Esoknya seperti yang gue bilang kemarin, tugas menumpuk telah menghantui sejak pagi. Pagi ini tidak sempat lihat Azka bangun, karena ngejer jam 8 meeting dengan para petinggi kantor. Dan tidak sempat sarapan jika saja Aqila tidak menaruh beberapa sandwich disebuah tempat makan dan sempat berdebat tentunya. Bukankah terlihat aneh bawa bekel bagi pria?
"Gaboleh ga sarapan, bawa aja nih makan dijalan"
"Susahlahh kan sambil nyetir" kilahku
"Gausah alasan, tadi pagi aku denger kok kamu minta tolong supir nganter kamu hari ini" ups...
"Iya karena aku mau baca dokumen-dokumen sebelum rapat luf"
"Ya kan bisa nyambi makan trus baca, gausah kaya orang susah deh" dan perdebatan dimenangkan oleh Aqila....
Ah baru aja ninggalin aqila beberapa jam, udah kangen... efek selalu dideket dia kaya gini dan....
"GUE BUCIN BANGET ASTAGA" teriak gue tanpa sadar.
"Misi pak, bapak kenapa?" dan sekertaris gue menyadarkan gue bahwa gue masih dikantor wkwk.
"Tidak apa, hanya sedang tidak fokus"
"Oh... Pak didepan ada ibu Aqila dan anaknya"
"Oya? astaga... sa suruh masuk" gue lupa ngasih tau status aqila.
"Baik pak" Gue langsung ikut menghampiri keduanya.
"Sa, kamu masuk dulu..."
"Sebentar pak, biar saya siapkan minum dulu. Ibu aqila mau minum apa?"
"Air putih saja, 2 gelas ya"
"Buat siapa?"
"Buat kamu kan"
"Yaudah bawa tempat air minum besar dan 3 gelas sekalian."
"3?"
"Iya sekalian kamu juga."
"Saya bu? buat apa?"
"Sudah bawakan saja sa" ujarku malas, ya dia memang jarang bicara. Tapi suka sekali bertanya sesuatu yang akan dia ketaui nanti.
*Sasa keluar*
"My luf, rajin banget kesini. Haduh anak daddy sayang... baru aja aku mikirin kamu sayang"
"Karena aku tau kamu sibuk, jadi biar efisien aku bawain aja."
"Makasih luf" langsung kurangkul dan kucium kening aqila dan pipi gembul Azka yang mulai menarik dasiku yang bermotif garis-garis hitam merah.
"Kamu yang masak?"
"Engga hehe, tadi aku nyuruh mbok aja biar cepet"
"Hm... apakabar anak daddy?"
"I'm good dad, aku sudah tidur dan mimi dijalan" jawab aqila menirukan suara anak kecil.
"Uuh pinternya..."
"Permi- maaf pak" tiba-tiba sasa sudah masuk saja.
"Tidak apa, masuklah"
"Pak, diluar ada suster ibu aqila"
"Oh suruh masuk aja"
"Luf, jadi pake suster itu?"
"Yaudahlah kan, kasian dia. Yang penting kan ada aku dan dia patuh kok"
"Oke terserahmu aja."
"Siapa nama sekertarismu kan?"
"Nama saya sasa bu."
"Oh sasa, duduk sa... panggil saya aqila saja, saya yakin umur kita berbeda tipis"
"Ah, o-oke aqila"
"Sa, aqila ini istri saya dan bayi ini adalah anak saya. Namanya Azka" Reaksi terkejut yang pastti diberikan semua orang, dan sasa sudah menganga dan menutup mulutnya dengan mata melotot.
"Beneran pak? haduh maap bu aqila saya tidak tau maafkan saya."
"Tidak apa sasa, kok panggil ibu lagi sih"
"Haduh tidak sopanlah bu, saya manggil pak arkan saja bapak. Ibukan istrinya, saya panggilnya ibu juga dong" dengan muka menunduk segan.
"Aqila saja sa, tidak apa... Jangan terlalu formal samaku, dan tolong jaga suami dari para wanita ya hehe"
"Ah, i-iya bu eh aqila."
"Sasa udah makan siang?"
"Belum bu, eh saya belum makan siang"
"Makan siang bersama saya dan arkan saja ya."
"Eh tidak usah, saya beli dikantin saja"
"Tidak apa, makan bersama saya dan istri saya saja. lebih efisien buatmu..."
