webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · อะนิเมะ&มังงะ
Not enough ratings
273 Chs

67.) Kemana Kamu?

Jam 6 petang

Seperti yang di katakan Ukai sensei, aku boleh izin pulang duluan.

"Bye Kalian"

"Bye" kata mereka juga

Aku pergi ke restoran untuk menjemput Saki.

Restoran Wagnaria

Aku masuk ke dalam ke area staf lewat belakang.

"Ah Haruka san anda akhirnya datang" ucap Takanashi

"Ada apa?"

"Boleh kita bicara saja di ruang manager?"

"Boleh tapi ambilan aku minum air limun sekalian ya"

"Baik"

Aku menunggu di ruang Manager setelah kira kira 2 menitan Takanashi datang.

"Ini minumnya"

"Terima kasih, lalu apa yang ingin di bicarakan?"

"Boleh aku duduk dulu?"

"Duduklah" balas ku

"Begini tadi kira kira jam 5 sore ada keributan di sini, Seorang pria berjas yang mengaku sebagai kakak Sayu senpai"

"Lalu kenapa?" Tanya ku sambil minum

"Dia ingin mengajak Sayu senpai untuk ikut bersamanya!"

"Lalu masalahnya di mana?" Tanya ku lagi

"Kamu tidak khawatir dengan Sayu senpai?"

"Untuk apa khawatir coba, Kakak Sayu kan cuma berniat membawa ia pulang, ya biarkan saja, Sayu pasti bisa kok datang lagi ke sini, kalian percaya saja, jika tidak datang barulah aku nanti yang akan menjemputnya, selesai kan?" Tanya ku lagi

"Apa bisa seperti itu Haruka san?" Tanya Takanshi memastikan

"Ya entahlah aku juga tidak tau akhirnya bakal jadi bagaimana yang penting kan kita sudah berusaha hanya sebagai rekan, kita juga harus ingat batas, ada persoalan pribadi yang tidak boleh kita singgung" kata ku

"Anda benar, tapi apa Haruka san tidak ada usaha mencegah Sayu senpai kembali, saat ku dengar percakapannya dengan Kyouko san tadi, Sayu senpai menangis dan mengatakan tidak ingin kembali"

"Lah kenapa kamu tidak bilang bahwa Sayu nya tidak mau kembali!" Kata ku

"Ya kan belum sampai ke situ percakapannya he he"

"Ya begini saja lah jujur saja rumah Sayu itu jauh, ada di Sendai dan aku sedang malas ke sana, nanti aku kan mengajak Sayu ke keluarganya langsung sebagi penengah, jika kakaknya datang besok atau besoknya katakan aku akan mendatangi sendiri rumah Sayu pada hari Sabtu atau minggu"

"Baik Haruka san terima kasih atas usahanya, kami segenap staf pasti juga akan merasa ke hilangan jika Sayu senpai sampai keluar"

"Ya benar, rekan kerja yang sudah akrab pastinya akan meninggalkan bekas kenangan jika ia tiba tiba pergi"

"Jika begitu saya izin keluar untuk kerja lagi"

"Baiklah, panggilkan Saki juga ya"

"Saki san sudah pulang duluan di antarkan oleh Shindou san jam 4 tadi"

"Eh, ya sudah sana kembali kerja saja"

"Baik Haruka san"

Aku melihat ponsel dan benar saja tadi ada pesan Saki yang tidak sempat terbaca.

"Sayang aku pulang duluan bersama Shindou, mau bersih bersih rumah"

"Hmmmm" ucap ku

Ku masukan kembali ponsel ku ke tas dan ku ambil kunci mobil ku di gantungan kunci, distu juga ada pesan dari Shindou.

"Ini kunci garasinya" kunci ada di bawah pesan itu

Aku keluar dari ruangan manager, di sini sepi karena para pelayan sedang di depan melayani pelanggan, aku pergi ke dapur sendiri saja.

