webnovel

Raja Para Kesatria

Sebuah cerita perjalanan Pangeran Sura yang telah menghancurkan pusat kekuatannya untuk menyelamatkan Ibu, kakak dan neneknya dari kematian akan tetapi membahayakan dirinya sendiri dan mengakibatkan pertumbuhan kekuatannya mengalami hambatan sehingga tidak bisa mengembangkan keahlian beladiri ya di dunia yang penuh dengan raksasa dan monster. Akan tetapi Pangeran Sura mendapatkan Ilham dari para dewa sehingga bisa meningkatkan kekuatan jiwa nya dan membantunya dalam mencapai keinginannya

Hendy_Irvan · ตะวันออก
เรตติ้งไม่พอ
26 Chs

Cincin Jiwa

Mendengar keramaian yang terjadi Paman Suri dan Instruktur Baron ikut keluar melihat apa yang terjadi. Saat rombongan warga desa yang membawa Turi dan Noris tiba di depan rumah Kepala Desa mereka berhenti.

"Tuan Suri, cucumu Turi dan temannya telah berhasil menghalau dan mengusir bandit-bandit yang akan datang ke desa." Kata salah seorang warga yang menggendong Turi di pundaknya

"Iya mereka berdua berhasil membunuh ketua komplotan bandit bandit yang biasa menyerang desa kita." Tambah salah seorang warga yang menyaksikan Turi dan Noris membunuh para bandit.

Kepala Desa Suri pun sangat senang mendengar itu kemudian memeluk Turi "Mari malam ini kita adakan pesta atas kemenangan kita" kata Paman Suri sambil mengepalkan tangannya ke atas karena semangat. "Yeaaayy" sorak dari seluruh warga bergemuruh kemudian merekapun mempersiapkan pesta untuk malam hari.

"Tuan Baron berkat dirimu dan anak muridmu, aku dan warga desa Pagar Tani bisa selamat dari serangan bandit-bandit itu. Aku mewakili seluruh warga desa Pagar Tani mengucapkan terimakasih atas kehadiran kalian semua, nanti malam bersenang senanglah dalam pesta." Paman Suri menunduk berterima kasih kepada Instruktur Baron.

Instruktur Baron tersenyum dan berkata "tidak masalah Paman Suri, itu sudah menjadi tugas kami." Tapi dalam benaknya masih ada sesuatu yang salah, karena mana mungkin Noris bisa membunuh pemimpin bandit yang memiliki kekuatan Kesatria level 5 sendirian.

Setelah itu, Instruktur Baron mendekati Noris yang larut dalam sukacita para warga. "Noris berapa orang mereka?" Tanya Instruktur Baron. "Ah mereka siapa?" Kata Noris bukan menjawab malah balik bertanya. "Para Bandit berapa jumlah mereka?" Instruktur menjewer kuping Noris.

"Ada 10 orang dari mereka dengan 1 pemimpin Instruktur" jawab Noris memegang kupingnya yang merah akibat jeweran gurunya.

Mendengar jawaban Noris Instruktur Baron makin curiga dan kembali bertanya "saat kamu membunuh pemimpin bandit itu, seberapa kuat dia?"

"A.. Aku tidak membunuh orang itu, monster itu yang membunuhnya." Jawab Noris sambil menunjuk ke arah Pangeran Sura yang sedang melahap buah jambu, bahkan terlihat bahwa kantung pakaian latihannya penuh dengan buah buahan. "Untuk kekuatannya aku rasa kesatria tahap 1, aku hanya bisa seimbang dalam pergerakan melawannya tapi untuk melukainya itu hal yang sama sekali berbeda apalagi untuk membunuhnya." Lanjut Noris

"Kemudian kekuatan anak buahnya?" Tanya Instruktur Baron yang makin curiga karena bandit dari laporan yang diterima berjumlah 100 orang dengan seorang pemimpin bandit mencapai level 5 Kesatria.

