webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
377 Chs

CH.309 Tumbal

Malam itu aku banyak merenung, terlalu banyak bahkan. Boleh diketahui bahkan Kiera yang biasa menemani diriku saja sudah tidur terlelap lebih dulu seolah tidak mempedulikan keberadaanku yang ada di sampingnya.

Bukannya dia mencuekkanku, tetapi memang dia kusuruh tidur dulu karena aku masih barusan bangun juga. Sulit bagiku tidur lagi setelah tidur satu hari penuh bahkan lebih. Sekarang yang bisa kulakukan hanyalah memikirkan hal yang terjadi selama ini dan mengulasnya lagi.

Kalau dipikir lagi, sebenarnya siapa Thulahga Cortin itu, bahkan Shin yang terkenal punya banyak koneksi pun tidak mengenal orang itu. Apa ini ancaman? Tidak, masih terlalu cepat untuk menentukan itu sejak dia juga menolong banyak orang dengan caranya itu walau sementara.

Namanya juga ilmuwan, tidak sedikit waktu yang harus dikorbankan untuk mengetahui riset yang sedang dijalankan. Bahkan aku sendiri butuh waktu berbulan-bulan pasti ini untuk meneliti sampai sebegininya, karena bahkan teori dasar pun tidak kumengerti.

Coba pikirkan saja, apa yang kuketahui soal mana hanyalah tentang keberadaannya dan gunanya, selain itu tidak ada. Bahkan ini hanya informasi yang paling umum, semua orang pun tahu selama keberadaan sihir ada. Bisa dibilang bahkan sihir kedudukannya lebih tinggi dari mana.

Di mata orang lain mungkin sihir lebih kompleks karena begitu banyak yang harus dirisetkan, tetapi kebenarannya malahan mana yang terlebih rumit. Kenapa aku berani bilang begitu, karena misal saja kalau tidak ada hukum gravitasi, apa hukum fisika yang lain yang lebih kompleks akan terbentuk? Seharusnya paham bukan kalau begini ilustrasinya?

"Hah~ mungkin ini efek dari memaksakan diri, aku jadi cepat lelah dan tidak bisa berpikir dengan jernih sedikit pun."

Sambil menggumam, aku mengeluh juga apa yang sedang kurasakan. Seluruh badanku rasanya seperti remuk kasar karena pegal-pegalnya tidak mereda sedikit pun. Mungkin ini efek karena kejadian menggunakan kekuatan yang sudah habis bahkan lebih dari sekedar itu.

Benar-benar aku tidak bisa berpikir positif lagi saat itu selain mengerahkan yang bahkan bukan sisa tapi di bawah sisa. Kalau ada sampah, berharga, ini bahkan debu pun dicari, seolah-olah tidak ada yang baik tersisa.

Sebenarnya aku juga capek mengeluh capek terus. Kalau aku boleh bilang, aku malahan ingin tidur saja selama-lamanya, layaknya mati, tetapi aku bisa bangun lagi, jadi mati suri. Aku benar-benar ingin kabur dari kenyataan ini.

Namun bahkan mama mempercayakan semuanya ini kepadaku bahwa aku tidak boleh gagal lagi. Mama barusan sudah menasihatiku untuk mengandalkan semua yang ada, keluargaku masih ada bahkan bagiku. Dilarang bagiku menyesali apa yang sudah terjadi, ambil saja positifnya.

'IAI, tolong cari semua data tentang orang bernama itu dan apa yang sudah terjadi kepadanya selama 10 tahun ini.'

Karena tak memungkinkan untuk memberi perintah kepada IAI dengan suara, aku lebih memilih dengan perintah oleh otak langsung saja. Sebenarnya ini fitur yang sudah sejak awal ada waktu aku membuatnya, tetapi entah aku lupa alasannya, aku lebih suka memberi perintah lisan.

Lupakan soal IAI, aku ingin tahu soal orang bernama Thulahga Cortin ini, aku seharusnya berterima kasih, tetapi gerakannya terlalu mencurigakan jujur. Kalau aku boleh membaca si pembuat plot yang berada satu dimensi di atas dimensiku ini, aku pasti tahu segalanya.