"Haruka san" ucap Megumi

"Hey Megumi" kata ku

"Ada mau apa Manager utama datang ke sini?" Tanya Souma

"Bisa buatkan aku, sandwich isi daging sapi?" Tanya ku padanya

"Biarkan aku yang membuatkan" kata Jun

"Oke Satou san"

"Ano Haruka san apa kamu sudah tau masalah Sayu senpai?" Tanya Megumi

"Sudah kalian tenang saja, tadi bersama Takanashi sudah aku diskusi kan"

"Jadi apa dia akan tetap bersama kita atau pulang?" Tanya Souma

"Dia akan tetap menjadi staf, tapi nanti aku juga akan berdiskusi sendiri dengan Sayu nya"

"Owh begitu"

"Pesanan meja 36, Omelette posti besar 2, Bakso Sapi 5, minum Jus jeruk 7" teriak Miyakoshi

"Eh Haruka san ada di sini?"

"Halo Miyakoshi" sapa ku

"Anda sudah tau masalah Sayu?"

"Sudah"

"Lalu dia akan tetap bersama kita tau akan pulang?"

"Dia akan tetap bersama kita"

Daisuke datang untuk memberikan pesanan juga.

"Haruka san apa anda sudah tau masalah Sayu san?"

"Sudah"

"Lalu.."

"Stop jangan bertanya lagi, tanya saja ke Miyakoshi" kata ku

Popura datang ganti

"Haruka san.."

"Mau tanya tentang Sayu?"

"Iya"

"Sudah dan dia akan tetap di sini" balas ku

"Oke terima kasih"

Jun mendatangi ku

"Sabar Haruka san, ini sandwichnya"

"Oke makasih"

Aku membungkus sandwich itu dan membawanya pulang.

"Aku balik dulu semuanya, nanti tunggu undangan pernikahan dari ku ya"

"Anda menikah lagi!" Teriak Souma

"Bukan begitu ini undangan resepsi pernikahan"

"Owh dimana?"

"Di resort Totsuki Tokyo, semua transport nantinya akan aku biayai dan kalian akan mendapatkan kesempatan menginap di hotel bintang 5" kata ku

"Wahhhhhh sekamar ber dua?" Tanya Popura

"Ya jika kalian mau berdua boleh saja, aku menyiapkannya sih satu kamar satu orang"

"Mantap gila, Bukankah ini Resort terbesar se Tokyo?" Tanya Daisuke yang habis lihat info resort nya

"Ya benar, info lebih jelasnya tanyakan saja pada Megumi, sudah ya bye" ucap ku

"Sampai jumpa lagi" ucap Popura

Akira dan Yui datang ke belakang.

"Tadi Haruka san mengatakan apa?" Tanya Akira

"Itu kita akan di undang ke pernikahannya di resort bintang lima" balas Popura

"Dimana?"

"Di Tokyo" balas Satou san

"Mantap transport dan penginapan di bayarkan Haruka san?" Tanya Yui

"Iya" jawab Popura

"Kapan itu?" Tanya Akira

"Masih menunggu undangan"

"Oh begitu rupanya"

Ku buka pintu garasi dan ku keluarkan mobil ku, tak lupa pula ku kunci kembali garasinya.

Di dalam mobil aku tidak langsung pulang namun makan dulu sandwichnya.

"Mmmm ini memang kesukaan ku, daging sapinya enak" ucap ku sendiri

Setelah habis barulah aku mengemudikan mobil menuju ke rumah.

Di taman ku lihat seorang gadis SMA yang sedang mencari sesuatu di tanah dengan senter ponselnya.

Aku memarkirkan mobil ku dan berniat menolongnya.

"Ano kamu sedang cari apa?" Tanya ku

Dia masih mencari dan tidak mendengar pertanyaan ku.

"Halo nona apa kamu dengar aku?"

Dia masih sibuk mencari.

