webnovel

MAKAN MALAM BEREMPAT

Selesai bersiap aku duduk di depan kontrakan menunggu Mas Hari Abimanyu dan Mbak Syakila yang sedang bersiap-siap di dalam.

"Mereka berdua lama banget dandan seperti apa memangnya?" tanyaku sendiri menatap pintu kontrakan Mas Hari Abimanyu yang masih tertutup rapat beberapa detik kemudian dia membukanya.

"Sudah lama menunggu ya, Chagiya?" tanya Mas Hari Abimanyu padaku, aku bingung dia kenapa jadi memanggil aku Chagiya itu bukan namaku.

"Belum lama kok, apa itu Chagiya?" tanyaku bingung.

"Sayang," jawab Mas Hari Abimanyu singkat.

"Oh, bahasa apa Chagiya?" tanyaku lagi soalnya belum pernah mendengar sebelumnya.

"Bahasa Korea," sahutnya senyum.

"Kamu laki-laki masa suka drama Korea sih?" tanyaku heran sambil garuk kepala.

"Biar aku romantis seperti Kang Tae Mo," jawabnya membuat kepalaku semakin pusing, pacar aku kena terkena demam drama Korea yang lagi viral sepertinya soalnya aku sempat diceritakan sama Mbak Syakila yang lagi suka nonton drama Korea.

"Siapa Kang Tae Mo?" tanyaku lagi sambil meringis.

"Makanya kamu nonton dong, tayang setiap hari Senin dan Selasa," jelasnya.

"Aku tidak suka drama Korea," timpalku. 

Menurut aku percintaan di serial drama Korea terlalu romantis jika menontonnya akan merasa malu sendiri makanya aku memutuskan tidak suka menonton drama Korea, mungkin aku lebih suka kolosal, horor dan komedi dibanding hal yang berbau Romance.

"Kenapa tidak suka? Seru tahu jika sudah menonton nanti kamu akan ketagihan, loh." Mas Hari mencolek pipiku.

"Jangan dicolek dong, memangnya aku sabun colek. Selera setiap orang kan berbeda tidak bisa dipaksa, Chagiya," jelasku sambil tersenyum lebar.

 Tidak lama Mbak Syakila keluar dia dandan begitu cantik, dia tersenyum dan menyapa aku dan Mas Hari Abimanyu.

"Kita mau ke mana sekarang Abi dan Aryna?" tanyanya.

"Aku ikut kemanapun pacar membawaku," jawabku.

"Sudah ikut saja," timpal Mas Hari Abimanyu berjalan sambil menggandeng tanganku.  

Mbak Syakila mengikuti aku dari belakang sepertinya motor Mas Hari dititipkan kepada pemilik kontrakan jadi kami berjalan dulu setelah sampai dia mengambil motornya. Beruntung motor itu besar jadi bisa untuk membonceng dua orang sekaligus.

"Aryna kamu naik duluan, gih!" perintah Mbak Syakila sebab aku pacar Mas Hari jadi tidak mungkin jika Mbak Syakila yang duduk duluan.

"Iya," sahutku. Dalam pikiranku merasa sedikit kurang nyaman boncengan berdua begini, tapi tidak masalah.

"Hari Abimanyu, kalian bertiga mau ke mana?" tanya Ibu kost memasang wajah curiga.

"Mau jalan-jalan sore sekalian makan malam diluar," sahut Mas Hari Abimanyu.

"Oh, dinner enak banget kamu mempunya dua cewek sekaligus," ledek bapak suami dari Ibu Kost yang terkenal galak.

"Pacar saya Aryna, Killa itu seperti saudara perempuanku sendiri," jelas Mas Hari Abimanyu mencoba membuatnya mengerti meskipun sulit dipahami.

"Ah, masa? Kalau pacarnya dua tidak apa-apa kok, malahan enak," ledek Ibu Kost kalo ini dia terlihat senyum-senyum setelah menatap wajahku dan wajah Mas Hari Abimanyu.

"Abi hanya pacar Aryna mereka berdua sudah aku anggap sebagai adik," timpal Mbak Syakila agar orang tidak curiga pada dirinya makanya dia menjelaskan.

"Bu, Pak, kita pamit dulu," kataku.

"Ya, hati-hati di jalan Aryna," jawab suami istri kompak membuatku tersenyum.

Di jalan angin terasa kencang membuat rambutku terbang. Banyak orang yang melihat kami bertiga tertawa dan mengatakan jika Mas Hari Abimanyu sedang membonceng cabe-cabean. Menjengkelkan sekali memangnya aku cabe apa? Bukan kali!

Karena waktu mau magrib pacar aku membawa kami ke masjid untuk salat terlebih dulu.

"Wah, ternyata laki-laki punya pasangan dua sekaligus bisa akur, ya?" bisik seseorang yang tidak aku kenal tapi membuat aku risih.

"Maaf Bu, pacar saya hanya satu ini dia Aryna Zakia Rahma sedang satunya kakaknya," jelas Mas Hari Abimanyu tersenyum pada ibu-ibu yang menghujat kami barusan.

