webnovel

Rain Sound

biar kutanyakan pada mu. apa kau percaya cinta pertama akan terjalin saat kamu hanya memendamnya disudut hatimu tanpa pernah mengungkapkannya, tanpa sekalipun memperlihatkan langsung padanya? kebanyakan orang akan berkata tidak mungkin. ya sangat tidak mungkin. namun suara hujan malam itu seakan menjadi pertanda bagi chika, jawaban yang seharusnya tidak mungkin entah mengapa berubah menjadi mungkin. tapi apa yang terjadi? bagaimana mungkin perasaan yang tulus ini terjalin dalam hubungan yang tak jelas. haruskah chika bahagia atau merasa sedih? ini tentang kisahku dan cinta pertamaku

Kirei0713 · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
14 Chs

Terasa Berbeda

Entah bagaimana chika harus menanggapinya, merasa senang ataukah harus sedih, ia sendiri tak mengerti jawabannya.

"Maksud mu gimana? Maaf aku sedikit gak mengerti" hujan semakin deras, malam semakin pekat dan angin semakin berhembus membuat chika bergidik dalam kedinginan yang menyakitkan. Secepat angin yang memaksa masuk disela sela dinding rumah, secepat itu pula perubahan suasana hati chika mendengar kalimat-kalimat arka yang belum juga ia pahami ujungnya.

      "Ya jadi maksud ku, kamu bisa sebut ini seperti hubungan tanpa status, ini karena sebentar lagi kita ujian, kita pasti bakal sibuk belajar dan gak peduli satu sama lain, setelah kita lulus, aku janji bakal menyatakannya dengan lebih baik dan saat itu mungkin kita bisa benar-benar serius berpacaran" kalimat akhir yang tak juga membuat chika merasa tenang, tetap ada sedikit kesedihan yang ia rasakan, pikirannya kembali terlempar pada beberapa menit yang lalu, pada saat ia mengungkapkan perasaannya juga.

     'Andai aku gak jujur, andai terus kupendam sampai akhir, andai, andai' gumam chika dalam hati, pad akhirnya ia hanya bisa berandai dan bersikap seakan apa yang telah terjadi bukanlah hal yang perlu disesali.

        "Ya kalau kamu mau menganggap nya begitu, aku gak masalah" putus chika diakhir kalimat, ia terus berharap dalam hati, berharap perasaannya tak akan semakin bertambah besar mengetahui perasaan arka yang juga sama dengannya.

       "Kamu sudah makan?" Tanya arka diujung telepon. Samar-samar chika bisa mendengar suara adzan berkumandang ditengah derasnya suara hujan yang mengiringi. "Belum, udah adzan mungkin setelah sholat baru makan. Emm aku-" belum juga chika menyelesaikan ucapannya arka sudah berujar dengan lembutnya "aku juga mau sholat kok, oh iya kamu besok gak sibuk kan? Kita jalan ya" Chika menggaruk ujung alisnya berpikir sejenak sebelum menjawab "bisa, tapi agak siangan ya" chika menutup panggilan setelah mendengar balasan dan salam penutup dari arka. Chika berjalan ketempat wudhu dan berniat melaksanakan sholat isya

       Chika kembali teringat pembicaraannya dengan arka, ini pertama kalinya ia menyukai pria, tapi entah mengapa rasanya seakan aneh saat pertama kalinya juga ia berbicara di telpon dengan arka, chika kira ia akan terus merasa senang sampai tak bisa tidur, kenyataannya ia merasa gelisah walau juga ada perasaan senang karena untuk pertama kalinya arka menghubunginya, bahkan mengungkapkan perasaan. Waktu terus bergulir, tanpa perlu waktu lama chika terlelap dalam tidurnya, menanti hari esok yang lebih baik.

       Chika terbangun saat mendengar suara adzan subuh dan sudah melihat abahnya yang berdiri di ruang twngah mengemasi barang yang akan di bawanya pulang.

"Semua barang abah udah disiapin?" Chika berjalan keluar kamar tepat saat abahnya berada di ruang tengah sedang meletakkan koper disamping kasur. Chika menatap pada 1 koper dan 1 ransel yang di letakkan abahnya diruang tengah.

       Abah tersenyum menatap chika seraya berujar "sudah, ayok sholat" ajaknya pada chika yang berjalan mendekati abah, diusapnya kepala chika dengan sayang. Walau cukup jarang abahnya bersikap sedemikian lembut bukan karena abahnya adalah orang yang kasar, lebih kepada hubungan mereka yang memang sangatlah kaku hingga tak jarang dalam sehari mereka akan hanya berbicara satu hingga dua kali saja.

      "Ya, habis itu abah makan, kan mau jalan jauh" sahut chika yang berjalan beriringan dengan abahnya menuju tempat wudhu.

"Asal jangan masakan gosong lagi ya" ujar abah sembari tertawa dengan cukup keras membuat chika ikut tertawa melihatnya.

