webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
377 Chs

CH.208 Sampai Kapanpun

Sejak acara yang dikhususkan untukku itu, aku menetapkan diriku untuk melakukan semua hal yang berguna dan menyenangkan untukku. Tentu saja hanya ada dua hal yang mengusikku, sihir dan teknologi. Untuk teknologi, untuk sementara biarlah karena aku sudah campur tangan banyak saat masih bekerja di perusahaan data milik keluarga Akaterasu.

Nah, sekarang aku terfokus kepada sihir. Waktu itu aku mengatakan bahwa sihir pembangkit itu penuh hal tabu dan berbahaya, tetapi perasaanku memaksaku untuk mencoba mengutak-atik sihir itu agar bisa digunakan tanpa korban dan tidak berbahaya. Perasaan untuk memanggil dua orang paling penting bagiku itu tidaklah surut begitu mudah, yang ada malah menyerangku tanpa henti sedetik pun.

Kelihatannya meriset sihir ini memang membutuhkan waktu yang lama, sangat lama bahkan. Namun kesempatan itu ada, dan aku mau memanfaatkannya habis-habisan. Sampai selamanya pun, aku akan melakukan riset akan sihir ini. Walau hanya sebentar, izinkan aku menemui Kiera dan mamaku sekali lagi. Hanya sebentar saja sudah membuatku tenang.

"Oii Rie, mau berburu lagi?"

"Hee, bukannya kemarin barusan berburu monster yang keluar dari portal di kota sebelah ya? Sekarang portalnya di mana lagi?"

"Kau tidak akan percaya kalau aku beri tahu."

"Di mana memang?"

"…di halaman rumahku."

Walau terkadang aku juga masih sering menghabiskan waktuku untuk riset, tetapi pada saat aku memang diajak pergi, maka aku akan jalan saja. Riset itu akan memakan waktu dan percobaan yang tidak diketahui seberapa kali sampai aku menemukan hasil yang pas dengan kebutuhanku. Juga riset seperti ini sama sekali tidam mendesakku untuk selesai dengan cepat.

Diajak pergi itu menyenangkan, sejak hanya melihat alam yang masih penuh dengan tumbuhan hijau saja sudah menenangkan pikiranku yang kacau. Kalau melihat alam, rasanya aku menyatu dengan dunia ini entah bagaimana. Aneh? Kurasa memang begitu, apa boleh buat bukan?

"Heehh!? Bagaimana bisa!?"

"Mana kutahu juga, bukannya portalnya itu selalu muncul acak? Kebetulan saja muncul di halaman rumahku. Ayo bantuin aku menangani dengan cepat atau rumahku bisa hancur kalau monster-monster itu keluar nanti cepat atau lambat."

"Baiklah, baiklah, biarkan aku mengganti pakaian yang lebih pantas dulu. Mulailah lebih dulu tanpa diriku."

Kebetulan sekali sebenarnya, aku ingin sesekali pamer kekuatanku kepada anak-anak Shin dan Lala, dan yang paling utama ya Tsuzumi. Dikagumi oleh orang itu menyenangkan pada titik tertentu. Sejak aku paling jarang juga sebenarnya diperhatikan karena kehebatan yang sengaja aku tampilkan.

Sekejap saja aku berganti pakaian ke pakaian perangku yang lebih ringan. Juga aku membawa sebilah pisau kecil agar seorang penyihir tidak kesulitan menghadapi musuh yang menggangu proses pengaktifkan sihir. Kesal kadang-kadang aku harus menangani semuanya hanya dengan sihir. Sekali-kali yang berbau fisik tidak buruk bukan?

"Wah mau hujan, sebaiknya kita selesaikan dengan cepat."

"Lho sudah datang. Ayo buruan, malah menyantai."

"Iya-iya sabar ishh. Aku jadi penasaran Lala kok bisa tahan dengan sifat mengesalkanmu itu deh jadinya."

Oh ya, kalau begitu kenapa aku tidak mencoba sihir yang kuriset barusan ini? Aku ingin lihat seberapa efektif sihir yang sudah kubenarkan daripada teknik dasar sihir yang ada. Mumpung ada kesempatan musuh sebagai kelinci percobaan, jadi tidak susah-susah repot menghancurkan sesuatu atau mencari lahan kosong sebagai lapangan percobaan.

