webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
38 Chs

Upaya Sang Raja

Keesokannya setelah pertemuan tersebut, Sang Raja menghampiri Felix di kamarnya. Sambil berjalan menuju kamar Felix, sambil juga ia memikirkan cara untuk menepati permintaan Sang Putri. Raja Valenspun sampai di depan pintu kamar Felix tanpa ide apapun di pikirannya. Raja Valens mengetuk pintu yang masih tertutup itu beberapa kali.

"Tok Tok Tok..... Tok Tok Tok..." ketuk Yang Mulia Raja.

*Sudut Pandang Felix*

Dibukanya pintu kamarnya karena mendengar sebuah ketukan. Setelah dibuka, ia melihat Yang Mulia Raja dengan wajah sedihnya.

"Ada apa, Yang Mulia? Hingga Yang Mulia mencari saya kemari." kata Felix dengan sopan.

"Kita bicarakan di dalam saja. Aku ingin berbicara empat mata denganmu." kata Raja Valens menatap Felix.

Raja Valens dan Felixpun masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Mereka duduk di kursi kayu yang berada dalam kamar lengkap dengan meja.

"Yang Mulia, izinkan saya untuk memanggil pelayan agar membuatkan teh hangat untuk kita berdua!" kata Felix dengan tetap berdiri.

Raja Valens mengangguk menandakan mengizinkannya. Felixpun memanggil pelayan dan menyuruh untuk membuatkan 2 cangkir teh hangat. Setelah itu, Felixpun ikut duduk dan menanyakan kepada Yang Mulia hendak apa beliau kemari.

"Yang Mulia, apa yang ingin Yang Mulia bicarakan dengan saya?" tanya Felix.

"Felix, bersediakah engkau menikahi Putriku, Aquila?"

"Saya bersedia apabila Tuan Putri juga bersedia."

"Kalau begitu, bantu aku menemukan cara untuk memenuhi permintaan Aquila!"

"Maksud Yang Mulia, membantu untuk mengubah saya menjadi muda kembali?"

"Iya, kau benar. Aku dan istriku, Herminia ingin sekali menikahkan dirimu dengan Aquila. Aku yakin, engkau bisa menjadi penerus tahtaku."

"Baiklah, jika begitu keinginan, Yang Mulia. Saya akan membantu Yang Mulia."

Lalu, terdengar bunyi ketukan pintu. Dibukalah pintu itu dan terdapat seorang pelayan membawakan 2 buah cangkir teh hangat siap diminum. Dipersilahkan pelayan itu masuk dan menaruh 2 buah cangkir itu di sebuah meja kayu, setelah itu ia pun keluar. Felix kembali duduk di kursinya tadi.

"Yang Mulia, mari kita nikmati teh hangat ini!" kata Felix sambil mengangkat cangkir tehnya diikuti dengan Sang Raja.

Mereka menikmati teh hangat itu sambil bercakap cakap yang tidak terlalu serius. Setelah kedua teh tersebut habis tak tersisa, Sang Raja mengakhiri pembicaraan dan juga mengingatkan Felix tentang janjinya untuk membantunya menemukan cara agar syarat dari Sang Putri terpenuhi. Lalu, Sang Raja pun pergi meninggalkan Felix sendirian. Setelah Raja Valens pergi, Felix terduduk di kursi kayu tadi. Ia merenungkan permintaan Sang Raja tentang membantunya memenuhi syarat Putri Aquila. Sebenarnya, Felix tidak ingin menikah dengan Putri Aquila. Tetapi, karena Sang Raja memintanya, ia tidak enak untuk menolaknya.

*Di Ruang Kumpul*

"Kanda, dari mana saja engkau? Aku dan Aquila sudah lama menunggumu." kata Ratu Herminia lemah lembut.

"Maafkan aku, Istriku, Anakku!" kata Raja Valens menuju kursi Raja dan mendudukinya.

"Ayah, apakah Ayah berhasil memenuhi syarat yang kuberikan?" tanyanya dengan bahagia karena ia yakin syaratnya tidak akan bisa terpenuhi.

"Aquila, Ayah akan berusaha untuk memenuhi syaratmu. Beri Ayah waktu untuk itu!" kata Raja Valens dengan tegas.

"Ayah tidak perlu bersusah payah memenuhi syaratku. Jika Ayah tidak bisa, aku tidak apa apa." kata Aquila tetap dengan pendiriannya yang tidak mau menikah dengan Felix.

"Tidak apa, Nak. Ayah akan selalu berusaha. Ayah juga sudah meminta bantuan Felix. Ia benar benar pintar." kata Raja Valens dengan wibawa.

