webnovel

Kalau Jodoh Tak Lari Kemana

"Revaline...kamu bohong kan? Kamu mengada-ngada? Kamu hanya mencari alasan saja! Kamu tidak perlu membuat alasan yang tidak masuk akal!" Ruang sidang itu jadi gaduh. Keluarga Yanuar yang ikut mendengarkan sidang tersebut menjadi emosi.

Mereka menyeruak masuk ke. dalam ruang sidang. Ketua hakim memukul palu untuk menunda sidang. Revaline di amankan ke ruang khusus menghindari amukan keluarga Yanuar. Yanuar sendiri terduduk lemas tak percaya, "Revaline berselingkuh?Tidak mungkin! Dengan siapa? Kapan?" Ribuan volt listrik seakan menyerang jantungnya. Pria itu duduk dengan wajah pucat dan tangan gemetar. Kenyataan ini sungguh membuatnya sakit dan menderita.

***

Nyonya Zubaedah mendengar laporan hasil sidang tersebut dari pengacara Yanuar. Kalau kemaren dia pura-pura pingsan di depan Yanuar, kali ini dia pingsan sungguhan

Sidang di lanjutkan tanpa kehadiran Yanuar dan Revaline.

"Yanuar...ibu minta ceraikan Revaline!" kata Nyonya Zubaedah di telpon. Yanuar tak menjawab.

Hari itu juga ketua hakim memutuskan perceraian mereka.

"Aku lega Bu. Beban ku sudah hilang!" Revaline menghapus sisa air matanya. Yasmin mengusap rambut Revaline.

Di tempat berbeda Yanuar mengurung diri di hotel, kemudian dia pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri.

"Telpon Yanuar tak bisa ku hubungi!" kata Nyonya Lestari kepada sahabatnya Nyonya Nur Jennah.

***

Setelah kasus perceraian nya dengan Yanuar tuntas, Revaline pindah ke Balikpapan. Rumah miliknya di Jakarta telah di jual.

Dia tidak bisa menempati rumah di Jakarta yang di belikan Yanuar untuknya.

Rumah itu masih sengketa harta Gono gini, apalagi surat rumah itu disimpan Yanuar. "Rumah ini akan di beli oleh nyonya Zubaedah, sisa uangnya akan di serahkan kepada anda", kata pengacara Yanuar.

Revaline tidak memasalahkan ya. Dia sudah bertekad merubah gaya hidupnya yang mewah dan glamor.

Balikpapan.

Hidayat mengontrakkan rumah kecil dan sederhana untuk Revaline dan Yasmin.

"Bagaimana...rumah ini memang tidak sebagus rumah mu di Jakarta!" kata Realita.

"Tidak apa-apa...rumah ini sangat nyaman banyak pohon-pohonnya!" kata Revaline terharu.

Hidayat masih menyimpan kan sisa harta Gono gini dengannya, sedang pembagian harta dia dan Yanuar masih bermasalah.

"Hidayat baik sekali bu!" kata Revaline setelah realita pulang.

"Hidayat melakukan ini karena kamu adiknya Realita, disamping itu Setelah kalian bercerai harta milikmu ketika bersamanya belum diberikannya!" Jelas Yasmin menyampaikan maksud Hidayat. Revaline terdiam, dia mengenal Hidayat dengan baik, 10 tahun menikah saja dia mengenal watak Hidayat. "Andai putra kami hidup, dia pasti sudah remaja sekarang!" Revaline terisak, baru sekarang dia menangisi kematian putranya. Dulu malah tidak.

Yasmin memeluk Revaline dengan sedih, dia harus mendampingi Revaline, supaya sungguh-sungguh berubah. "Ibu apa dosa-dosanya bisa di ampuni!" Revaline menatap ibunya dengan wajah basah.

"Tentu saja, nak! Allah maha pengampun dan maha berkehendak, yang penting kamu benar-benar bertobat, sebenar-benarnya tobat!"Yasmin memeluk Revaline penuh kasih. Anaknya sudah kembali.

...

Hari itu, hal yang tak terduga terjadi. Nyonya Zubaedah datang ke Balikpapan mengambil paksa cucunya si kembar dari tangan Revaline. Dia datang ke rumah Revaline dengan 4 pengawal. Revaline menangis tak berdaya berpisah dengan anaknya.

Dulu pernah merasa terbebani dengan kelahiran anaknya, dan sempat berencana meninggalkan anak-anaknya itu kepada ibu mertuanya. Akan tetapi setelah 2 tahun berjalan ketika dia sakit. Dua balita kembar itu menjadi penghibur dan penyemangat hidupnya Rasa cinta kasih kepada buah hatinya itu semakin nyata dan kuat.