"Dia tuli kan?" Pikir ku

Ku tepuk pundaknya dan barulah dia menoleh padaku.

"Kamu bisa mendengar ku?" Tanya ku padanya

Dia kebingungan.

Ku gerakan tangan ku untuk melakukan komunikasi bahasa isyarat.

"Kamu sedang mencari apa?"

"Oh" bibirnya mengatakan itu lalu tangannya bergerak

"Aku sedang mencari telinga ku" itu yang ku baca darinya

"Tunggu sebentar ini kan Shouko dari a silent voice, dan tunggu bukan telinga yang di cari melainkan alat bantu dengar" pikir ku saat melihat kupingnya yang tidak ada alat bantunya

"Nama ku Haruka bolehkah aku membantu mu ikut mencari?"

Dia menggelenglan kepalanya yang berarti tidak usah.

"Tenang saja aku bukan orang jahat aku siswa SMA tepatnya di SMA Karasuno dekat sini"

"Aku Shouko Nishimiya aku siswi dari SMA Yasaka"

"Oh aku juga punya kenalan di situ, namanya Popura apa kamu juga kenal dia?"

"Popura senpai?"

"Iya dia kelas 2"

"Aku kenal"

"Karena kenal anggap saja itu jaminan bahwa aku ini memang orang baik mari aku bantu kamu mencari benda yang kamu cari"

Dia menggelengkan kepala dan tangannya bergerak lagi.

"Tidak usah, kurasa alat bantu dengar ku sudah hilang"

"Jika begitu ya sudahlah, kamu datang ke sini naik apa?"

"Baik sepeda"

"Biar ku antar kan kamu mau?" Tanya ku

"Tidak usah"

"Aku khawatir pendengaran mu kan buruk, kalau tiba tiba ada mobil yang klakson dan kamu tidak dengar nanti malah bahaya, biar aku antar kamu sampai rumah, urusan sepeda boleh di tumpangkan ke belakang mobil ku"

"Apa tidak merepotkan mu?"

"Tidak tidak, aku bebas kok"

"Baiklah terimakasih ya"

Aku membuka bagasi dan mencari alat untuk membawa sepeda di belakang mobil.

Ku pasangkan alatnya dan ku taruh sepedanya di situ.

"Ayo masuk" ucap ku mempersilahkan

"Umm"

"Sebelum jalan pakai sabuk pengaman"

"Umm" ucapnya lalu mencari sabuk pengaman

"Rumah mu ada di mana?"

"Di Osaki dari sini kira kira 400 meter lalu belok kiri, perempatan pertama belok kanan lurus sampai mentok lalu belok kiri lagi"

"Baiklah"

Aku mengemudikan mobil Civic ku menuju rumahnya Shouko.

"Belok" katanya Shouko saat sudah bertemu gang masuknya

"Ok" tangan ku membentuk tanda ok

Jam 6.30 aku tiba di depan rumahnya.

Kami turun dan ku turunkan sepedanya.

"Terima kasih atas bantuannya"

"Sama sama, bye" kata ku sambil mendadakan tangan

Aku kembali masuk ke mobil.

Ponsel ku berdering.

"Istriku"

"Halo Haruka kun kamu ada di mana?"

"Di dekat rumah temanya Popura"

"Cewek atau laki"

"Cewek"

"Kamu ngapain ke sana?"

"Mengantarkan ia pulang, tadi aku bertemu denganya di taman, dia kehilangan alat bantu dengar, aku kahwatir terjadi apa apa di jalan sebab dia bawa sepeda"

"Dia tuli?"

"Iya dia tuna rungu dan bicara"

"Segera pulang saja, aku sudah memanasi karenya, menunggu kamu lama"

"Iya ini paling 3 menit sampai, rumahnya deket dengan rumah kita kok"

"Cepat pulang saja"

"Oke sayang"

Saat aku mau kembali kaca pintu mobil ku di ketuk dari luar.

Ku lihat ternyata itu adalah Shouko lagi.