      

     Chika memang tak pandai memasak, tapi tak sekalipun abahnya protes tiap masakannya tak memuaskan contohnya tiap kali ia menggoreng telur dan berakhir dengan telur yang di punuhi minyak. Abahnya hanya akan berkata "gak masalah, kalau terus belajar pasti bisa lebih baik". Lebih baik, kata itu yang terus chika tanamkan dalam benaknya, lebih baik dalam segala hal bukan hanya memasak, ibadah, kehidupan, pelajaran bahkan perasaan.

        Hari sudah semakin cerah, Beberapa waktu lalu abahnya sudah pergi bersama kak fitri serta suami dan kedua anaknya. Meninggalkan chika dengan sebuah amplop berisi uang yang harus bisa chika gunakan sebaik mungkin selama kepergian abahnya 2 minggu ini.

chika baru saja keluar dari kamar mandi dan memilih baju yang nantinya di gunakan untuk jalan bersama arka.

    

       Sejak membaca pesan dari arka tadi subuh, chika tidak merasa begitu menggebu dan tertarik dengan ajakan jalannya, tak tau mengapa ia merasa biasa saja, entah karena perasaannya yang memang telah memudar tanpa ia sadari atau karena perkataan arka tentang hubungan mereka yang berefek buruk bagi perasaan chika.

I like your eyes you look away when you pretend not to care

I like

        Nada dering ponsel chika membuat ia menatap layar yang menampilkan nama ana memenuhi layar. Tanpa berfikir panjang chika menggeser gambar panggilan dan mengarakan ponsel ketelinga.

"Assalamu'alaikum chika"

"Wa'alaikumussalam, ada apa na?"

"Kamu pacaran sama arka?" Sebuah pertanyaan tanpa basa-basi diungkapkan ana dengan tegasnya, ada nada penasaran serta kecemasan dalam getar suaranya.

        "Heii,, harusnya kan sebelum tanya itu tanyakan dulu aku sama arka dekat apa enggak, masa tiba-tiba tanya hubungan" kesalnya tanpa mampu ia tutupi, ana memang berbeda dengan kedua temannya yang lain, jika ani kembarannya lebih sering bercanda dan menggoda, dina sangat mudah tersulut emosi dan tak sabaran, sedangkan ana lebih penyabar, blak-blakan dan serius.

     "Ya bukan tanpa alasan kan dia minta nomor mu? Mungkin cukup masuk akal kalau untuk sekedar dekat,tapi ini kan kamu chika, dia bahkan baru kepikiran menghubungimu padahal sudah 3 tahun sekelas, tapi ya kalau kamu gak mau cerita its okay, up to you, right?" Tak ada paksaan dalam tiap kata yang di lontarkan ana, bahkan bisa saja ia menolak untuk menjawab, namun hatinya seakan tergelitik untuk menceritakan apa yang arka ucapkan semalam, mugkin saja jawaban ana bisa menjawab perasaan aneh yang chika rasakan, bukan sekedar perasaan menggebu penuh bahagia lebih kepada perasaan malas dan tak bersemangat.

         Lama chika bercerita, ana hanya mendengar tanpa sekalipun memotong atau memberi pertanyaan, "pada intinya aku gak begitu tau kenapa perasaan ku begini" ujar chika mengakhiri cerita, ia memperbaiki duduknya dengan bersandar pada sofa. Helaan nafas terdengar dari ujung telepon.

         "Aku sebenarnya gak terlalu mau bicara begini, tapi... memang kamu yakin kalau kamu suka sama dia? Bukan sekedar kagum, bakal lebih baik kalau itu cuman kagum. Bukannya aku gak suka, tapi ya kamu sendiri tau kan gimana arka, gak sedikit perempuan yang juga menyukai dia, walau gak menutup kemungkinan kalian bakal bisa aja bersama ditambah dia yang juga punya perasaan sama kamu. Tapi yahh, emang agak aneh kalau dia nawarin hubungan tanpa status, apalagi dengan alasan.. hemm.. sudahlah, intinya cukup jaga hatimu, jangan berlebihan, jangan terlalu jauh apa lagi sampai jatuh" chika hanya menganggukan kepala tanpa bersuara sedikitpun, ia sangat paham dengan kekhawatiran ana.

     

        Arka yang seakan tak tersentuh menawarkan hubungan tanpa status pada chika. Bukan hal yang biasa dan wajar untuk di curigai, namun di balik itu chika tak mau terlalu berpikir rumit, cukup jalani layaknya teman biasa, tanpa melibatkan perasaan sepenuhnya, ya tanpa melibatkan perasaan.

       "Oh iya, tadi kamu bilang abahmu pergi kan? Malam ini kami menginap, entar aku ajak mereka. Tenang aja.. dah dulu assalamu'alaikum"

       "Wa'alaikumussalam" ditutupnya telepon sembari memandang lekat kearah layar ponsel yang telah berwarna hitam. Selang beberapa menit kemudian pesan masuk dari arka terlihat di layar ponsel chika

Arka : apa gak masalah kalau sejam lebih cepat dari janji kita? Aku sudah didepan

       Chika terlonjak setelah membaca barisan kata dari arka, dengan secepat kilat chika berlari menuju pintu depan dan menyungkingkan seulas senyum 'dia agak seenaknya' gumam chika dalam hati, namun taku menutupi setitik kebahagiaan dalam relung hati chika