Juga sudah terlalu lama aku tidak menggunakan sihir dengan tubuh manusia. Aku tidak tahu mana yang lebih efektif dan lebih bisa bertahan mana antara tubuh ini atau tubuh android, tetapi ini gunanya percobaan. Sekali percobaan langsung menilai beberapa macam riset.

"Tentu saja dia tahan, fufufu, sudah 100 tahun lebih dan dia tetap setia kepadaku."

"Lebih tepatnya dia tidak bisa apa-apa karena takut identitasnya sebagai dewi ketahuan orang lain. Daripada itu, aku belum pernah memperhatikan kau memakai sihir dengan benar-benar, aku ingin melihatnya."

"Benarkah? Kalau begitu akan kutunjukkan kehebatanku."

"Kata orang yang waktu itu kalah dari istrinya sendiri."

Teknik yang dipakai setiap dunia ada perbedaannya. Itu kenapa aku penasaran kenapa aku bisa menggunakan sihir yang teknik dasarnya dari dunia lain di dunia Logiate atau Heresia. Kalau teknik yang dipakai saat aku masih jadi Lucifer itu sama sekali tidak efektif walaupun hasil sihirnya lebih besar daripada seharusnya. Metode rapalan saat menjadi Lucifer itu sebagai pengkali lipat besar dan efektifitas sihir tersebut. Dan tentu, lebih memakan banyak mana.

Kalau sihir yang sampai sekarang aku masih pakai itu adalah rapalan simpel yang hanya menyebut nama sihir itu. Sihir dari dunia Kimino itu modelnya seperti perpustakaan, dengan mengetahui nama buku yaitu nama sihir itu, maka isi dari judul buku tertentu akan mengaktifkan diri sendiri. Tidak lebih efektif, tetapi tidak membuang waktu. Ini kenapa aku bisa menang melawan 'Evil Sorcerer Cultist' walau kalah dalam jumlah.

Masih banyak yang ingin kuriset, dan kurasa itu tidak akan pernah ada akhirnya. Namun aku jadi berpikir, kenapa aku tidak pernah mempublikasikan sihir yang kubuat? Ya mungkin hanya waktu hidup sebagai Kioku karena memang terpaksa mengajari para penyihir lainnya. Itu saja sebenarnya aku khawatir mereka bisa menggunakannya atau tidak.

"Cih, dasar kau memang Rie. Sejak dulu kau masih hidup sebagai Sin, kita bertiga dengan Jurai selalu saja berkompetisi untuk menjadi yang paling sederhana. Sekarang kita mau berkompetisi menjadi yang paling terbaik?"

"Mana ada, itu kan hanya pikiranmu saja, aku tidak pernah ingat menyetujuinya."

Bertarung bersama teman lamaku dari kehidupan awal yang setahuku itu menyenangkan. Sebenarnya urutan yang benar itu kehidupan pertamaku adalah sebagai Lucifer. Namun karena kehilangan memori, aku jadinya ingat hidup pertama sebagai Sin. Sampai sekarang pun masih banyak pertanyaan belum terjawab yang kalau ditulis akan menjadi sebuah buku yang tebal.

Kata seseorang yang kukenal, malu bertanya sesat dijalan, tetapi kata orang yang sama juga, berhentilah menanyakan yang tidak penting. Kurasa terkadang perubahan dalam diriku itu terlalu drastis ya? Hehe.

"Arghh, kesal sekali bicara dengan dirimu. Terserahlah. <<Dictionary Search Magic: Kill a' Kill>>."

"Hoo, ternyata begitu cara kerja sihirmu, menarik. Namun rasanya ada banyak kemiripan dengan sihir sewaktu aku hidup sebagai Lucifer."

"Benarkah? Ngomong-ngomong… sebenarnya dirimu itu sudah hidup berapa kali di berapa tubuh yang berbeda?"

Ah… benar juga, walaupun Shin tahu bahwa aku sudah pernah hidup beberapa kali, tetapi detail lebih jauh tentang itu tidak pernah kuberi tahu. Ya mau bagaimana lagi, aku rasa tidak akan ada yang peduli soal kehidupanku sebelum-sebelumnya… selain Shin mungkin.

