Hari ini Keyra benar-benar tidak bisa menolong dirinya sendiri. Bagaimana tidak, dia benar-benar sudah terlamabat datang ka kantor, bahkan nyaris jam istirahat makan siang dia baru saja masuk dengan terburu, duduk di samping Salsa sambil tersenyum kaku.
Salsa seolah ingin bertanya kepada Keyra, kenapa sahabatnya itu terlanbat datang ke kantor bahkan dengan kondisi benar-benar sangat telat. Namun apa yang bisa dikatakan oleh Salsa, bahkan dia bertanya pun Keyra sama sekali tidak akan menjawab.
"Enak benar Ratu satu itu, apakah dia pikir jika ini adalah perusahaan milik suaminya? Apakah dia pikir ini perusahaan milik orangtuanya? Oh, ataukah dia merasa ini perusahaan milik keluarga Antony yang dia bisa datang kapan pun sesuka hatinya? Setelah melakukan kesalahan dan bahkan Pak Marvin sendiri yang meklarifikasi tentang tuduhan yang tak berdasar itu sepertinya kini Ratu menjadi besar kepala, dia seolah menjadi manusia sok penting di perusahaan ini dan semakin besar kepala karenanya," sindir Selena.
Keyra hanya diam, apa yang bisa dia lakukan selain diam, memang? Apakah dia akan melawan? Faktanya yang salah sekarang memang benar-benar dia, Keyra sangat ceroboh, dia terus mencoba menyelesaikan pekerjaan rumahnya sebelum berangkat ke kantor dan pada akhirnya hal seperti ini akan dirasakanya sekarang.
"Bukankah seharusnya aku berbicara kepada Ibu Laura? Karena telah ada satu karyawan yang tidak pernah patuh dengan peraturan perusahaan dan selalu menentang peraturan, dengan memasang mimik wajah sok polos dan sok tersakiti, benar-benar menjijikkan sekali. Aku sama sekali tidak pernah menyangka jika ada manusia paling munafik yang pernah ada," ucap Sisi lagi. Mata bulatnya tampak memicing, dia seolah benar-benar kesal setengah mati kepada Keyra, bahkan rasanya dalam masalah apa pun Keyra lah yang akan selalu mendapatkan tuduhan paling buruk di mata Sisi. Ya, siapa lagi, memang? Sebab di seluruh perusahaan ini satu-satunya orang yang Sisi benci adalah Keyra. Entah kenapa Keyra selalu mengusik pandangannya dan membuat Sisi kesal setengah mati karenanya.
"Apakah kau mau berhenti untuk banyak bicara, Sisi? Kau ini siapa? Kau juga hanya seorang karyawan, kenapa kau bertingkah seperti sok kuasa di sini? Kau juga bukan Ibu Laura yang berhak memberi hukuman atau apa pun itu," seorang lelaki bermata biru dengan rambut pirang itu memandang Keyra dengan sempurna, dia mengedipkan mata indahnya kemudian tersenyum manis, sehingga membuat lesung pipinya tampak sangat nyata.