"Ya, Bu saya kakaknya kok, bukan pacar dia ada dua. Lagi pula pacaran berduaan tidak baik kan?" ujar Mbak Syakila menimpali omongan orang.

"Memangnya kakaknya tidak punya pacar ya? Sampai ikut adiknya pacaran," ejek si ibu yang tidak kita kenal.

"Maaf ya, Bu aku sebagai adik yang baik memang ingin mengajak kakak aku, memangnya salah ya? Tidak kan," jelasku senyum menarik tangan Mbak Syakila takut dia emosi padahal waktunya menjelang magrib tidak bagus jika marah di depan masjid.

"Ibu-ibu nyebelin banget sumpah itu lidah minta di copot!" pekik Mbak Syakila.

"Istighfar Mbak jangan marah ah, kita wudhu yuk!" ajakku senyum. Kami berdua pun berwudhu kemudian ikut salat berjamaah di masjid, bersyukur ada mukenah yang sudah disiapkan dan juga bersih sehingga nyaman untuk dipakai.

Beberapa menit kemudian

"Kita mau makan malam di mana?" tanyaku lagi entah yang keberapa kali dan si pacar belum juga menjawabnya.

"Sudah ikut saja, pokoknya kita makan malam yang romantis," sahut Mas Hari Abimanyu tertawa kecil bikin gemas ingin menggigit telinga dia rasanya.

"Iya, deh pacar," sahutku menghela napas panjang.

"Jangan ngambek dong, Chagiya," ujar Mas Hari sambil memasangkan helm.

Tidak lama ada seseorang datang ternyata dia adalah Azkaya saudara sepupu Hari Abimanyu dia menggunakan motor moge yang besar dan keren.

"Maaf Abi, aku lama. Salam kenal Aryna dan Killa, aku Azkaya," ungkapnya memperkenalkan diri dia pasti sudah tahu namaku dan nama Mbak Syakila dari Mas Hari Abimanyu.

"Chagiya, dia Azkaya saudara sepupu aku yang akan membonceng Mbak Syakilla," kata Mas Hari.

"Iya, jika Killa tidak keberatan, tapi kalau menolak saya lebih baik pulang," tuturnya sopan dan lembut.

"Siapa bilang aku keberatan, tidak masalah kok, baik aku bonceng kamu Azkaya," jawab Mbak Syakila tidak menolak ajakan Azkaya.

"Pakailah helm ini!" kata Azkaya menyodorkan helm berwarna hitam.

Dua pasangan tersebut ternyata datang di sebuah restoran yang cukup mewah di daerah Jakarta. Hari Abimanyu sudah menyiapkan makan malam romantis untuk aku, jujur ini berlebihan. Bagiku makan di pinggir jalan pun tidak masalah asal bersama sang kekasih. Seperti awal ketika baru menjadi pacar kami makan nasi goreng di pinggir jalan itu saja sudah membuat diriku merasa bahagia.

"Kamu suka makan steak daging tidak?" tanya Mas Hari Abimanyu berbisik.

"Daging sapi ya? Aku suka kok, jangankan daging sapi daging biawak aku juga doyan," jawabku bercanda tapi Mas Hari menanggapi serius.

"Kamu mau makan biawak?" tanyanya dengan tatapan tajam.

"Aku hanya bercanda Chagiya," sahutku meringis.

"Kamu paling suka makan apa Killa?" tanya Azkaya terlihat perhatian dan tertarik kepada Mbak Syakila, menurut penilaian mataku tapi Mbak Syakila terlihat cuek.

"Aku tidak suka makan apapun, aku makan hanya untuk hidup," sahutnya seperti orang yang sedang kesal.

"Iya dong, hidup bukan untuk makan," timpal Mas Hari Abimanyu bercanda.

"Kalau seekor babi hidupnya hanya untuk makan," jawab Mbak Syakila dengan expresi wajah yang datar.

"Mbak Syakila lucu deh malam ini, kalau babi betul hidupnya hanya untuk makan dan dia juga dimakan," kataku sambil tertawa kecil berusaha mencairkan suasana.

Lagi-lagi Mas Hari Abimanyu melirik, kali ini matanya nyaris keluar. Melotot terlalu besar dia terkejut dengan kata-kata aku barusan.

"Kamu tidak makan babi kan Chagiya?"

"Iya, tidak. Namun yang doyan memakan daging babi juga banyak kan?" ucapku meringis.

"Oh, iya."

Pesanan sudah diantar oleh pelayan.

Mataku berbinar-binar melihat menu makanan yang tidak pernah aku makan sebelumnya, air liur sudah tidak tahan untuk menyadap semua hidangan di atas meja.

"Ini semua boleh dimakan?" tanyaku.

"Memang dipesan untuk dimakan Chagiya, sebelum makan kita berdoa dulu," kata pacar mulai memimpin doa dan kami berempat makan bersama.