tidak memikirkannya atau apapun hanya saja merasa... ya entahlah. -Arkan ~~~~ Kalian gaakan nyangka apa yang ada di cerita ini~ Karena ini bukan cerita married by accident biasa.

zylavida76 · วัยรุ่น
Not enough ratings
37 Chs

Part 9

Ketika memasuki toko tersebut, gue ngerasa melihat Aqila versi lebih berisi. Tapi sebelum gue memanggil, ada telfon masuk dari mommy.

"Assalamualaikum kan, sepertinya aqila menghilang"

"Ha?-"

"Pantesan kemarin dia gapernah ada dirumah atau di toko

"Mom bentar deh arkan mau ngomong"

"Kamu udah tau? kok gangasih tau mom-"

"LISTEN MOM, arkan udah sewa detektif kok jadi mom tenang aja ya. Mami sama papi aqila udah tau mom"

"Ooiya mom sampe lupa ngasih tau mereka"

"Lebih baik gausah dikasih tau dulu ya mom, mereka kan sibuk. Lagian mereka udah titipin aqila sama kita, jadi kita handle sendiri dulu ya mom"

"Kok gitu?'

"Serahin sama Arkan ya mi"

*Next Month*

"Arkan, ini udah sebulan Aqila hilang loh nak, masa ortu aqila ga dikasih tau sih. Mereka kan pasti khawatir sama anaknya"

"Iya mom, sabar dulu Arkan berusaha cari cuman cluenya masih sedikit banget, kasih arkan sedikit waktu lagi"

"Lagian tumben amat detektif lama kerjanya"

"Ga tau mom Arkan aja kesel, lagian kemana sih Aqila ilangnya tanpa jejak gitu"

"Eciee kangen ya sama Aqila cie ciee"

"Apaan sih mom... Dad yuk berangkat, Arkan tunggu di depan ya"

Kalian pikir gue ngerasa 'kehilangan dia?' HA!

BANGET NJIRRRR....

*Flashback 2 minggu*

"halo pak, ada perkembangan?"

"maaf pak, tidak ada perkembangan berarti selain email nona aqila selalu aktif"

"sudah dilacak dimana email itu on?"

"sudah pak,tapi sepertinya nona aqila memakai fake location"

"yasudah, jika ada perkembangan kabari saya"

"ya pak, siang"

"siang"

Gila! selama dua minggu masa gaada perkembangan yang berarti sih? Sejauh ini gue udah mulai terbiasa dengan mimpi anak kecil yang memanggilku daddy. Mimpi itu mulai menemaniku selama hilangnya aqila. Dia juga sering bercerita mengenai bundanya.

Seperti 10 hari setelah hilangnya aqila...

"Hai dad, bolehkah aku bercerita tentang bunda"

"Boleh, seperti apa bundamu?"

"Bunda sangat baik dan cantik dad, bunda selalu memenuhi keinginanku, aku sangat mencintai bunda dad"

Minggu ketiga hilangnya aqila mimpi itupun kembali berlanjut....

"Dad, bunda muntah muntah, aku sedih melihatnya"

"Apakah bundamu sakit? Sudah dibawa ke dokter? Lalu bagaimana keadaannya?"

Dimalam itu gue terbangun dengan hawa khawatir yang luar biasa. Apakah gue khawatir sama bundanya? Ah mana mungkin gue aja tau juga engga.

Sebulan setelah aqila hilang mimpi itu kembali...

"Hai dad, apa dad tidak mau bertemu dengan kami?"

"Kami? Siapa yang dirimu sebut dengan kami?"

"Aku dan bunda"

"Bagaimana aku bisa bertemu dengan kalian?"

"Nanti aku kasih tau, da dadd"

Sejak saat itu gue belom ada mimpiin anak itu, jadi kangen gue. Sebulan kepergian aqila gue selalu sibuk, sibuk proyek besar sampe sebulan kedepan. Belom lagi gue selalu kepikiran aqila. Persetanan dengan club ataupun para b*cth itu. Gue gatenang sampe aqila ketemu!

*Aqila POV*

Hidupku? Kalian pasti bertanya apa yang kulakukan sebulan ini hihihihi, satu kata aja ngungkapinnya "menikmatinya"

Ya hidupku selama 3 minggu ini hanya kuisi dengan membuat kue dan bermalas malas ria. Menikmati kehamilanku, sedih? Ha! Sedihlah sendirian nanggung semua, but see... Aku masih bisa menjalaninya bayiku baik baik saja. Makanku bertambah 2 kali lipat, membuatku lebih berisi dari biasanya.