"Sekitar level 9 Warior Instruktur" jawab Noris sambil menerka nerka.

"Kelompok teratai semua berkumpul!!" Kemudian Instruktur Baron memanggil semua anggota kelompoknya untuk berbaris.

"Ada sesuatu yang aneh atas kejadian ini, dari yang aku tahu bandit bandit itu akan menyerang dengan kekuatan penuh 100 orang. Tapi menurut Noris hari ini mereka hanya datang dengan kelompok kecil dan pemimpinnya bukanlah pimpinan sebenarnya dari komplotan bandit ini" kata Instruktur Baron yang kali ini menjadi orang yang berbeda, terlihat sangat serius dari raut mukanya.

"Aku akan mencari tahu hal ini, kalian tetaplah bersiaga pada malam ini. Jangan terlarut dalam pesta!!" Kata Instruktur Baron dengan menunjuk ke perut Roni sebagai sindiran kepada Roni. "Dan untuk kamu malam ini berburulah monster di pegunungan belakang desa untuk membantu warga menyiapkan pesta" lanjut Instruktur Baron yang kali ini tatapannya menuju ke Pangeran Sura.

Semua Anggota kelompok teratai mengangguk mengerti kemudian Instruktur Baron terlihat seperti sekelebat bayangan pergi ke arah jalan besar.

Kemudian Putri Rara melirik ke arah Pangeran Sura yang terlihat mengembang karena penuh dengan buah jambu. Melihat itu Pangeran Sura menyodorkan jambu jambu itu kepada Putri Rara dan lainnya, kemudian berkata kepada Putri Rara "kamu mau ikut aku berburu?"

"Kenapa Aku?" Kata Putri Rara

"Mana mungkin Noris ikut aku berburu, dia adalah bintang di penta malam ini" Kata Pangeran Sura. "Selain itu mana mungkin Kakak Roni mau ikut aku berburu sementara pesta ini ada banyak makanan." Lanjut Pangeran Sura.

Setelah berpikir beberapa saat, Putri Rara mengangguk dan berkata dengan dingin "aku akan ikut denganmu."

"Tapi kali ini jangan tinggalkan aku" kata Pangeran Sura menggoda.

Mendengar itu Putri Rara tidak marah melainkan malu dan tertawa sebelum berkata "tidak akan." Pangeran Sura yang mendapat perintah untuk berburu monster malam ini sangat senang karena dia juga ingin mencoba kekuatan Indra yang baru dia dapatkan.

Instruktur Baron berjalan melalui jalan utama desa dan menemukan beberapa mayat bandit dari pertarungan. "Mereka hanya bagian dari komplotan bandit, aku harus mencari tau kenapa mereka memecah serangan mereka menjadi kelompok kecil!" Gumam Instruktur Baron setelah itu dia pergi meninggalkan Desa Pagar Tani.

Di dalam desa terasa sangat hidup, riuh suara kegembiraan dan persiapan untuk pesta nanti malam menyebabkan gelombang kebahagiaan di hati warga desa membara. Hal itu juga dirasakan oleh Turi dan kakeknya, Turi sangat senang atas kematian orang yang telah membunuh ayah dan ibunya sehingga dia berdiam dikamar berdoa untuk kedua orang tuanya agar tenang.

Pangeran Sura dan Putri Rara bersiap untuk melakukan perburuan ke pegunungan belakang desa, mereka berjalan kaki mendaki jalan setapak yang biasa dilalui warga untuk mencari kayu bakar. Setelah sampai ujung jalan setapak barulah terlihat hutan yang rimbun terlihat. Mereka kemudian masuk ke hutan pegunungan itu dan mencari hewan buruan mereka.

Dengan busur yang telah melengkung hebat, Pangeran Sura kemudian melepaskan anak panahnya melewati pepohonan dan ranting ranting.

"Bug" suara jatuh terdengar dari suara tubuh leopard yang sedang berbaring di dahan pohon jatuh mati ke tanah.

