Zahra jelas terkejut saat dia menyadari jika mobil yang dia naiki seketika langsung mengerem secara, dia sadar mobil tersebut menghantam mobil di depannya Secara tiba-tiba namun satu hal lain yang cukup mengejutkan dirinya adalah ketika tiba-tiba dibelakang nya terdengar suara hantaman keras yang sama.
Seseorang ikut menabrak belakang mobil mereka.
"Apa-apaan ini?"
Perempuan di Samping Zahra bicara dengan tatapan nanar kedepan kemudian langsung melirik kearah belakang.
Namun siapa sangka sang pengemudi mobil di depan tahu-tahu melarikan diri dengan cepat.
Ya Tuhan.
Zahra jelas menganga diikuti perempuan tersebut.
Seketika Perempuan itu baru akan keluar dari mobil nya, namun siapa sangka tiba-tiba dari arah sisi kanan mereka seorang laki-laki mengetuk keras pintu mobil di bagian sisi kemudi dengan tatapan tidak bersahabat.
Perempuan disamping Zahra buru-buru membuka pintu mobilnya.
Bagaimana menjabarkan soal Perempuan yang dengan setia menjemput dan berada di mobil yang sama dengan Zahra itu.
Usia nya bisa Zahra tebak sekitar 42 Tahunan, dia pikir perempuan itu pasti seusia ibu nya seandainya ibu Zahra memang ada, wajah cantik dengan dandanan yang tidak berlebihan serta pakaian seperti orang kantoran membuat perempuan tersebut terlihat begitu anggun dan seperti ibu-ibu pejabat yang lembut hatinya.
Bahkan sejak tadi pun bicara penuh dengan tata drama dan sopan santun.
Tapi meskipun mereka sudah bertemu dan bicara untuk beberapa waktu, dia belum tahu siapa nama perempuan tersebut.
Fokus Zahra kini tertuju pada sosok laki-laki yang baru saja mengetuk pintu jendela mobil dan kini tengah berbicara dengan perempuan sang pemilik mobil di mana Zahra berada.
Entahlah apa yang terjadi, tapi Zahra pikir ini tidak baik-baik saja, melihat ekspresi laki-laki tersebut membuat suara jangan-jangan hanya tidak enak telah terjadi.
bisa dilihat seakan-akan terjadi perdebatan diantara kedua orang tersebut, bisa Zahra tebak usia laki-laki tersebut sekitar 30 tahunan.
Tinggi tubuh nya sangat luar biasa ditambah proporsi tubuh yang begitu pas di padupadan dengan jas yang bisa Zahra tebak harga nya pasti begitu mahal, dengan tampilan wajah tampan rupawan dan sempurna namun terlihat sangat jelas sangat tidak bersahabat, laki-laki tersebut berjalan mendekati perempuan yang ada di samping mobil yang tengah Zahra naiki tersebut.
karena khawatir dengan keadaan buru-buru Zahra keluar dari sana, dia mendekati perempuan tersebut serta laki-laki itu.
persis seperti dugaannya terlihat perdebatan diantara kedua orang tersebut, Perempuan itu terlihat cukup banyak mengalah dan diam, namun laki-laki itu terlihat begitu menekan keadaan.
"Mobil didepan tiba-tiba menghentikan laju mobilnya secara mendadak, tidak kah kamu menyadari nya nak?"
perempuan itu bicara pelan sambil mengerutkan keningnya, seolah-olah di sini dia yang disalah kan.
Dia sebenarnya cukup terkejut saat tahu siapa pemilik mobil yang ada di belakangnya tersebut.
Jacky Sky Andaram.
Semua orang jelas ingin menghindar dari laki-laki itu, dan tidak ada yang ingin berurusan dengan putra pewaris keluarga Andaram.
Tapi Perempuan itu pikir jelas-jelas mobil di depan tadi yang berhenti secara mendadak hingga membuat dia langsung ikut menghentikan mobilnya namun sayangnya dia tidak bisa mengerem mobilnya dalam keadaan tepat, namun siapa sangka mobil bagian belakang ikut kehilangan kendalinya dan menabrak mobil miliknya.
lucunya dia yang terdesak dan terjepit di antara dua mobil malah disalahkan oleh laki-laki muda dihadapan nya itu.
