webnovel

Can u stop bothering me?

"KALIAN KALAU MAU MERSRA-MESRA JANGAN DI DAPUR GUE BAJ*NGAN!!" Teriakan Laura sontak membuat para pengunjung menengok ke arah dapur penasaran, untungnya ada Yatora yang sigap menenangkan pengunjung.

Anna dan Johan refleks melepaskan diri dan menjauh, Johan terbakar rasa malu sedangkan Anna diam menunggu omelan sahabatnya.

Toko Laura terpaksa tutup karna ada kegaduhan. "Kalian-" Laura itu tipikal yang tak bisa memendam emosi, dia pasti akan menumpahkan segalanya melalui celotehan atau cibiran pedas.

Anna dan Johan duduk bersimpuh di bawah lantai, layaknya menunggu omelan sang ibu. Anna merasa tak enak lagipula ini toko Laura apa yang dipikirkannya barusan, bisa saja ia mendorong Johan, ini semua karna terbuai visual Johan.

"Kalian sadar ngga sih ini tuh di dapur, trus ini jamnya buka toko dan sediain kue buat pelanggan." Laura tanpa habisnya mengomel sambil memakan kue gosong dan yang tak jadi dengan penuh emosi, memasukan kue hitam itu ke mulutnya tanpa ampun dengan geram,  tanpa merasa pahit atau apapun.

"Anu itu Lau-" Anna yang melihatnya ingin menyadarkan Laura tetapi Laura malah memberikan tatapan tajam pada Anna. 'Gawat ini mah Laura beneran marah banget.'

"Maaf kak Laura, itu salah Johan." Johan membuka suara sambil menunduk, Johan terlihat menyadari kesalahannya. "Aku yang duluan pojokin kak Anna trus mau cium dia."

Laura menghela napasnya bergantian melirik Johan kemudian Anna,  "Gue gatau ya na sekarang lo punya pacar dan gapernah cerita-cerita lagi ke gue." Nada diakhir kalimat Laura terkesan sedih, itu wajar ketika ternyata sahabatnya menyimpan rahasia diantara mereka.

"Kita ngga pacaran Lau, sumpah beneran kita ga seperti yang lo pikirkan." Anna langsung cepat menjelaskan, tak baik jika kesalahpahaman ini dilanjutkan.

"Trus kenapa kalian kaya mau ciuman tadi." Seperti mengintrogasi, Laura melirik kearah Johan meminta penjelasan.

"Itu karna tadi kak Anna cantik banget.." Johan mengatakannya malu-malu, wajahnya memerah.

Anna melongo begitu juga dengan Laura karna mendengarkan jawaban dari Johan.

Johan mengepalkan tangannya, masih menunduk dengan malu,  "Maaf kak Laura, aku ngancurin semuanya, aku yang salah karna mau cium kak Anna duluan. Karna kak Anna cantik banget tadi Johan gabisa diem, Johan mau cium kak Anna-"

"Eh udah Johan udaah! Jangan dilanjutin." Anna panik mendengarkannya.

"Pfft- hahahha" Laura tertawa ditempat, apakah hal itu berhasil? Anna terkesiap kemudian melihat Johan dan dibalas senyuman.

Laura berdehem, "Gue maafin kalian."

"Serius Lau?" Anna mendelik tak percaya, biasanya butuh waktu lama agar emosi Laura meredam tapi saat ini dengan mudahnya Laura memaafkan mereka.

"Yaa gue ngerti situasi kalian, anak gue terlalu lucu gue gabisa marah-marah." Anak yang dimaksudnya ini Johan. "Ya intinya hal itu wajar di usia kalian tapi inget tempat dan Anna lo itu selebgram, harus lebih hati-hati."

Benar juga perkataan Laura, seorang influencer atau selebgram pasti harus melindungi namanya agar tak diserang rumor buruk.

"Siap kak Laura." Johan mengangguk paham.

"Iyaa Lau, gue juga minta maaf lain kali gue akan lebih hati-hati." Ujar Anna, mau tak mau ia juga harus minta maaf karna dirinya juga terlibat.

Setelah itu Johan juga meminta maaf pada Anna karna tak bisa menahan diri, Anna terlihat panik sedangkan Laura tertawa melihat aksi Johan.