"Bagaiman kamu bisa melihat itu?" Tanya Putri Rara heran, bahkan dirinya tidak menyadari adanya leopard itu apalagi melihatnya menjadi satu dengan dahan pohon itu.

"Heheh, itu rahasia" kata Pangeran Sura sambil menjulurkan lidahnya.

Kemudian mereka mendekati tubuh leopard yang sudah mati itu, "jangan ambil dia, dagingnya sangat keras!" Kata Putri Rara protes dengan Pangeran Sura.

"Aku tidak ingin mengambil dagingnya hanya saja aku ingin membuatnya menjadi umpan untuk hewan lain" Pangeran Sura bersiap membuka perut leopard hitam itu kemudian melihat anak leopard dengan tubuh kecil di pelukan induk leopard itu sedang tertidur.

"Gawat, aku tidak mengetahui dia memiliki anak yang masih kecil" kata Pangeran Sura menepuk dahinya. Pangeran Sura kemudian melihat ke arah Putri Rara meminta saran sebelum akhirnya membawanya dalam pelukannya. Tubuh leopard yang mati itu tidak jadi dijadikan umpan melainkan dikubur karena Pangeran Sura merasa sangat bersalah.

"Kamu akan merawatnya Mada?" Kata Putri Rara mendekat dan mengelus tubuh anak leopard itu.

"Aku tidak punya pilihan lain" jawab Pangeran Sura.

Kemudian mereka kembali masuk kehutan untuk berburu sedangkan tubuh anak leopard yang tertidur dimasukan ke tas hangat milik Putri Rara. Tak lama mereka berjalan masuk ke hutan akhirnya mereka menemukan seekor rusa dengan tubuh yang berwarna keemasan. "Rusa emas! Dagingnya sangat lezat dan lembut" kata Putri Rara.

"Mada, biarkan aku yang memanahnya" kata Putri Rara memaksa. "Baiklah, hati hati" Ucap Pangeran Sura sambil mengangguk. Kemudian Putri Rara maju ke dahan pohon di depannya bersiap untuk memanah.

"Shoo" anak panah milik Putri Rara melesat kearah rusa emas itu membidik kepalanya akan tetapi sedetik sebelum anak panah mengenai rusa emas itu, kepala rusa emas itu menunduk kebawah memakan rumput sehingga anak panah putri Rara hanya melewati rusa emas itu.

Mendengar suara anak panah yang jatuh ke tanah, rusa emas itu lari meninggalkan tempat itu. "Siaal!" Maki Putri Rara kemudian mengikuti rusa emas dari belakang

"Shoo" anak panah lagi kembali dilepaskan Putri Rara ke arah Rusa Emas yang berlari, tapi lagi lagi anak panahnya hanya melewati badannya dan terjatuh di depan Rusa emas. Melihat itu dengan panik Rusa Emas langsung berbalik ke arah lain dan...

"Srrrrrhh" sebuah anak panah sudah menghujam tengkorak rusa emas itu sehingga ambruk ke tanah dan kejang sebelum kijang itu bisa berlari setelah berbalik badan. Tapi anehnya bukan Putri Rara yang mendapatkan rusa emas itu, tapi orang di belakangnya yang bahkan tampak terkejut juga.

"Pengendalian Indra penglihatanku kini bisa mengetahui kemana Rusa akan bergerak sedetik sebelum Rusa emas itu bisa bergerak, kekuatan Raja Nanggi benar benar Gila!!" Seru Pangeran Sura dalam benaknya.

Melihat bahwa panah Pangeran Sura lah yang membunuh rusa emas itu, Putri Rara kemudian berjalan ke sisi Pangeran Sura dan menjewer telinganya sebelum berkata "sudah kubilang biarkan aku yang memburunya!!"

"A...aaah iya iya maafkan aku" kata Pangeran Sura yang telinganya tampak lebar karena ditarik oleh Putri Rara. Kemudian mereka mendekati Tubuh Rusa emas itu, "Mada ambil darah rusa emas itu, darah hewan ini bisa kita berikan untuk kucing kecil ini dan bisa memperkuat tubuhnya sebagai pengganti susu dari ibunya."