"aku tidak peduli soal mobil yang didepan, nyonya"
Laki-laki itu bicara dengan perasaan kesal.
"Aku tidak peduli dengan mobilitas dan lain sebagainya, tapi yang aku peduli kan adalah aku tengah terburu-buru, dan mari selesaikan semua nya saat ini juga"
Laki-laki tersebut bicara sembari melirik kearah jam tangan nya.
"Tapi bagaimana bisa aku harus menyelesaikan dan bertanggung jawab atas apa yang tidak pernah aku lakukan, nak"
Perempuan itu jelas terkejut mendengar perkataan laki-laki yang ada di hadapan nya tersebut.
"Berikan kartu nama kamu Nyonya, aku akan mengirim tagihan servicenya"
Apa?.
Zahra jelas terkejut mendengar peraturan laki-laki tersebut.
tagihan?!.
gadis itu langsung mengerut kan keningnya diikuti oleh perempuan yang ada di sampingnya itu.
"Katakan pada ku, bagaimana bisa aku tidak melakukan kesalahan tapi harus membayar tagihannya?"
perempuan itu jelas bertanya sedikit panik menatap laki-laki yang ada di hadapannya itu dengan tatapan tidak percaya.
"Kau tahu Nyonya? orang-orang seperti kalian ini memang selalu seperti itu, ketika melakukan kesalahan berusaha untuk melempar kepada orang lain, tidak ingin bertanggung jawab dan terlihat begitu memalukan"
laki-laki itu bicara dengan nada yang begitu dingin, dia menatap dengan pandangan Anda ke arah perempuan yang ada di hadapannya itu, kemudian dia melirik ke arah Zahra.
"Menjijikkan"
laki-laki tersebut bicara dengan nada yang begitu sombong.
"Apa?"
Zahra jelas terkejut mendengar cara bicara laki-laki yang ada di hadapannya itu, dia pikir bagaimana bisa di dunia ini ada type laki-laki ya begitu mengerikan seperti laki-laki yang ada di hadapan nya ini.
"Apa kau tidak bisa bicara sedikit lebih sopan kepada orang yang jauh lebih tua darimu?"
tanya Zahra kemudian dengan perasaan yang menggebu-gebu, dia menatap laki-laki tersebut sembari menghela kasar Nafas y.
mendengar ucapan Zahra, seketika membuat laki-laki tersebut menoleh ke arah Dirinya.
"Apa?"
laki-laki itu bertanya sambil menaikkan ujung alisnya sejenak, kemudian dia membuang pandangannya, mengeluarkan kertas memo dari saku celana kemudian laki-laki itu meraih pulpen yang memang sudah ada di kantong jasnya.
entah apa yang laki-laki tersebut tulis di atas kertas memo yang ada di tangannya itu, namun kemudian tiba-tiba laki-laki itu berkata.
"Berikan tanda tangan mu disini, agar aku yakin orang-orang miskin seperti kalian tidak akan kabur setelah berbuat kesalahan"
laki-laki itu menyerahkan kertas Nemo dan pulpen yang ada di tangannya itu kepada perempuan yang ada di hadapannya.
Hahh?
Zahra jelas mendengus.
Dia pikir bisa-bisanya laki-laki tersebut berkata seperti itu.
Tanpa berpikir dua tiga kali seketika gadis tersebut meraih kertas yang ada di tangan laki-laki tersebut kemudian berkata.
"Kami tidak akan melakukan nya sebelum tuan meminta maaf atas ucapan kurang ajar Tuan kepada perempuan yang jauh lebih tua"
Tindakan gadis tersebut mengejutkan dirinya, dan mendengar ucapan gadis dihadapannya itu seketika membuat laki-laki itu menaikkan ujung alisnya.
"Apa?"
Tanya nya sambil mendengus dan menatap gadis itu dengan tatapan tidak percaya.
Dia pikir di kota ini siapa yang berani Bicara sekurang ajar itu pada nya?!.
"Zahra ini tidak apa-apa"
Perempuan itu bicara sambil mencoba menahan tangan Zahra, namun gadis tersebut jelas tidak peduli dengan ucapan perempuan tersebut.