"Eg, baik pak bu"
"Sa.... "
"Sudahlah sayang, biarkan dia memanggilmu apa. Nanti dia salah-salah terus cuman manggil kamu aja"
"hahaha yaudah kamu terserah saja mau panggil saya apa" sasa hanya mengangguk sambil membuka rantang bersama aqila. Sedangkan diriku? masih bermain bersama Azka yang dengan susah payah ingin memegang hidungku dan berujung menangis karena harus dikasih sama sus.
"Sa, jangan nunduk terus dong... Anggap saja dia bukan bos mu saat ini"
"T-tidak bisa bu"
"Okey, setidaknya angkat kepalamu dan berbicaralah jika ada yang ingin kamu tanyakan"
"Eh? eng-hm bolehkah?"
"Tanyalah..."
"Pak maaf nih, saya tau bapak belakangan ini tidak kekantor karena masalah keluarga. Tapi saya tidak tau jika bapak sudah menikah, apalagi punya anak. Boleh saya tau kapan bapak dan ibu menikah? "
"Ya, dia keluarga saya sekarang... saya menikah belum sebulan ini."
"B-berarti MBA?"
"Apa itu MBA?"
"Eh- eg maaf pak bu, kebanyakan baca wattpad saya. MBA itu married by acindent"
"Oalah, ya bisa dibilang gitu sih."
"Tapi kami saling mencintai, tentu saja kamu harus merahasiakan ini semua"
"Oh pasti pak"
"Hayu-hayu, dimakan... sus kami makan dulu ya"
"Iya bu, silahkan..."
Dan siang ini gue sebagai atasan yang udah 3 tahun kerja sama sasa, baru liat dia ternyata banyak omong juga setelah dipancing Aqila. Dan aqila maupun sasa sama-sama cerewet ternyata. Setelah makan, aqila pulang dan menitipkan makan malam juga buat gue biar gakelaperan katanya. Hari ini memang gue jadwalin buat lembur, biar sabtu minggu ga ganggu waktu gue sama keluarga *cie yang udah ada yang nungguin dirumah*. Dan malam ini sampai rumah sudah jam setengah 11 malam.
"Assallamualaikum luf, belum tidur?"
"Waalaikumsalam, nunggu kamu"
"Besok-besok langsung tidur aja luf, nanti kamu yang sakit loh tidur kemaleman"
"Aku kalo siang tidur sama Azka kok, tiap Azka tidur aku sempetin tidur juga. Bukankah menyenangkan sampe rumah ada yang nunggu?"
"Of course senang sayangkuu... terimakasih my luf"
"Mandi gih, aku udah siapin air. Tinggal kasih air angetnya..."
"Mandi bareng yuk" Dan disambut lolotan tajam dari aqila hehe.
Sebelum dia menjawab, gue lebih dulu membungkam bibir manisnya dengan ciuman lembut dan menuntut.
*Author POV*
*Warning disini bagi pembaca dibawah 20 tahun untuk berpikir sebagai edukasi dan tidak melakukan diluar nikah ya.*
Setelah mereka berdua mulai kehabisan oksigen, keduanya menyatukan dahi dan tersenyum dengan keduanya masih memejamkan mata dan mulai membuka perlahan. Saling menatap manik mata dengan penuh cinta, keduanya menghentikan waktu. Waktu yang selama ini berjalan untuk mempertemukan, memisahkan, memperjuangkan, dan memaafkan mereka berdua. Saat ini, keduanya menghentikan waktu untuk mereka berdua saja. Tanpa suara, tanpa gerakan yang berarti, saling berpelukan, saling menatap manik mata satu sama lain, menempelkan dahi dan mendengar nafas satu sama lain.
"Aku sangat mencitaimu aqilaku"
"Aku juga sangat mencintaimu arkanku"
Dan pasangan ini kembali berciuman mengekpresikan perasaan terdalam mereka, memberikan cinta yang benar-benar tulus dari dalam hati terdalam. Dengan lembut arkan mulai membawa aqila keranjang di dalam ciuman mereka yang sangat intens menjadi ciuman panas yang menuntut.
