Keesokan harinya Raissa masuk siang, sedangkan Liza pagi, tetapi sebelum makan siang Raissa bertemu Liza dan menanyakan perihal si topi biru pada Liza.
" Haduh, aku tadi pagi bangun terlambat Sa, boro-boro lihat si topi biru, aku hampir tabrakan dengan pak Aditya!!! Aku tidak melihatnya! saking terburu-buru, aku cuma meminta maaf terus kutinggalkan pak Aditya! padahal dalam hati..ku menangissssss...." kata Liza heboh menirukan gaya nyanyian sebuah lagu yang dibawakan seorang diva tanah air. "Jiaahhh, tidak sempat salting ya Liz, lebih penting absen jari ya, hahahaha!" kata Raissa. "Iya Sa, pak Aditya juga cuma mengangguk saja lalu berjalan ke elevator. Sebegitu tidak berkesannya kah diriku dihadapannya? hhhh.." kata Liza dengan lunglai. "Ratu drama banget sih kamu Liz, paling juga pak Aditya baru bangun, masih belum on!" kata Raissa. "Apanya yang belum on? kuping saya panas nih disebut-sebut!" kata Aditya yang tiba tiba muncul di UGD. "Eh bapak, tumben ke UGD, ada yang bisa dibantu pak? Tidak sakit lagi kan pak?" tanya Raissa. "Nah itu dia, aku lupa bawa obat maag. Bisa minta dari sini?" tanya Aditya. "Bisa dong pak, satu tablet saja? atau mau satu setrip?" tanya Raissa. "Satu tablet saja, di rumah masih banyak, cuma aku lupa bawa untuk yang siang ini." kata Aditya. Raissa mengambilkan obat yang diminta sementara Liza masih termangu menatap Aditya, Aditya yang heran melihat Liza terdiam pun bertanya, "Ada apa Liz? kok diam saja?"
Liza gelagapan, Raissa dengan cepat menolong Liza, "merasa bersalah pak, tadi pagi nabrak bapak di depan lobby, tapi Liza buru-buru karena hampir terlambat." kata Raissa yang melihat Liza tak bisa bicara. Liza hanya mengangguk semangat. "Oh ya, aku tidak ingat, pagi-pagi mungkin saya belum on, belum minum kopi buatan Bu Ade. Tidak apa-apa kok Liza, tidak usah dipikirkan!" kata Adit sambil menepuk pundak Liza, muka Liza memerah seperti kepiting rebus. "Tuh kan Liz, bener kan.. Pak Aditya belum on kalau pagi-pagi!" kata Raissa sambil tertawa. "Oh.. iya... iya.. hahaha.. permisi saya mau makan siang dulu pak.. hehehe.." kata Liza pamit sambil salah tingkah. Aditya melambaikan tangan, Raissa menyerahkan obat yang diminta Aditya. "Oh ya Liz, jangan lupa cerita kalau lihat si topi biru yaaa!!" teriak Raissa tepat sebelum pintu tertutup.
"Siapa si topi biru? gebetan baru?" tanya Aditya sambil lalu. "Bukan pak, akhir-akhir ini ada orang mencurigakan bertopi biru suka nongkrong di bawah jembatan penyeberangan busway pak. Entah menunggu siapa. Yang sering lihat adalah Liza, lalu ada Dian, dia juga pernah lihat. Saya jadi penasaran dan ingin memastikan saja, orang tersebut berbahaya atau tidak." kata Raissa menjelaskan. Aditya mengerutkan kening. Ia sangat memperhatikan keselamatan karyawannya. "Sudah lapor satpam?" tanyanya. "Belum, karena orang tersebut tidak pernah berbuat macam-macam." kata Raissa. "Baiklah, nanti kalau kamu lihat lagi, jangan berbuat gegabah ya! perhatikan jangan hanya pakaian atau topinya, kalau orang tersebut ganti baju atau ganti topi kan kamu bingung nanti. Perhatikan, misalnya kumisnya bagaimana, bentuk matanya, ada tahu lalat atau tidak, ya kamu tahulah maksudku. Di foto sekalian kalau bisa. Ehmm.. aku boleh sekalian diperiksa tensi juga Sa?" kata Aditya.