"Ada apa Shouko?"

"Bantu aku membawa nenenku ke rumah sakit, ia pingsan dan detak jantungnya lemah, ibuku tidak ada dan adik ku baru keluar"

"Eh baiklah antar aku"

Shouko membuka pintu rumah dan menunjukkan Neneknya yang tertidur di lantai.

Ku bopong langsung dan ku bawa ke kursi belakangan mobil.

"Ke rumah sakit terdekat?" Tanya ku

"Umm"

Ku kemudikan mobil ku dengan cepat ke Rumah sakit Osaki.

10 menit dari rumah ku.

Aku langsung memarkirka mobil ku di depan pintu ugd.

Aku turun dan memberitahu para perawat bahwa ada pasien dan butuh penanganan cepat.

Para perawat seger mengambil ranjang berjalan dan memindahkan Neneknya Shouko.

"Temani nenek mu dulu sana" ucap ku dengan tangan

Aku memindahkan mobil dan mengirim pesan pada Saki.

"Aku ada di rumah sakit sekarang baru saja tadi neneknya temanya Popura minta bantuan ku maaf aku akan pulang sedikit telat"

"Hmmm tolong saja mereka terus."

"Hey jangan marah"

"Sayang"

"Jangan marah"

"Hmmmm masalah lagi" pikir ku

Aku masuk ke ruang ugd dan dokter sudah selesai memeriksa Neneknya.

"Kami perlu operasi secepatnya, jantung gagal memompa darah, karena tersumbat lemak pada pembuluhnya" kata dokter pada Shouko

Aku menghampirinya.

"Operasi sekarang bisa dok?" Tanya ku

"Bisa tapi keluarga pasien paling tidak harus menyiapkan uang minimal 50% dari biaya operasi"

"Kamu ada uang Shouko?" Tanya ku

"Tidak ada"

"Akan ku bayarkan dulu nanti jika kamu sudah ada uang kembalikan ya, tidak di kebalikan pun aku ikhlas sebenarnya" ucapku padanya

"Dok dimana ruang administrasinya?"

"Sus pandu pria ini"

"Baik dok"

"Terimakasih Haruka San" Shouko mau bersujud padaku

Aku lantas langsung menahannya.

"Tidak usah bersujud, aku selepas membayar aku juga langsung pulang ya? Istri ku menunggu di rumah"

"Baik"

"Eh tunggu sebentar apa dia berkata istri?" Pikir Shouko

Aku membayarkan dan langsung kembali ke mobil dan ku kemudikan menuju rumah.

Sebelumnya aku mampir dulu di toko perhiasan.

"Ukuran 9 dengan permata merah" ucap ku

"Ada 4 pilihan pak mau yang mana"

"Yang nomor 3"

"Baik pembayaran.."

"Tranfer" ucap ku cepat

Lantas ku bayarkan cincin itu seharga 7 juta yen. (Untuk menyuap Saki)

Jam 7 tepat aku baru sampai rumah.

Aku memakirkan mobil di belakang dulu.

"Saki, sayang kamu ada di mana?" Teriak ku

"Oke dapur kosong dan meja makan kosong" ucap ku memastikan

"Di kamar?" Pikir ku

Aku melihat lampu ruang keluarga menyala.

Ku lihat Saki yang memeluk guling dan menonton film Korea.

"Hmmm makanya jadi baper" pikir ku

"Saki chan aku pulang" ucap ku sambil duduk di sampingnya

"Bodo"

"Aku ada hadiah loh buat mu"

"Gak peduli"

"Eh benarkah padahal aku sudah membelikan ini jauh jauh hari dan sekarang baru jadi loh, yakin tidak mau?"

Dia melirik padaku

"Katakan apa itu"

"Janji dulu sudahi marahnya"

"Katakan dulu"

"Yasudah kalau tidak mau"

"Ishh aku berjanji"

Ku buka tas sekolah ku dan ku perlihatkan kotak cincin.