Mereka tak sadar jika Yatora menguping pembicaraan mereka dari luar pintu dapur, dirasa sudah membaik Yatora bernafas lega.

Tak dirasa kini waktunya Anna kembali ke kantor. Johan mengantar Anna kedepan dengan tatapan sedih. Johan mengucapkan selamat tinggal dan memberikan Anna bingkisan kue.

"Mommy kan belum makan siang jadi Johan bungkusin buat Mommy, dimakan ya-"

"Udah atuh jangan panggil mommy,  kaya biasa aja." Anna masih tak nyaman mendengar panggilan itu.

"Nanti Johan bisa ketemu lagi kann???" Benar-benar seperti anak anjing yang memohon pada majikannya. "Oh iyaa ini kunci mobilnya kak Anna, mobil kakak udah kuanterin tadi pagi sekarang ada di parkiran apartemen." Lanjut Johan sambil menyerahkan kunci mobil milik Anna.

Anna menjadikan Johan anjing miliknya karna ingin balas dendam agar Johan merasakan apa yang dilaluinya dulu tapi kelihatannya berbalik, sepertinya Johan malah menikmati situasi ini.

"Aku ga macem-macem kok kak, kakak bisa cek sendiri mobilnya nanti." Perjelas Johan.

Anna menerima itu tanpa mengucapkan terimakasih, "Ok." Hanya itu, dengan naik taksi meninggalkan Johan ditempat. Di waktu yang sama Yatora menghampiri Johan,  "Apa tuan muda baik-baik saja diperlakukan seperti itu?" Yatora bertanya.

"Kalau itu kak Anna, aku gapapa."  Balas Johan seraya melihat isi pesan di ponselnya. "Jadi hari ini ya." Gumam Johan.

***

*Johan POV*

Lelaki muda yang terlihat ceria ini menyimpan rahasia dan wajah aslinya di balik topeng, menunjukan sisi positif di depan publik, selalu seperti itu setiap saat namun malam ini nampaknya Johan akan mengeluarkan sisi aslinya.

Pakaiannya berganti ke setelan formal kemeja putih berbalut dasi, rambut coklat wavynya ditata sedikit didepan kaca namun itu terlihat seperti orang culun menyedihkan jadi Johan mengacaknya kembali.

Yatora mengetuk pintu kamarnya dan memberikan blazer hitam kepada Johan. blazer itu tidak dikenakan Johan, hanya menjadi penutup di punggungnya.

"Begini lebih baik kan." Ujar Johan yang disertai anggukan oleh Yatora tanda bahwa dia pun setuju."

Begitu keluar dari kamar, Johan masuk kebagian rumahnya yang lebih dalam diikuti Yatora. Ini sudah malam hari, ada sebuah pintu disana lalu dibukanya.

Ketika pintu dibuka muncul pemandangan banyaknya pria yang berjajar dan membungkuk secara  bersamaan,  "SELAMAT DATANG TUAN MUDA!"  Mereka serentak menyambut Johan dan memberi hormat, mereka semua terlihat kuat dan ada beberapa yang berlumuran darah berdiri disana menyambut datangnya Johan.

Johan hanya tenang berjalan melewati mereka yang masih membungkuk, layaknya raja, Johan sangat disegani dan dihormati.

"Apa mereka udah di dalem?" Suara Johan pun berubah, langkah yang penuh intimidasi semua orang takut dengannya, takut mendengarnya, takut menatapnya.

Yatora mengangguk, "Sudah tuanku, 7 deadly Sins-Invenstor, mereka sudah menunggu anda di dalam."

Johan menghela napasnya, "Ini bakal jadi negosiasi yang panjang." Ini beban sekaligus tanggung jawabnya. Johan membuka pintu suatu ruangan yang dihadapannya.

"Mari kita lihat, siapa yang akan ditakluki." |-Johan

Sesuai namanya mereka ber-7 adalah inverstor, orang yang akan memberikan investasi besar/menanamkan modal pada suatu perusahaan. Mereka sangat terkenal karna sulit ditakluki dan julukan mereka ( seven deadly sins ) mereka mewakili setiap 7 Dosa Besar  manusia.

