webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
11 Chs

Terusik (Zikri)

Dua tahun lalu.

Penerimaan raport kelas 2 B SMP, aku sebagai wali kelas akan membagikan rapot kepada para wali murid. Sekolah mulai ramai dipenuhi orang tua wali dan anak-anak yang berlalau lalang. Waktu menunjukkan jam delapan pagi.

Aku mulai membuka kelas, para wali segera mamasuki kelas dan duduk dikursi-kursi. Aku mulai memberi pembukaan singkat dan mulai memamggil satu persatu nama siswa, wali yang anaknya dipanggil segera maju, aku memberi rapot nya dan orang tua berkonsultasi padaku terkait masalah anaknya kadang aku yang berkonsultasi kepada wali karena masalah siswa yang butuh bimbingan orangtuanya. Tidak jarang orang tua wali marah atau tidak terima. Aku harus menjelaskan dengan sangat hati-hati agar mereka mengerti.

"Eka Putri Ayu" tidak ada yang menyahut.

"Eka Putri Ayu" Aku mengulangi, tapi tetap tidak ada yang menyahut, aku pinggirkan, kulanjutkan memanggil yang lain, hingga habis belum juga muncul Eka atau Walinya. Aku menelfon Eka, tidak ada jawaban. Aku mondar mandir diruang kelas yang sudah sepi. Aku kembali duduk dan memutuskan untuk menunggu sepuluh menit lagi.

"Ayuk ni.. dibilangin mandi jangan lama-lama, liat kita telat kan.." Eka ngomel terdengar sayup-sayup dikoridor sekolah.

"Bising..." walinya menjawab cuek.

"Ekaaaa....." Terdengar reriakan teman teman Eka sambil melambaikan tangan, Eka menghampiri. Hanya terdengar suara hentakan sol sepatu perpadu dengan lantai.

"Klotak.. klotak" dan semakin mendekat kearah kelasku.

"Permisi pak guru, maaf saya terlambat" Aku terpaku, melihat sosok perempuan berdiri didepan pintu sambil tersenyum dan menganggukkan. Dia cantik, sangat cantik dan anggun, dengan blazer panjang warna pink muda dan celana longgar warna cream, rambut tergerai tapi rapi.

"Maaf pak.. boleh saya masuk" Dia mengagetkanku, aku gelagapan mempersilahkannya masuk.

"Silahkan masuk bu.." aku liat rautnya sedikit kecewa karena aku memanggilnya "Bu".

"Eh.. mbak... Kak.."Aku bingung rasanya tidak ada yang cocok dia jauh lebih muda dariku.

"Jana.." dia menjawab sambil menahan tawa karena kekikukan ku.

"Baik Jana.. silahkan duduk" dia duduk dikursi dihadapan ku. Aku menyerahkan rapor Eka, dia membuka buka.

"Wah.. pinter juga ini anak" dia bergumam sambil tersenyum.

"Iya... tapi nilai matematika nya tidak sebagus yang lain" aku mencari-cari topik pembicaraan.

"Nggak masalah.... Eka memang selalu suka sastra" Jawabnya tersenyum

"Dia nggak harus cemerlang dalam segala bidang, cukup satu saja fokusnya, yang penting pelajaran lainnya tidak tertinggal" Dia melanjutkan dengan tenang, aku terkesima.

Biasanya.. wali yang lain akan menyalahkanku karena tidak becus mengajar atau menjelek-jelekkan anaknya didepanku karena malas belajar. Tapi dia hanya fokus pada minat adiknya.

"Baik.. terimakasih pak" Dia berdiri dan menyalamiku lalu permisi pulang.

Aku melihatnya menjauhi kelasku melaimbaikan tangan pada adiknya agar mendekat. Adiknya terlihat kesal karena acara ngerumpi nya terganggu. Tapi tetap menghampirinya.

"Capet banget Yuk..." dia menggerutu

"Iya cepet banget.." aku menggumam.

Aku kembali ketempat dudukku, membuka HP membuka sosomed dan mencari nama "Jana" ada beberapa akun yang muncul, kubuka satu persatu. Aku menemukan, foto keluarga ada Eka juga, kulanjut scroll kebawah.