"Aku menginginkanmu"
Disela ciuman keduanya Aqila hanya tersenyum mengangguk, mengiyakan keinginan suami tercintanya. Kewajibannya sebagai istri, hak suaminya untuk menikmati dirinya, dan aqila sudah sangat siap akan itu. Arkan mulai membuka kancing baju aqila dan menikmati semilir wangi lembut dari leher aqila yang selalu membuat Arkan semangkin memanas. Dengan tidak sabar arkan menarik kasar kancing-kancing tidak bersalah di baju aqila, dan ciuman dileher turun kearah dada aqila yang memiliki kancing didepan. Dengan sekali hentak, bh aqila terlepas dan menunjukkan payudara aqila yang sangat penuh dan terasa sangat pas di tangan arkan. Tanpa membuang waktu, arkan menghisap payudara aqila dengan gemas dan itu mengakibatkan asi aqila sedikit keluar dan hal itu pula membuat arkan kembali sadar untuk lebih tenang di area payudara. Tapi sejujurnya bagian ini yang sangat arkan sukai, yang sangat ingin berlama lama menjelajah dengan tangan, mulut dan tentu saja dengan yang berdiri tegak dibawah sana. Ditambah dengan aqila yang sedang menyusui, membuat payudara semangkin menggoda di mata arkan. Mungkin kemarin ia sangat sabar karena akan menyakiti aqila, tapi sekarang arkan sudah sangat tau dimana titik kenikmatan aqila. Dan sebagai laki-laki yang pernah merasakan sex, ditambah sudah terlalu lama belum dipuaskan. Arkan semangkin menjadi jadi, ditambah dengan erangan Aqila yang meracau namanya. Kali ini nafsunya benar-benar diujung ubun-ubun, setelah puas dengan kissmark yang dia lukis diatas payudara aqila dan dia memasangkan kembali bh aqila. Arkan turun ke perut aqila yang masih terlihat buncit pasca kehamilan, dan mulai membuka Aqila dengan perlahan. Dengan lembut arkan mulai bermain dengan lihai, seakan mengajak aqila untuk lebih bergairah lagi. Sedangkan aqila sudah berhasil mengeluarkan penis arkan dari sarangnya, dan mereka mengubah menjadi posisi 69. Hanya sebentar, Arkan kembali memutar badannya.
"Kumasukin ya" aqila hanya tersenyum mengiyakan. Dengan perlahan Arkan mensejajarkan penisnya dengan vagina aqila, mengosokkan cairan aqila sebentar dan mulai mencoba masuk ke dalam vaginanya.
"Tahan, akan sakit" aqila langsung memegang tangan arkan saat penis arkan mulai memasuk 1/4 vagina aqila dengan perlahan dan sedikit memaksa. Disitulah mulai terasa luar biasa sakit, sesak, penuh dan saat semua sudah masuk dengan sempurna, arkan mencium kening dan bibir aqila untuk menetralkan sekaligus menyesuaikan penis yang berada di dalam vagina aqila. Dengan perlahan Arkan mulai menggerakkan dan disitulah mulai terasa kenikmatan yang mereka berdua rasakan untuk beberapa waktu kedepan.
"A-arkan aku mau eguh luf now..."
"Me too Luf, i'wanna come eurghh luf sayang, my wifee Aqilaaa" dan mereka berdua menyelesaikan dengan terengah dan puas disaat yang bersamaan. Arkan langsung berguling dengan aqila diatasnya tanpa berniat melepas penyatuan mereka, Arkan benar-benar menikmati setiap inci kenikmatan yang dirasakan setelah setahun tidak merasakan pelepaasan yang luas biasa nikmat. Aqila masih menyesuaikan nafas dan menikmati kenikmatan itu, sampai keduanya mulai pulih dari kedahsyaratan sex diantara keduanya. Aqila mulai melepaskan diri dan membersihkan diri, dilanjut dengan arkan yang menyusul untuk mandi. Mereka tidak melanjutkan round 2 mengingat sebentar lagi jam bangunnya Azka.
Setelah mereka berdua sudah bersih dan Azkapun sudah kembali terlelap, jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Arkan dengan setia menunggu aqila dan azka, dan tubuh arkan tidak bisa berbohong jika dirinya memang capek. Sehingga arkan mulai terlelap disandaran tempat tidur, aqilapun setelah menaruh Azka di box berbalik dan kaget melihat arkan sudah terlelap dengan posisi duduk. Di usapnya pipi suaminya dengan sayang, dan arkan kembali terbangun dan tersenyum.
"sudah?"
"Sudah, tidur yuk" arkan mulai merebahkan diri dan memeluk aqila.
"Terimakasih luf, hari ini termasuk hari terindahku. Hari dimana ada yang mengomeliku ketika tidak sarapan, membawakanku makan siang, meninggalkan cemilan sore dan makan malam, lalu ditungguin pulang lembur dan ditutup dengan sex yang luar biasa. Kurasa aku jatuh cinta lagi padamu"
"Gombal..."
"Serius luf, aku mencintaimu lagi sangat mencintaimu istriku"
"Aku juga mencintaimu suamiku" hari terindah itu ditutup dengan mereka berdua tertidur dengan saling berpelukan dan menyatukan kedua dahi, tanpa mereka sadari bahwa mereka sama-sama tersenyum dalam tidurnya.