Tapi memasuki bulan ketiga kehamilanku mulai mengalami morning sick, dan lemassss sekali. Tapi masih beruntung aku masih mau makan hihihi. Sekali sekali aku masih memimpikan sosok arkan, ahh kangennya sama arkan. Apakah aku sudah mulai mencintainya?

Seminggu ini tubuhku semangkin melemah, muntah yang ku alami bertambah parah, sampai akhirnya akupun harus dibawa kerumah sakit. Kemarin malam kata bibi aku ditemukan dilantai tempat tidurku dalam kondisi pingsan, ah aku ingat aku abis muntah dan terduduk lemah dilantai sambil bersandar di tempat tidurku dan tiba tiba semua menggelap.

Ketika aku terbangun, sudah ada di rumah sakit ini. Hffft menyebalkan! Aku benci makanan dirumah sakit! Aah sebaiknya aku memesan cake dari tokoku saja. Lalu aku harus apa disini?

Toktok

"Ya masuk"

"Permisi, pagi ibu aqila"

"Pagi dok pagi sus"

"Bagaimana perasaan anda? Sudah lebih baik?"

"Hm lemas saya sudah berkurang sih dok, apa janinku baik baik saja?"

"Janinnya kuat bu, hanya saja kondisi anda yang terlalu banyak muntah membuat anda dehidrasi berat dan pingsan. Beruntung langsung dibawa kerumah sakit"

"Oh gitu, trus saya harus nginep berapa hari?"

"Paling tidak 3 hari, jika kondisi ibu tidak menurun"

"Tidak bisa lebih cepat? Ah iya dok saya mau lihat bayi saya"

"Oh bisa yuk mari, karena masih pagi belum banyak ibu hamil memeriksa"

~~~~~

"panjangnya 80-110 mm dan beratnya 25 gram. Say hello sama ibu kamu jagoan"

"Jagoan?"

"Ya, apakah ibu mau dirahasiakan kelamin bayinya?"

"Tidak dok, bayi saya perempuan atau laki-laki?"

"Laki laki bu selamat yaa"

"Oh iya dok? Wah-"

"Ah iya bu, detak jantungnya lebih keras sekarang berdetaknya"

"Ah iya, yang sebelumnya sedikit lebih pelan ya"

Setelah memeriksakan kandunganku, aku berniat mengelilingi rumah sakit. Ini hobbyku dari kecil, hihihi mengelilingi sesuatu yang baru.

Ketika aku melihat taman ditengah rumah sakit ini, aku tertarik untuk duduk dan melihat beberapa anak kecil sedang bermain. Ahh, andaikan mami disini pasti aku dimanjakan dengan berbagai makanan dan pijetan khas mami, mi aqila kangen.

"Hai aunty" seketika lamunanku buyar dan menoleh kesebelahku duduk anak lelaki tampan, mungkin sekitar 7 tahun dan dia tanpa menoleh kepadaku.

"Oh, hai boy" saat itu diapun belum menoleh kepadaku.

"Aunty, look there" ketika aku lihat, dia mengarahkan ke gadis kecil yang cantik sedang bersenandung dengan headseatnya dikupingnya.

"Who?"

"Hm, just i like that girl. She is pretty and psstt" dia menyuruhku mendekatkan telingaku.

"Suaranya dia sangatlah merdu aunty" bisiknya. Dia tersenyum dan memandang gadis itu kembali.

"Oh ya aunty, aku zura"

"Zura? Nama yang unik. Aunty, aqila"

"Aunty, apakah gadis itu akan secantik aunty?"

"Bagaimana aunty tau? Ah bagaimana jika kita berkenalan dengannya?"

"Apa aunty mau menemaniku?" ucapnya berbinar.

"Yup, yu" zura dengan senangnya menggandeng tanganku dan berjalan kearah gadis kecil itu dengan riang.

"Hai lil girl" sambil aku memegang tangannya pelan.

"Hai aunty"

"Hai, aku zura" ucap zura, santai?

"Hah? Namanya mirip dengan namaku hihihi. Namaku zira" ucapnya sambil menjabat tangan zura.

"Dan aunty? Mamanya zura?"

"Ah bukan, nama aunty, aqila"

"Aunty aqila bukan mamaku, tapi aku ingin dia jadi mamaku hihihi."

"Loh memang mama zura kemana?"

"Mama zura sakit aunty, jadi zura gaada yang merhatiin hehehe. Kalo mama zira kemana?"

"Mama zira kerja, mungkin nanti sore kesini. Aunty sakit?" sepertinya dia baru sadar ditanganku memegang infus, seperti dia.

"Ah aunty hanya kecapean, ah iya apakah kalian mau berkenalan dengan baby aunty?"

"Mau!!!" ucap mereka serentak lalu menoleh bersama dan tertawa. Ah apakah anakku semenggemaskan ini?

"Baiklah, kemarikan tangan kalian" kuarah tangan keduanya ke perutku, dan mereka mengelus dengan lembut dan mengoceh seakan bayiku bisa menjawabnya.