"Walaupun telat ini cincin pra nikah untuk mu Saki chan" tunjuk ku padanya

Mata Saki berbinar karena melihat cincin dengan permata merah.

"Kenakan pada jariku Haruka kun"

"Baiklah, mana jari manis kirimu"

Saki menyerahkan tangan kirinya dan ku pasangkan cincin pada jari manisnya.

"Ini indah terimakasih sayang muah" ucap Saki lalu mencium pipiku

(Mission succes)

"Kamu lapar tidak?" Tanya Saki

"Lapar dong, tapi di meja makan sudah kosong bukanya?"

"Ya memang awalnya kosong, kan aku masaknya kare, jadi hanya perlu piring nasi dan karenya"

"Oh benar juga ya"

"Mau ku ambilkan?"

"Boleh tapi jangan terlalu banyak nasinya, tadi aku sudah makan sedikit di restoran"

"Baik"

Saki datang setelah dari dapur dengan membawa piring berisi nasi di tuang kuah kare dan minum jus jeruk.

"Ini makan yang lahap ya"

"Taruh saja dulu aku mandi sebentar"

"Oke" balas Saki menaruh makanan di meja makan lalu kembali melihat cincin yang baru di belikan oleh ku

Aku mandi kira kira hanya 7 menit lalu kembali lagi ke ruang keluarga.

"Sayang ganti filmnya jangan drakor" ucapku padanya saat duduk

"Kenapa harus di ganti ini kan bagus"

"Kurang suka aku, ganti saja dengan box office atau Netflix" ucap ku

"Mau ganti film yang mana memangnya?"

"Ya terserah kamu maunya yang mana yang penting jangan drama korea" ucap ku

"Kamu ada saran?"

"Anime.."

"Lupakan jika mau anime" kata Saki

"Iya iya maaf maumu film dengan genre apa?" Tanya ku

"Genre Romance dan Adventure"

"Bentar ku ingat ingat, film fast and furious saja mau?" Tanya ku

"Tidak suka balap mobil"

"Mmmm jika begitu kita pilih kartun movie saja"

"Jangan kartun" kata Saki

"Coba saja dulu judulnya Up"

"Ups?"

"Up tidak pakai s" ucap ku

Saki mencari dan aku mulai makan karenya.

"Yang gambar rumah di bawa balon ini? Apa beneran ini romance?"

"Putar saja dan pasang di resolusi tertinggi agar lebih terasa ceritanya"

"Oke Haruka kun, tapi kalau jelek akan langsung ku pindah Drama Korea lagi loh"

"Iya iya" balas ku

Film di putar dan menampakkan seorang anak laki laki sedang menonton film di bisokop.

"Ini ada romance nya?" Tanya Saki

"Iya ada"

"Tapi kenapa belum terlihat"

"Lihat saja dulu" kata ku

"Tapi.."

"Saki"

"Baik baik aku diam dan lihat dulu"

Cerita berlanjut sampai Si pria dan wanita menikah, walaupun berbeda kasta mereka tetap bersama.

"Lihat kan ada Romancenya" kata ku

"Diam dulu aku lagi fokus nonton"

Cerita berlanjut hingga kebahagiaan mereka hancur karena sang wanita keguguran dan divonis tidak dapat melahirkan lagi.

Saki meneteskan air mata mungkin terlalu terbawa alur cerita.

Hari bertamah dan si laki dan perempuan bertambah tua namun si laki-laki yang masih punya hutang janji merasa tidak enak pada istrinya, dia diam diam beli tiket untuk pergi ke air terjum niahara, namun naas saat ingin mengabarkan info bahagia sang istri malah jatuh sakit dan akhirnya malah meninggal, dia menitipkan album foto pada si suami.

Aku juga ikut menangis karena jujur sound tacknya sangat pas di untuk mengiringi adegan sedih.