"Kamu sudah jatuh miskin, tidak bakalan mampu membiayai dan merawat cucuku secara layak!"

Nyonya Zubaedah memerintahkan para pengawalnya menahan Revaline yang meronta-ronta. Dia sendiri bergerak ke dalam kamar mencari akte kelahiran di kembar. "Wanita itu jelas tak bermoral, bagaimana bisa dia bisa menjadi panutan dan ibu yang baik bagi kedua anak ini!"

Saat nyonya Zubaidah datang, Yasmin sedang tak ada di rumah, seandainya dia ada pun, dia tidak mampu mencegah mereka mengambil di kembar.

Yasmin mendapati Revaline tersungkur di lantai dengan tangan yang merah lebam, rupanya Nyonya Zubaidah dan Revaline sempat adu kekerasan, Revaline sempat menghalangi ibu mertuanya mengambil anaknya.

"Sebenarnya dia bisa membawa si kembar dengan baik-baik...tanpa kekerasan seperti itu, apalagi sampai melukaimu!" Yasmin memberi salep mengobati memar di tangan Revaline. Dia sangat menyesalkan tindakan besan yang tidak pernah ditemuinya itu.

"Nyonya Zubaedah membawa surat dari pengadilan, hak asuh si kembar jatuh ke tangannya!" kata Revaline sambil terisak.

"Bagaimanapun kamu masih mempunyai ibu dan di kembar itu cucu-cucuku juga... dia bisa berkompromi denganku sebelumnya denganku. Pasti di kembar saat ini sangat ketakutan...aku khawatir dia jatuh sakit!" Yasmin mengusap air matanya, dia sangat sedih tidak bisa lagi melihat cucu-cucunya itu hingga waktu yang panjang. Revaline tambah terluka melihat tangis ibunya.

Dugaan Yasmin tidak salah, malam itu si kembar itu panas tinggi. Nyonya Zubaedah melarikan cucu-cucunya itu ke IGD rumah sakit Pertamina Balikpapan. Dia tidak bisa pergi membawa si kembar pulang ke Johor, karena masalah administrasi. Dia berencana membawa si kembar itu ke Jakarta lalu ke Batam, dari sana dia baru mengurus surat menyurat ana-anak itu untuk ke Johor.

Dia sebenarnya tidak biasa mengurus anak balita. Harusnya dia membawa baby sitter untuk mereka. Keadaan si kembar tambah parah hingga keesokan harinya. Dia harus mengalah, akhirnya pengawalnya menjemput Revaline dan ibunya, Yasmin. Dua balita itu masih membutuhkan ibu dan neneknya, mereka tidak terbiasa dengan orang asing. Nyonya Zubaedah terpaksa menyingkirkan rasa marah dan kebenciannya kepada Revaline. Demi dua keturunan terakhirnya itu.

***

Johor, Malaysia.

Nyonya Nur Jennah kewalahan membujuk putrinya Gina menerima pinangan sahabatnya untuk anaknya. "Dia sudah bercerai dengan istrinya! Menikahlah...ingat umurmu sekarang sudah berapa!" Nyonya Nur Jennah selalu menjadikan usianya sebagai alasan. Gina sekarang sudah berumur 32 tahun, angka yang rawan bagi seorang perempuan bila tidak menikah. Dia tak mau anaknya jadi perawan tua. Apalagi Gina anak perempuan satu-satunya. "Adikmu sudah ingin menikah, dia tidak ingin melangkahinya!"

"Bu...kalau Nurdin ingin menikah biar saja... jangan menungguku ..aku tak bisa menikah tanpa cinta...sudah ibu aku kembali dulu ke Singapore...aku harus kerja besok!" kata Gina mencari alasan untuk menghindar. Dia telah berbohong kepada ibunya pergi kerja di Singapura, padahal saat ini dia saat ini masih di skor karena kesalahannya tempo hari.

Tanpa setahu ibunya, Gina pergi ke Bali. Di tempat itu dia malah bertemu Yanuar yang lagi patah hati. Pria itulah yang telah dijodohkan dengannya. Memang kalau jodoh tak lari kemana. Di tinggal pergi malah mendekat.

Gina menginap di tempat yang sama dengan Yanuar. Mereka memilih tempat menenangkan diri di Sidemen. Sebuah desa kecil yang terletak di lembah.

Di sini, Gina menikmati pemandangan sawah dari Wisma. tempat tinggalnya.

Dari tempat itu hanya berjarak satu jam dari pantai Gina dan Yanuar bertemu di suatu pagi , mereka tergabung dalam satu rombongan tur mendaki puncak Gunung Agung untuk menikmati keindahan matahari terbit.