Sebenarnya bukan hanya diriku, bahkan Jurai dan Shin pun berpikir hal yang sama karena jujur, tidak ada manusia yang punya intelegensi di atas kami. Bukannya kami sombong, tetapi umur hidup kami lebih panjang, jadi memungkinkan untuk melakukan riset berpuluh-puluh tahun.

Terlebih lagi Shin yang sudah hidup setidaknya dua ratus tahun, dia bahkan yang berhubungan dekat dengan sihir dan mana pun tidak mendapati solusi akan masalah ini. Bukannya tidak ada, tetapi solusi itu belum sampai ke otak kami yang terbilang jenius itu.

"Tuan, menurut—"

'Shhhh, jangan berbicara, tampilkan saja lewat kacamataku."

Walau aku sedang rebahan sekarang ini, aku tetap memakai kacamataku. Juga, sebisa mungkin jangan buat keributan karena Kiera sebenarnya sensitif akan suara. Kalau ada suara yang agak kencang sedikit walau belum mendekati suara saat berbicara normal, Kiera pasti akan terbangun.

Hmm, jadi bahkan ada informasi yang tidak bisa diakses oleh IAI maupun diriku ya? Benar, tidak ada informasi apa pun selain indentitasnya sebagai penduduk dunia ini saja. Bahkan ini pun tak bisa menjadi bukti yang berarti bagiku. Namun untuk sementara kusimpan dulu.

'Apa tidak ada kartu kredit maupun debit yang terdaftar dengan nama ini?'

'Tidak ada tuan.'

Oh IAI menjawab lewat speaker kecil yang tertanam di kacamata ini bukan lewat speaker yang ada di kamarku ini. Bahkan aku sampai melupakan yang seperti ini karena otakku berpikir ke mana-mana semua, kacau benar.

Namun membingungkan juga, bahkan tidak ada kartu yang terdaftar dengan nama ini. Benar-benar yang ada hanyalah nama dan umurnya. Dia memang berada di akhir awal umur 30an, bisa terbilang agak muda sih, tetapi alamatnya tidak terdaftar seolah dia warga illegal.

Oh ya, buatku sendiri aku tak punya identitas yang berarti, bahkan terdaftar pun tidak. Peraturan semakin lama hanya semakin melemah dan menghilang saja, yang seperti ini saja tak terdeteksi. Padahal namaku sudah dikenal oleh dunia ini dalam bisnis keluarga ternama.

'Kalau begitu, apakah ada kerabat atau orang yang ditemui dirinya yang setidaknya punya ikatan dengannya sedikit pun.'

'Soal itu informasinya terklasifikasi sebagai rahasia sangat penting. Apakah saya perlu menerobos pertahanan dunia?'

'Tidak, batalkan saja rencana itu dan abaikan pertanyaanku.'

Memang aku punya banyak koneksi dan banyak kekuatan juga di sini. Namun sebisanya aku tidak ingin mencari masalah yang merepotkan pihak seberang juga. Makanya aku berusaha bersikap normal di mata orang lain dan tidak menarik perhatian juga.

Informasi seperti ini hanya akan kuakses di saat terpojokkan, dan situasi kali ini masih belum memanas, jadi masih aman. Kalau boleh dibilang selama dia tidak berusaha mencari masalah, aku akan diam saja karena itu akan memberikan dampak positif bagiku juga.

Masalah ada untuk dihindari dan diselesaikan, bukan dicari. Buat apa juga mencari masalah seolah-olah aku sudah tidak waras dan berusaha untuk mati secara sungguhan. Cukup aku diam saja sudah meredakan hawa panas disebabkan oleh masalah yang tersulut api kebencian.

'Tapi kalau dia bisa bereaksi sebegitu cepat, apa dia sebelumnya sudah merencanakan ini semua? Kalau begitu kenapa tidak bertindak lebih cepat. Aku tidak melihat alasan di balik tindakannya ini.'

Semakin dalam aku memikirkannya, hanya semakin menuju ketidaktahuan saja diriku ini. Namun aku juga masih belum kunjung mengantuk lagi juga, akhirnya aku dengan perlahan menuju ke sisi lain ruangan kamarku ini. Oh ya, kapan-kapan akan kuberi tahu denah rumahku, rumah, bukan seluruh wilayah rumah, atau seluruhnya boleh deh.