• Pride > Kesombongan

• Greed > Tamak

• Envy > Iri hati

• Wrath > Kemarahan

• Lust > Nafsu

• Glutonny > Rakus

• Sloth > Kemalasan

Disinilah mereka berkumpul dengan setelan formal tanpa memberi sambutan dan salam pada Johan, menatap pria itu dengan segan dan hati-hati.

"Bagaimana bisa kamu datang tanpa pakaian yang benar, jangan hanya mengandalkan wajah." Itu kata seorang pria si Envy ( Iri hati ) sesuai dengan nama julukannya dia adalah invenstor yang iri hati apalagi pada orang yang tampan.

"Haduh tehnya ga enak, produk apa ini, bau ruangannya juga ga enak.." Wrath ( Kemarahan ) dia selalu marah-marah pada hal kecil.

"Apa sih wrath tehnya enak juga buat gue aja sini, oh Johan kue ini juga enak, apa lo kenal yang buat? Gue mau nguasain semua perusahaan yang menghasilkan produk enak haha." Greed tamak akan segala hal.

"Enak aja lo greed, itu akan jadi milik gue, gue ga akan bagi-bagi. Johan kasih tau semuanya sama gue, gue yang ambil." Glutonny si rakus.

"Terserah kalian aja deh gue ambil sisanya." Sloth yang selalu malas.

"Johan~ kamu ganteng banget hari ini, emang bener sesuai tipeku banget deh, aku bisa aja kasih investasi yang besar asalkan nanti malem kamu samaku-" Lust yang penuh nafsu, dia wanita sendiri disini.

"Semuanya tolong berhenti." Ini dia Pride ( kesombongan ) dia berdiri menenangkan semuanya, layaknya pemimpin, pria itu yang membentuk 7 Deadly Sins-Investor. "Kita harus biarkan Johan duduk dulu."

'Keliatannya negosiasi ini akan jadi menarik' Johan membatin.

***

*Anna POV*

Sudah malam hari, waktunya Anna untuk pulang kerumahnya. "Duh capek banget." Keluhnya sambil berjalan meninggalkan kantor. Mau tak mau karna Anna tak membawa mobilnya ia akan naik taksi lagi.

Selagi menunggu tiba-tiba ada sesosok pria yang menghampirinya.

"Anna gapapa?" Pria itu bertanya.

Anna menoleh dengan sigap dan memberikan tatapan sinis pada pria yang menghampirinya,  "Ngapain lo disini, Daniel?"   Tanya Anna.

Daniel tersenyum,  "Kenapa ya kebetulan aja tempat kerjaku searah dari sini."

"Kebetulan terus ya? Emang lo pikir gue bodoh? Mau apa lo? Kenapa bisa tau tempat kerja gue, jam pulang gue?" Anna mendesaknya dengan pertanyaan.

"Santai na, soal itu aku tau dari snapgram kamu, gampang kali cari infonya apalagi kamu kan kerja di perusahaan terbesar daerah selatan." Daniel santai menjawabnya sambil menunjukkan snapgram Anna yang menunjukan bagian depan kantor yang dimaksud.

Perusahaan ini tempat Anna bekerja memang paling besar di daerah selatan dan sangat terkenal.

"Jam pulang gue, gimana lo bisa tau-"

"Kalau itu aku nunggu kamu daritadi, soalnya aku gatau kapan kamu pulang."

Ini mencurigakan, Anna tak mungkin bisa percaya dengan mudah pada pria ini,  "Kenapa nungguin gue, gue ga ada urusan sama lo." Anna membalasnya ketus.

"Aku cuma kangen aja, kangen kita kaya dulu yang selalu pulang bareng trus nongkrong di toko kue. Aku mau ngulang hal indah itu lagi. " Ujar Daniel yang membuat Anna geli mendengarnya.

"Gue sama sekali ga kangen, enyah dari hadapan gue, gue bisa aja habisin lo Daniel. Jangan lupa apa yang gue bilang kemarin." Anna memperingati.

"Nyatanya gabisa kan karna ini dikantor kamu na, ayolah aku cuma mau hubungan kita jadi baik, ga ada salahnya kan aku juga ga akan macem-macem sama kamu." |-Daniel