~~~~

Setelah hari itu aku sering menghabiskan waktu bersama mereka. Bahkan sampai aku keluar dari rumah sakit. Hari dimana aku akan keluar dari rumah sakit....

"Aunty hari ini mau pulang, dedenya udah sehat"

"Yah auntyyy jangan pulang... Nanti siapa yang merhatiin zura? Siapa yang nemenin zira pas teraphy?" ucap mereka bersahutan.

"Nanti aunty sering kesini lagi kok, merhatiin zura dan nemenin zira teraphy yah" tiba tiba zura berteriak.

"Gamau! Aunty gasayang sama zura!" zura berlari keluar dari kamarku entah kemana.

"Zuraaaa.... Zira, zura kemana nih?"

"Paling ke kamar mamanya si aunty, yu zira anterin." zira ternyata lebih dewasa dibandingkan zura. Dan kuakui zira gadis kecil yang tegar, penyakit gangguan ditelinganya memang tidak parah, tapi dia sangat terganggu karena dia seorang pianis berbakat. Dia selalu berusaha menjalankan teraphynya selama sebulan ini, kata dokter dia hanya butuh 2 minggu lagi supaya normal kembali.

Tok tok tok

"Masuk" ucap suara berat dari dalam kamar.

"Permisi, zuranya ada pak bu?" ucapku sopan.

"Ada apa mencari zura?" suara berat itu bernada tak suka dengan pertanyaanku. Cih...

"Auntyy huhuhuhu" suara kecil mengintrupsikanku dan memelukku hangat.

"Aunty jangan pulang, zura maunya diperhatiin sama aunty aja dibanding sama pembantu"

"Aunty sering kesini kok zura, jangan khawatir. Oiya aunty belum menyapa mamamu" dengan lucunya zira menghapus air mata zura dan zura tersenyum hangat.

"Hai mah, zura bawa aunty cantikkk sekali. Aunty aqila namanya, dia selalu merhatiin zura loh. Tapi aunty ini mau pulang, jadi gaada yang meratiin zura lagi. Mama cepet bangun dong yayaya" baru saja aku mengamit tangan mamanya zura, tiba tiba tangan mamanya zura bergerak dan matanya mulai bergerak lemah.

"Zura coba pencet tombol biru itu" ucapku spontan. Belum lagi keterkejutanku selesai tiba tiba suara berat itu mengintrupsikanku.

"Siapa kamu?"

"Ha? Maksud anda?"

"Bagaimana bisa ketika tanganmu menyentuh istriku dia beraksi?"

"Mana saya tau, bukannya dia beraksi setelah mendengar curhatan anak anda" cih enak saja dia...

*Arkan POV*

Tiba tiba gue ditelfon nyokap tante kumala udah sadar dan mom minta anterin kerumah sakit. Dan sampai dirumah sakit langsung menuju kamarnya dan ketika gue mau manggil zura dia sudah menghilang dibalik pintu dengan mengamit tangan seorang gadis yang 'familiar?'

"Om, yang sama zura siapa?"

"Gatau, kenalannya zura. Aunty aqiya? Ah om lupa namanya"

Aqiya? Gue pikir aqila. Gue kangen sama aqilaaaa. Dia apakabar, semenjak sama dia ogah gue ke club. Mana proyek ribet bet lagi gakelar kelar.

"Pa, aunty aqila baik kan?" suara zura mengintrupsikan dari lamunan gue.

"APA?" ucap gue lantang. Dan gue langsung keluar. Mencari aqilaku!