"Boleh lah pak, apa sih yang tidak boleh buat bapak..." kata Raissa menggombal lalu mengambil alat tensi. Aditya hanya menggelengkan kepalanya. Sambil memeriksa tekanan darah Aditya, Raissa berkata," benar juga kata Bapak, kalau orang tersebut ganti topi pasti kita tidak ada yang tahu. Nanti saya tanya Liza deh bagaimana ciri-ciri orangnya. Tekanan darah bapak normal sekarang, 120/80mmHg"
Aditya mengangguk," Terimakasih Raissa. Ingat, jangan gegabah ya.. kamu hati-hati!" kata Aditya. "Siap bos!" kata Raissa sambil mengangkat tangan kanan keatas pelipisnya memberi hormat. Aditya menarik rambut kuncir kuda Raissa gemas. "Eh bapak.. jangan dong.. nanti rusak rambut saya!" kata Raissa menepis tangan Aditya. "dasar perempuan, penampilan melulu yang diutamakan." ejek Aditya. "Laaah kan perusahaan bapak yang meminta kami selalu tampil menawan." kata Raissa sambil mengerjapkan bulu matanya yang panjang dan lentik. "Hahahaha, baiklah, kau menang.. silahkan mempercantik diri dan menambah pasien yang datang yaaa..Semakin banyak pasien, semakin banyak bonus buat kalian!! Baiklah, aku mau ke kantorku lagi." kata Aditya sambil menunjuk kantornya di atas. "Baik pak, Oya, kenapa bapak tidak bawa obatnya satu strip saja pak, simpan di Bu Ade. Jadi kalau bapak lupa bawa selalu ada di Bu Ade." usul Raissa. "Hmm, usul cemerlang, tapi tidak usah! nanti saya tidak punya alasan jalan-jalan sidak ke klinik." kata Aditya sambil nyengir lalu berlalu dan keluar dari UGD. "Haaah? jadi tadi itu Sidak?" kata Raissa bengong lalu mengamati keadaan sekitar dan menghembuskan nafas lega karena semuanya terlihat rapi, elegan dan bersih. Lalu Raissa melanjutkan pekerjaannya jaga UGD selama teman temannya makan siang.
Sore itu setelah jam kerja Raissa berakhir sekitar pukul 7, Raissa berpikir untuk pulang naik busway saja. Dirinya masih terus penasaran dengan si topi biru. Setelah berpamitan dengan rekannya yang jaga siang dan Maria yang akan bertugas jaga malam, Raissa pun menuju halte busway dan tentu saja melalui jembatan penyeberangan yang sedang hangat diperbincangkan.
Sambil berjalan pelan-pelan seperti orang yang sedang menikmati sore hari, Raissa mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Dan pandangan matanya bersibobrok dengan pandangan si pria topi biru. Denyut jantung Raissa langsung meningkat, tetapi ia berusaha tetap tenang. Si Pria topi biru yang merasa jengah karena terus diperhatikan oleh Raissa, berpura-pura melihat ke arah yang lain. Mata Raissa menyipit curiga. Mengapa harus pura-pura tidak melihat kalau tidak ada motif tersembunyi? Raissa memperhatikan keseluruhan tubuh si topi biru seperti nasihat Aditya. Pria itu bertubuh tinggi, kurus, dengan kumis seperti ikan lele, matanya tidak terlalu terlihat karena tertutup topi. Kulitnya terlihat gelap, tetapi mungkin juga karena sudah malam jadi Raissa tidak dapat melihat dengan jelas.Lalu Raissa mendapat ide, ia mengeluarkan ponselnya dan pura-pura melihat pesan yang masuk, padahal sebenarnya Raissa mengambil foto si pria topi biru. Tak lama kemudian Raissa melewatinya dan menaiki jembatan. Saat itu sepi hanya ada satu orang jauh di depan Raissa. Raissa merasa si Pria topi biru mengikutinya. Raissa langsung membalikan badan. Melihat Raissa membalikkan badan, si topi biru berhenti dan berpura-pura menyender ke besi pegangan di pinggir jembatan sambil memperhatikan mobil yang berlalu lalang. Raissa berbalik kembali dan terus menaiki jembatan, tiba diatas Raissa menengok ke arah si topi biru yang ternyata sedang memperhatikannya. Lalu si topi biru turun dari jembatan dan terus berjalan di trotoar menjauhi gedung. Raissa jadi bingung apa maksud pria tersebut. Yang jelas perasaannya tidak enak. Mungkin ia harus menyarankan Liza untuk naik ojek dulu sementara. Si Topi biru sangat mencurigakan.
Sambil menunggu busway yang melalui arah rumah susun, Raissa membuka percakapan via chat dengan Liza.