Aquila merasa kesal karena Ayahnya selalu berusaha keras untuk menikahkannya dengan Felix. Ia pun keluar dari ruang kumpul dengan rasa marahnya meninggalkan Ayah dan Ibunya.

"Kanda, lebih baik kita tidak memaksakan Aquila untuk menikahi Felix." kata Ratu Herminia mendukung Aquila.

"Tidak bisa! Dia tetap akan menikahi Felix. Setelah syaratnya terpenuhi, akan kulangsukan pernikahan itu secepat mungkin dengan meriah." kata Raja Valens kukuh dengan pendiriannya.

"Baiklah, Dinda dukung Kanda. Dinda yakin bahwa keputusan yang Kanda ambil akan menjadi yang terbaik untuk Aquila. Dinda pergi dulu." dukung Ratu Herminia walau sedikit keberatan.

Raja Valens pun sendirian di dalam ruang kumpul. Ia memikirkan cara untuk membuat Felix kembali muda. Namun, tidak didapatnya cara membuat hal itu terjadi. Sang Raja melamun sekian lama hingga lamunannya terpecah dengan suara ketukan pintu dari luar.

"Permisi, Yang Mulia!" seorang pelayan membuka pintu dan mendekat ke Raja Valens. "Yang Mulia Ratu memanggil Yang Mulia ke kamar Ratu." kata pelayan itu dengan hormat.

"Aku akan segera ke sana." balas Raja Valens.

"Baik, Yang Mulia. Saya permisi, Yang Mulia!" kata pelayan sambil menuju pintu keluar.

Tak lama kemudian, Raja Valens pun keluar untuk menemui istrinya, Herminia. Di perjalanan, Raja Valens hendak menemui Felix terlebih dahulu. Namun, niat itu diurungkannya dan langsung pergi menemui istrinya.

"Ada apa, Herminia?" tanya Raja Valens pada istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur.

"Sudahkah, Kanda menemukan cara mengembalikan Felix menjadi muda?" katanya sambil memindahkan pandangannya dari lantai ke wajah suaminya.

"Belum, Dinda. Kanda sangat bingung." kata Raja Valens dengan gelisah.

"Lebih baik, Aquila tidak dijodohkan dengan Felix. Walau Felix menjadi muda, ..." kata kata sang Ratu tidak dilanjutkan lagi.

Raja hanya terdiam mendengar hal tersebut. Ia telah mencapai jalan buntu untuk mengubah Felix kembali muda. Tapi, ia tidak akan pernah menyerah untuk itu. Walau harus menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memikirkan caranya.

Hari demi hari dilalui hanya untuk memikirkan cara memenuhi permintaan Aquila. Sedangkan, Aquila dengan senang hati melihat Ayahnya masih belum bisa memenuhi syaratnya. Aquila juga membujuk Ayahnya untuk mengurungkan niatnya yang akan menjodohkan dirinya dengan Felix. Berbagai bujukan Aquila coba, namun hasilnya nihil. Saat ia berjalan jalan di sekeliling istana, ia melihat seorang wanita dengan cahaya gelap mengelilinginya. Ia mendekati wanita itu dengan ketakutan membuat tubuhnya gemetar. Ia semakin takut karena wanita tersebut menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan tajam. Tiba tiba, wanita itu menghilang dan muncul di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat. Hal tersebut membuatnya terkejut setengah mati. Aquila hendak berteriak, namun suaranya tak dapat keluar.

"Bantu aku menghancurkan pulau ini! Kalau tidak, kau akan mati sekarang juga." kata wanita itu sambil mencekik Aquila.

"Ba....baiklah! Aku akan membantumu! Ta-tapi lepaskan aku!" jawab Aquila terbata bata.

"Aku Cornelia." katanya sambil melepaskan cekikannya. Akhirnya, Aquila dapat bernapas dengan lega kembali.

"Kau sudah berjanji. Jika kau langgar, kau akan mati!" sambung Cornelia, lalu menghilang tanpa bekas.

"Cornelia, aku juga akan menikahkanmu dengan seorang pria. Aku berjanji." teriak Aquila dan ia pun masuk kembali ke dalam istananya.

"Ayah... Ayah....." teriak Aquila berniat mencari Ayahnya.

"Ada apa, sayang? Kenapa mencari Ayah kamu?" kata Ratu Herminia menyambut putrinya yang baru masuk istana.

"Aku tau cara membuat Felix muda!" kata Aquila.

"Bukannya kamu tidak mau dijodohkan dengan Felix?" tanya Ratu heran.

"Kalau Felix tampan di masa mudanya, aku mau." jawab Aquila malu malu.

Padahal sebenarnya, ia melakukan ini hanya untuk memenuhi janjinya dan juga sebagai jalan lain agar ia tidak dinikahkan dengan Felix.