webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
312 Chs

Hanyut dalam diam

Abimanyu, duduk terdiam di pinggiran sebuah danau tak jauh dari rumahnya.

Langit sudah gelap namun bintang justru tampak gemerlap di atas sana. Cerah. Kontras sekali dengan suasana sore tadi yang mendung dengan langit yang di penuhi oleh awan kelabu seakan tau, suasana kelabu memang tengah di hadapi oleh beberapa orang di bumi.

Percahayaan di sana remang remang, pun di tambah dengan cahaya bulan yang bersinar cerah terpantul melalui air danau yang tenang. Malam itu masih dingin, seperti malam malam biasanya. Angin sesekali berhembus menurunkan suhu udara, cukup tajam menusuk tulang.

Di samping Abimanyu, Amanda tampak duduk dengan kedua kaki tertekuk seraya memeluk tubuhnya sendiri, kedinginan. Terlebih keduanya duduk langsung diatas rerumputan yang sedikit lembab.

Hening. Hanya suara jangkrik yang terdengar.

Keduanya memilih membisu, hanyut menatap langit yang begitu indah malam ini.

ตอนที่ถูกล็อกไว้

สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com