Raissa:
Liz, tadi aku bertemu dengan si pria topi biru, yang ini bukan orangnya? (gambar terkirim)
Liza:
Ya ampun, kepo banget neng.. eh tapi gambarnya agak gelap ya.. aku kurang terlalu jelas. Tapi lihat dari topinya sih sama ya.. gambarnya buram Sa, yg jelas kumisnya kayak lele dumbo, hahahah..
Raissa:
Nah iyaaa, beneerrrr, kumisnya kayak lele. Besok kamu masuk siang ya Liz? hati-hati yaa, jangan ngelamunin pak Aditya terus!! wkwkwk
Liza:
Aisshh.. ya nggaklah, aku selalu hati-hati kok Sa, tennaaang!
Raissa:
Naik ojek online saja dulu sementara Liz, daripada kenapa kenapa nanti!
Liza:
Mahal Sa, murah kalau naik busway, jauh dekat harga sama, bisa keliling Jakarta lagi!
Raissa:
Ya sudah deh, terserah kamu, yang penting hati-hati ya.. aku sudah hampir sampai, sampai ketemu besok ya, aku besok jaga malam lagi hehehe..
Liza:
Gantiin Kak Ara lagi? apa tidak keseringan kamu Sa? Sakit loh ntar!
Raissa:
Tidak dong! Aku kan Raissa si wanita perkasa!!! hahahaha..
Liza:
Ya sudah terserah kamu, sampai ketemu besok deh, adikku minta dibantuin buat PR nih!
Raissa:
Siap, sampai ketemu besok! selamat mengerjakan PR, wkwkwkkw!
Liza:
dasaaarr.. mentang-mentang anak tunggal!!
Raissa hanya tersenyum membaca chat dari Liza. Sampai di halte Cawang, Raissa turun dan berjalan kaki ke arah rumah susun, demi Liza, Raissa rela berjalan agak jauh malam ini, hitung-hitung olahraga, kegiatan yang sudah jarang dilakukan akhir-akhir ini karena sibuk bekerja. Raissa tidak takut pulang kemalaman karena daerah ini adalah daerah sibuk dan ramai, sampai jam sepuluh malam juga belum tentu sepi.
Sesampai di rumah Raissa langsung menghempaskan diri ke sofa panjang yang sedang diduduki oleh Peni dan Asya. Mereka sedang asyik menonton drama Korea. Sekotak tissue dan sekotak kuaci menemani mereka menonton drama Korea. Asya menyerahkan sekotak tissue pada Raissa. "Keringetan banget Sa, abis sprint dari bawah?" tanya Asya. "Bukaaan, aku pulang dengan busway." kata Raissa yang masih sibuk mengatur nafas. "Pantesan lama, tumben pake busway?" kali ini Peni yang berkomentar. "Iyaa, ini gara-gara pria topi birunya Liza, Pen!" kata Raissa. "Gimana? tadi ketemu pria topi birunya?" tanya Asya sambil menekan tombol pause agar ia tidak ketinggalan drama yang sedang di ditontonnya. "Ketemu Sya!" kata Raissa lalu menceritakan pertemuannya dengan si topi biru pada Asya dan Peni. " Firasatku tidak enak loh Sya, Pen! aku juga sudah bilang sama Liza, tapi sepertinya anak itu tidak terlalu ambil pusing." kata Raissa. "Hmmm, aku akan bilang pada Alex supaya disampaikan ke bagian sekuriti gedung kita, jadi semakin banyak yang mengawasi." kata Asya sambil mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan untuk Alex. "Mencurigakan banget ya, besok pagi kita naik busway juga yuk Sya? aku jadi penasaran juga." kata Peni. Asya mengangguk sambil terus menuliskan pesan pada Alex. "Hmmmpphh, kalau sudah sama Alex, susah banget mancing pembicaraan sama Asya ini, Aku jalanin lagi ya dramanya!" goda Peni. "Eh tunggu dong, bentar lagi selesai kok sama Alexnya.." kata Asya lalu sibuk dengan ponselnya kembali. "Bentarnya dia nih bisa 30 menit!! aku tidur aja ah!!!" kata Peni sebal. "Aku juga mau mandi dulu ah.." kata Raissa lalu masuk ke kamar untuk mengambil baju ganti dan masuk ke kamar mandi. Peni sudah masuk kamar duluan dan bersiap tidur. Asya masih asyik dengan ponselnya. Beberapa menit kemudian Asya pun selesai dan menaruh ponselnya, "Selesai, aku sudah bilang pada... lohh pada kemana semua?"
ucapan Asya hanya dibalas oleh suara guyuran gayung Raissa di kamar mandi.