"Huh mau berapa kalipun aku melihat memang ini menyediahkan" ucap ku

"Umm" kata Saki laku bersandar pada bahuku sambil meneteskan air mata

Ku hapus air mata itu dan Saki menghapus air mata ku.

Cerita berlanjut ke adegan pertualangan si suami dengan seorang anak pramuka.

Petualangan mereka di mulai dengan baik balon, yang dibawa buka gerobak balonya atapun dirinya saja melainkan rumah dan se isinya.

Pertualangan berlanjut ke hutan mereka bertemu dengan hewan aneh.

Mereka berteman dan mengajak si hewan menuju ke tempat tujuan si suami.

Canda tawa terjadi di sepanjang perjalanan, namun perjalanan mereka tidak semulus kelihatannya.

Mereka dihadang oleh para anjing yang merupakan anjing suruhan petualangan veteran.

Si suami di hadapkan pilihan mau menyelamatkan rumahnya atau si hewan itu.

Tentu saja si suami lebih memilih rumahnya karena itu juga merupakan tempat terakhir ia bisa bersama mendiang istrinya.

"Kamu selamatakan burung itu aku tidak peduli aku hanya ingin mencapai tujuan ku"

Pertualangan mereka berdua berpisah namun saat malah si suami merendungkan apa tindakannya itu adalah benar, paginya ia ingin minta maaf ke anak Pramuka itu namun anak pramuka itu malah pergi sendiri dengan mengantungkan badanya di balon.

Cerita selanjutnya lihat aja filmnya ya.

Akhir cerita rumah sampai di samping atas air terjun dan Si kakek punya kehidupan baru.

"Kamu jahat Haruka kun membuat ku menonton film yang membuat ku menangis"

"Aku juga menangis Saki" balas ku

"He he kita sama berarti ya"

"Pelajaran yang dapat kita ambil dari film ini menurut ku sih, prioritaskan pilihan mu, kenangan itu penting tapi ada lebih penting dari suatu kenangan yaitu hubungan dengan orang baru yang masih ada di hadapan kita"

"Kamu benar sayang, namun aku tetap tidak setuju kamu menolong terus menerus dan malah mengabaikan aku" kata Saki

"Aku tidak mengabaikan kamu, aku hanya menolong jika darurat saja"

"Umm, cium aku sayang" kata Saki

"Eh kenapa tiba tiba"

"Aku ingin"

Cuph

Ku cium bibir lembutnya dengan pelan.

"Masih aman" kata Saki

"Kamu kira aku selingkuh lagi apa!"

"Ya siapa tau kuda luar ku berbohong"

"Un tentu tidak" pikir ku malah teringat saja saat ku bohongi saki tentang asal usul cincin yang baru ku berikan padanya.

Jam 9 malam

"Haruka kun ayo tidur" ajak Saki

"Ini piringnya"

"Biar ku taruh dulu di dapur kamu duluan ke kamarnya"

"Baik"

Aku duluan ke kamar, namun ku sempatkan dulu untuk gosok gigi.

Beberapa menit Saki menyusul ku di kamar mandi dengan pakaian lingerie tanpa dalaman yang membuat tubuhya kelihatan karena lingerie pada dasarnya tembus pandang di area tertentu.

"Wow kamu berani sakali ya pakai pakian seperti itu" ucap ku

"Kamu suka?" Tanya Saki

Pandanganku tertuju pada buah dadany dan putingnya yang terlihat agak jelas.

"Ara suami ku yang mesum sudah membangunkan rudalnya"

"Kamu cantik Saki chan" ucap ku yang entah kenapa malah membuat wajah Saki memerah sendiri

"Bodoh apa sih yang kamu katakan Haruka kun"

"Kamu ngajak aku main hari ini?" Tanya ku

"Tidak, ini hanya menggoda kamu" balas Saki

"Oh begitu ya, yasudah kalau begitu" kata ku lalu keluar dari kamar mandi

"Eh dia kenapa?" Pikir Saki lalu menyusul ku ke kamar dan masuk ke ranjang bersama ku

"Kamu sehat Haruka kun?" Tanya Saki

"Sehat memangnya kenapa?"