"Ini kehidupanku yang keempat, di tubuh yang keempat. Yang pertama sebenarnya aku hidup sebagai Lucifer, mati di usia 3000 tahun, lalu hidup sebagai Sin yang mulai kenal dirimu, lalu entah bagaimana aku mati dan hidup sebagai Kioku. Dan terakhir saat aku mati sebagai Kioku, aku berada di tubuh ini yang bukan milikku sendiri."

"Baiklah, aku mengerti soal itu. Namun sebaiknya detail lainnya kudengarkan nanti setelah semua monster yang ada kita tumpas habis dulu."

"Tidak ada bantahan dariku."

Banyak memang keanehan demi keanehan yang bukan menurut orang lain saja itu aneh, tetapi buat diriku sendiri pun begitu. Tidak kuketahui detail lebih lanjut, tetapi aku yakin memang dewa takdir yang kemungkinan besar bekerja untuk Kuroshin itu yang memulai dan menjalankan semua rencananya atas kami.

Normalnya satu dewa tidak bisa menginterferensi dewa yang lain, tetapi karena ada darah manusia padaku, maka aku sebenarnya masih bisa dianggap manusia. Mungkin aku bisa disebut… setengah dewa setengah manusia mungkin? Entahlah, intinya begitu.

"Hei Shin, kau tidak masalah bukan aku meniru sihirmu?"

"Hah? Memangnya kau bisa meniru sihirku? Seingatku kau dewa pencipta bukan?"

"Ya maksudku aku menggunakan sihirmu sebagai referensiku membuat sihir dengan gayaku, tetapi dengan efek yang sama."

"Entahlah kalau kau bisa, terserahlah."

Yosh, oke kalau begitu, saatnya berburu sepuasnya. Ya aku tidak tahu seberapa batasan aku bisa hidup atau sebagainya yang terkait soal hal itu, tetapi untuk sekarang aku tidak perlu pedulikan. Sampai pada ambang batasnya baru aku akan perhatikan itu, tidak ada bukan yang mau selalu kerepotan?

Namun aku baru menyadari, bukankah hanya aku dan Shin yang ada di sini ya? Biasanya Lala juga ikut membantu bukan? Entah ke mana Lala berada, tetapi sebenarnya kami berdua pun sudah cukup. Sejak aku punya tubuh manusia, artinya aku bisa melatih tubuh ini melampaui batasan demi batasan untuk menciptakan tubuh manusia yang penuh potensi yang besar.

"Fuahh, berburu itu menyenangkan ya? Aku tidak menyangka bahwa melepaskan penat dengan membunuh monster itu adalah salah satu jalan juga."

"Menyenangkan sih menyenangkan, tetapi kau lupa Rie bahwa monster ini bukan semacam ilusi yang akan hilang dan tidak meninggalkan jejak. Lihatlah darah biru monster-monster ini mengotori halaman, bisa-bisa Lala marah."

"Papa memanggilku?"

Oof, timing yang benar-benar buruk. Tiba-tiba saja dari arah suara itu, Lala dan anak-anak semua datang. Mungkin mereka tertarik karena ada suara yang begitu keras dari luar. Umm… apakah sebaiknya aku meninggalkan Shin untuk diomeli Lala sendiri atau aku kabur saja ya? Mending kabur saja ah, lagipula kan juga Shin yang mengajaki diriku.

"Oii Rie, bantulah aku!!"

"Papa… KENAPA TAMANNYA BERANTAKAN DAN KOTOR SEKALI!!??"

"Bye, bye Shin, semoga telingamu tidak panas akan gesekan suara yang menggema, hahaha."

Aku melihat dari kejauhan Shin dimarah-marahi oleh Lala, sedangkan anak-anak mereka tertawa melihat kelakuan kedua orang tua mereka. Tiba-tiba saat aku ingin mundur masuk ke dalam rumah, aku dihentikan oleh anak-anak Shin dan Lala.

Entah apa alasan mereka, semoga saja bukan seperti Lala yang memarahi Shin. Namun aku tidak merasa ada tekanan daripada mereka, malah justru rasanya mereka bangga dan menaruh harapan mereka padaku.

"Tante!! Walau singkat kami tadi melihat tante bertarung dengan papa. Kami tidak menyangka bahwa tante sebegitu kuatnya."

"Benarkah? Hehehe, tapi masih lebih kuat papa dan mama kalian kok."

"Tidak! Tante lebih kuat."

"Hahaha, oke deh, tante terima ucapan kalian."