"Bisakah darah hewan ini digunakan untuk itu?" Tanya Pangeran Sura yang tidak percaya.

"Rusa emas adalah hewan ajaib tidak seperti monster lain dagingnya bisa memperkuat dan membantu prajurit untuk berkembang karena mengandung banyak energi alam di dalamnya, begitu juga darahnya untuk kucing kecil ini. Bahkan mungkin dia bisa tumbuh lebih cepat" ucap Putri Rara menjelaskan.

Setelah itu Pangeran Sura pun mengambil darah rusa emas menggunakan beberapa kantung minum miliknya, kemudian kantung minum yang berisi darah itu disimpan oleh Putri Rara di Cincin Ruang Jiwanya.

"Sekarang bagaimana kita membawa daging rusa ini?" Kata Sura melihat tubuh rusa emas yang telah mati di depannya. "Apa yang kamu khawatirkan?" Kata Putri Rara tidak menjawab tapi malah bertanya sambil memasukan daging rusa itu kedalam cincinnya.

"Mustahil bagaimana mungkin kapasitas cincin Jiwa milikmu begitu luas?" Kata Pangeran Sura terkejut karena yang dia tahu cincin Jiwa di kerajaan Nafas Kehidupan kapasitasnya terbatas dan tidak bisa membawa banyak barang, sehingga menurutnya membawa rusa emas yang sebesar itu mustahil dengan cincin Jiwa.

"Hehe kerajaan Guntur terkenal dengan penempa dan pembuat peralatan rohnya, cincin di Negeri kami memang kapasitasnya tidak bisa dibandingkan disini" kata Putri Rara dengan sombong.

Penempa dan pembuat peralatan roh biasanya hanya akan dianggap dewa terlepas dari kekuatannya yang biasa biasa saja, tapi karena keahlian mereka yang jarang ditemukan membuat derajat mereka sangat tinggi di mata para kesatria. Di Kerajaan Guntur adalah Negeri yang paling maju dalam penempaan dan pembuatan peralatan roh karena mereka tanpa sengaja mendapatkan blueprint peninggalan kerajaan kurcaci saat penyatuan Benua Langit Tinggi oleh Raja Nanggi. Raja Nanggi memerintah seluruh kerajaan kurcaci dan memindahkan mereka ke kawasan kerajaannya untuk menempa senjata senjata sehingga kerajaan kurcaci itu ditinggalkan.

"Eemm... Ku kira kamu juga butuh benda ini" kata Putri Rara kepada Pangeran Sura sambil menyerahkan cincin Jiwa cadangannya. "Ini sebagai tanda permintaan maaf ku karena beberapa saat lalu di hutan kabut hitam aku meninggalkan kamu dan membuat kamu celaka" lanjut Putri Rara.

Melihat pemberian tulus dari Putri Rara, pangeran Sura tersenyum dan berkata "jika begitu aku tidak akan sopan."

"Apakah kamu pernah sopan?" Bentak Putri Rara dengan tangannya di pinggang.

Akhirnya Pangeran Sura mengambil Cincin jiwa itu kemudian mulai memasangkan cincin itu di jari telunjuk tangan kirinya. "Cincin ini terlalu kebesaran." Ucap Sura sambil melihat ke arah Putri Rara.

"Bodoh! Tetesakan dulu sedikit darahmu di atasnya" ucap Putri Rara. Setelah itu Pangeran Sura mengiris sedikit kulit jarinya dan mengeluarkan setetes darah keatas cincin itu. Saat darah menetes ke cincin tiba tiba jantung Pangeran Sura seakan berdetak kencang menandai bahwa terjadi pengikatan antara dirinya dan cincin Jiwa itu, setelah itu cincin Jiwa itu mengecil mengikuti ukuran jari Pangeran Sura.