"Jarang jarang kamu menolak kesempatan"

"Katamu hanya menggoda"

"Ish dasar tidak peka"

"Ya aku kan menghormati pilihan mu"

"Mouuu ayo main" kata Saki malu malu

"Tidak mau, aku lelah"

"Sudahlah jangan menolah sayang" kata Saki lalu meraba raba bagian bawah

"Dasar kuda liar katanya lelah tapi sudah lepas celana dan masih berdiri huh!"

"Ya itunya sempit makanya ku lepas"

"Mau main tidak jadinya ini?" Tanya Saki

"Main dong" ucap ku lalu segera ku lepaskan baju ku dan ku cium paksa bibirnya

Malam itu terjadi lagi olahraga malam di atas ranjang.

"Pakai pengaman Haruka kun"

"Mana?"

"Di dalam laci meja"

"Baik akan ku pakai"

Setelah ku pakai langsung lanjut lagi di tarik ulur, hingga jam 11 malam baru berhenti.

"Mau ganti spreinya dulu?" Tanya ku

"Tidak usah ini hanya keringat dan cairan tubuhku jadi aku masih tahan baunya"

"Baikah gadis cantik milikku" ucap ku lalu menciumnya lagi

"Sudah jangan main lagi aku bisa bisa pingsan"

"He he baiklah"

Kami pun tidur dengan mood baik.

Selasa 16 Juni, jam 6 pagi

Aku bangun duluan laku ku bangunkan Saki.

"Ayo kita mandi dulu" kata ku

"Umm"

Kami mandi air hangat, jam 6.30 barulah kami sarapan.

"Mau ku gorengkan telur?" Tawar Saki

"Tidak usah kare ini pun sudah cukup" balas ku

"Baiklah sayang"

Jam 6.45 kami berangkat ke sekolah, dengan mobil lamborghini, sekarang Saki yang mengemudikannya.

"Pelan pelan Saki gas mobil ini galak" ucap ku

"Iya aku paham kok"

Saki mengemudi dengan baik sekarang, walaupun masih terbilang pelan.

"Ini fungsinya apa Haruka kun?" Tanya Saki

"Ini namanya lampu dim, gunanya seperti lampu tembak di malam hari dengan jangkauan lebih panjang dan hanya sebentar tidak boleh di tahan"

"Fungsinya?"

"Ya supaya orang di depan kita bisa tau keberadaan mobil kita dari jauh jika malam hari tanpa ada peneriangan jalan"

"Ohh boleh ku coba?"

"Ya jangan nanti kita kena tilang"

"Tentu saja bisa"

"Ya sudah nyobanya di parkiran resto saja"

Di parkiran resto Saki beneran nyoba dan hasilnya biasa saja.

"Kamu bisa memarkirkan di dalam garasi?" Tanya ku

"Bisa kamu buka saja pintu garasinya"

"Baiklah hati hati ya"

"Umm"

Ku buka pintu garasi dan Saki dengan perlahan memajukan mobilnya.

"Stop sudah pas" kata ku

Saki turun dari mobil.

"Gimana? Bisa kan aku" kata Saki

"Iya iya istriku memang yang terbaik"

Restoran sudah buka tapi buka hanya untuk memenuhi pesanan pagi.

Jam 7.10 kami tiba di kelas.

Pelajaran seperti biasanya hari ini tanpa ulangan tapi ada remidal bagi yang gagal ujian kemarin.

"Baiklah yang gagal ujian silahkan pindah tempat duduk ke samping kiri dan yang lolos pindah ke kanan"

"Baik Yuki sensei" (guru Fisika)

Pelajaran di mulai sekaligus bagi yang remidi memulai mengerjakan soal.