"Deg..." lemas rasanya.

Kulihat fotonya dengan laki-laki, mereka tersenyum bahagia, Jana menyenderkan kepalanya dibahu lelaki itu. Tertulis caption

"Bahagiaku cukup denganmu @darmaw"

Bahagiaku beberapa menit yang lalu berubah kecewa seketika. Aku tutup, aku memutuskan mundur sebelum maju berperang.

***

Satu tahun kemudian

Aku mampir diwarung lamongan untuk makan malam, setelah memesan aku celingak-celinguk mencari bangku kosong.

"Pak Zikri...." Aku menoleh kearah sumber suara. Kulihat Eka melambaikan tangan padaku. Kulihat ada dua perempuan lain dihadapan Eka, aku mengenal yang satunya, Dia menoleh, tersenyum tanpa beban.

"Sini pak..." Dia ikut melambaikan tangan padaku. Itu Jana. Aku senang sekaligus gugup, aku berjalan menghampiri mereka dimeja ujung berjarak tiga meja dari tempaku berdiri.

"Duduk sini Pak.." Eka menepuk kursi disebelahnya. Aku menurut, Jana duduk tepat dihadapaku. Dia menyantap makanannya sambil melihat kearahku.

"Saya makan duluan pak.." sambil tersenyum sedikit.

"Iya silahkan.. kalian duluan aja" aku mempersilahkan mereka.

"Jana, kamu kerja dimana" Aku basa basi

"Ah.. aku belum kerja tetap pak, cuma bantu-bantu temanku promosi butiknya" dia merendah

"Ayuk Jana tu lagi kuliah S2 pak" Eka nimbrung

"Wah... kamu S2 ternyata, pantas beda" aku kagum.

Kami melanjutkan cerita saling melempar pertanyaan agar obrolan terus berlanjut, Jana juga bercerita kalau dia bekerja sambilan sebagai model disebuah butik kecil milik sahabatnya. Kami mengobrol banyak hingga larut malam.

"triiing..." suara ringtone HP ku berbunyi, Ayah ku menelfon.

"Iya yah.. bentar lagi aku pulang" aku lupa ayahku minta dibungkuskan juga. "ah,.. ayah pasti sudah kelaparan"

"Jana, Eka, Hana.. Bapak pulang dulu ya.." Aku berpamitan dan kekasir mengambil pesananku dan membayar.

***

"Kling...." Nomer baru

"Makasih pak traktirannya, lain kali aku traktir balik, Jana" aku berdiri saking semangatnya, Ayah dan Lian yang tadi duduk sambil nonton TV bersamaku kaget dan heran melihat ulah ku.

"Apa... Ada apa..." Ayah dan Lian bertanya hampir bersamaan, dengan wajah khawatir takut aku kenapa-kenapa.

"Nggak papa.." Aku melambaikan tangan sambil tersenyum lebar memeluk Ayah.

"Apa apaan ni.." Ayah terheran-heran

"Kenapa... Sukses ya nembak ceweknya" Lian asal menebak

Ayah melihatku penuh selidik. Umurku 32 tahun sekarang. Ayah selalu bertanya kapan aku menikah, aku selalu menjawab nanti, karena memang tidak ada wanita yang aku sukai.

Terakhir aku pacaran saat kuliah, mungkin 9 tahun yang lalu, aku juga lupa. Setiap Lian mencoba memperkenalkan aku dengan wanita, aku selalu tidak tertarik. Bukan karena kurang cantik, aku hanya tidak menginginkannya.

Baru dua tahun yang lalu, kukira aku menemukan wanita yang aku suka, tapi dia sudah ada yang punya. Aku membuka sosomed, melihat lagi akun Jana, kulihat lagi foto Jana dan pacarnya, aku menghela nafas berat.

"Mau dia pacar presiden kalo jodoh pasti nikahnya sama kamu bang" Lian sudah berdiri dibelakangku sambil melihat kearah HP ku, entah dari kapan. Aku kaget dan jengkel, refleks kupiting lehernya dan kujitak kepalanya beberapa kali.

"Cantik bang.. aku mendukungmu" aku lepaskan Lian, ada denyut aneh didadaku.