Wajah wanita yang duduk di depan beranda rumah Sekretaris Aris semakin gusar. Sejenak ia menjeda ucapannya lalu meraih segelas air putih yang berada di atas meja dan meneguknya. Dadanya yang terasa terhimpit kini sedikit berkurang.
"Aku juga tidak tahu bagaimana keadaan mereka. Nomor Papanya Lisa, sama sekali tidak bisa dihubungi. Bahkan nomor Sekretaris Aris ataupun CEO baru itu, tidak ada satupun yang mengangkat panggilanku," keluh Rahel pada pemuda yang mendatangi rumah Sekretaris Aris sejak pukul 11 malam tadi.
Akbar membuang nafas berat. Menundukkan wajahnya dalam kekacauan. Pikiran-pikiran buruk semakin ramai di dalam isi kepalanya. Membuatnya dilanda ketakutan yang semakin besar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com