Di sisi lain kamarku ini ada segala peralatan untukku bekerja yang berarti ini adalah 'work stasion' milikku di rumah ini. Sebenarnya ini tidak kalah besarnya karena memakan satu dinding layar komputer ini. Namun karena Kiera sedang tertidur, aku pakai laptopku saja.

Karena aku tidak ingin mencari tahu soal orang tiada asal-usulnya itu, aku akhirnya memikirkan rencana apa yang terbaik tanpa menumbalkan siapa pun di sini. Juga rencanaku itu membantu, bukan mencelakakan atau mencari untung.

'Tunggu… sekarang aku jadi sedikit mengerti apa alasan di balik semua tindakannya yang sedikit, ah tidak sedikit juga sih, lumayan aneh itu.'

Kalau dipikir-pikir juga, jarang, terlalu jarang orang menolong tanpa mendapat balasan dari semuanya ini. Hasil riset yang dilakukannya disebar-luaskan untuk publik, tetapi tiada keuntungan yang didapatkannya.

Walau begitu aku tidak pernah mengatakan tidak ada, tapi jarang, jadi aku sendiri bukan tipe yang seperti itu. Jika memang niatanku sejak awal adalah membantu, maka aku akan tulus membantu. Lagipula yang kuharapkan dari mereka bukan uang, tetapi tenaga.

Jujur, tanpa semua orang yang ada dan bisa bertarung setidaknya melindungi diri sendiri, pertarungan yang akan datang hanya bunuh diri. Kau kira aku sanggup menangani semua itu? Tidak, jawabannya sama sekali tidak, itu terlalu menggilakan untuk aku berani melawan dengan jumlah dua belas orang saja.

Jadi yang kuinginkan itu hanya sekedar kerja sama, bukan uang. Lagipula buat apa aku mencari uang berlebihan di sini? Paling kalau boleh aku katakan, aku akhirnya akan memberikannya pada keturunanku yang pernah menjengkelkanku itu.

Sekarang aku malah jadi kasihan kepada mereka, walau mereka tidak mengalami rasa sakit dari kekurangan mana seperti ini, tapi para pegawainya? Para pegawaiku sudah kuberi sihir penyembuhan yang menggunakan botol pengisi mana yang sempat dibuat.

Oh ya, walau komposisi botol pengisi mana yang dibuat perusahaanku itu kebanyakan itu mana Heresia, tetapi juga aku mencampurnya dengan mana dunia lain juga. Untung saja aku merencanakan seperti ini, jadi berguna kan dalam situasi gawat darurat ini?

Sebisa mungkin aku menyuruh para pegawaiku untuk tidak menerima serum atau apa pun itu dari orang bernama Thulahga Cortin itu, karena rencananya busuk, itu yang kutebak kurun waktu lalu. Aku memberi tahu kepada mereka untuk bertahan saja sampai aku berhasil.

"Nghhh… pada akhirnya semua orang itu busuk di dalamnya ya…?"

"Mhn… sayang?"

Oh sial, kenapa aku tiba-tiba berbicara dengan suara normal. Sialan, aku kelepasan kan jadinya sampai Kiera terbangun. Arghhh, salahkan manusia sialan itu yang membuatku sampai sekesal ini pada dirinya.

Sekarang sulit urusannya kalau aku masih mau terbangun jika Kiera sekarang juga ikutan terbangun. Yang bisa kulakukan hanyalah kembali ke kasur dan ikutan tertidur juga, sial.

"Sshhh, sudah, tidur lagi."

"Mmmm… ya…."

Untung masih setengah sadar, kalau terbangun total bisa repot. Sudahlah, kali ini aku tidur saja dulu, besok juga aku bisa melanjutkan semua risetku tentang masalah ini dan kugagalkan rencana busuk milik Thulahga Cortin itu. Memang aku tidak boleh berprasangka buruk, tetapi setidaknya aku mau berhati-hati, itu tidak salah bukan?