webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
38 Chs

Pesta Penyambutan (5)

Aquila diam sejenak di tempat sambil terus memandang mata Ayahnya yang juga menatap dirinya. Setelah tidak ada apa-apa lagi, Aquila pun balik kanan dan menuju tujuan awalnya, yaitu kamarnya.

***

Matahari telah terbit di ufuk timur. Aktivitas di pagi hari sudah mulai terlihat. Seperti biasa, seluruh anggota kerajaan akan sarapan pada pukul 8 pagi. Para pelayan mulai menyiapkan makanan untuk sarapan seperti hari-hari sebelumnya. 15 menit sebelumnya, anggota-anggota kerajaan sudah berada di meja makan satu per satu hingga semua kursi terpenuhi. Sembari menunggu sarapan dihidangkan, mereka bercakap-cakap membahas pesta kemarin malamnya yang belum sempat dibicarakan sebelumnya.

"Ayah, taman yang kemarin dihias itu akan digunakan untuk apa?" tanya Lucia penasaran.

"Hanya untuk memperindah taman istana ini. Tidak ada maksud lain." jawab Raja santai.

"Eh?" kata semuanya serempak dengan pelan.

"Kalau begitu, boleh kupakai menjadi taman pribadiku?" tanya Augusta sopan.

"Tentu saja! Kalian juga boleh menggunakannya sebagai taman pribadi kalian. Jumlahnya pas 6." Raja mengizinkan Augusta, juga menyarankan pada putrinya.

15 menit berlalu cepat. Kini, sarapan sedang dihidangkan. Lalu, segera disantap habis oleh mereka semua. Tidak ada yang bicara lagi selama sarapan. Semuanya sibuk menyantap hidangan di piring mereka.

Setelah selesai, piring-piring juga gelas dibereskan oleh para pelayan. Sementara itu, anggota kerajaan tetap duduk di atas kursi mereka, melanjutkan percakapan yang terhenti tadi.

"Acara apa saja yang akan ada nanti malam? Tidak mungkin secepat malam-malam sebelumnya, bukan? Malam ini adalah hari terakhir. Harus ada hal yang menakjubkan malam nanti." kata Aurelia. Ia paling menyukai pesta di antara saudarinya yang lain. Itulah yang menyebabkan ia selalu antusias selama 2 hari terakhir, termasuk hari ini.

"Kamu ingin memberi saran untuk malam nanti, Aurelia?" tanya Ratu dengan senyum di wajahnya.

"Beri tahu dulu acara apa saja nanti malam!" Aurelia menolak memberi saran sebelum diberitahu.

Ratu tertawa kecil dan berkata, "Seperti biasanya, kamu selalu semangat dalam hal ini," kata Ratu, "pertama, akan ada acara dansa sebagai pembuka. Itu hal wajar. Kedua, akan diadakan jamuan makan. Terakhir, semua orang akan berkumpul di taman, menyalakan ribuan lampion dan menerbangkannya ke angkasa." jelas Ratu. Wajahnya menjadi lebih bersemangat saat mengatakan acara terakhir.

"Hanya itu?" tanya Aurelia kecewa.

"Apa yang kamu harapkan, Aurel?" tanya Raja penasaran.

Aurelia menoleh ke arah Ayahnya dan memperlihatkan wajah masamnya. "Aku kira akan ada pertunjukan sihir. Bukankah itu hebat?" saran Aurelia, masih dengan wajah merengut.

"Siapa yang akan melakukannya, Aurel? Kau mau melakukannya?" tanya Aelia, lalu tertawa kecil melihat wajah saudari kembarnya yang semakin terlipat.

"Aku hanya memberi saran. Jika tidak dilakukan juga tidak apa-apa." jawab Aurelia marah pada Aelia.

"Kalian jangan bertengkar lagi!" kata Aquila tegas sebelum adik kembarnya bertengkar. "Kurasa kita bisa bermain sihir di sana atau mengajari orang lain berlatih sihir. Itu berguna, bukan?" usulnya.

"Kita bisa melakukan keduanya. Kita bisa mengadakan pertunjukan sihir, lalu bisa bermain dan melatih sihir. Namun, jika kalian ingin mengadakan kedua hal itu, harus ada orang yang melakukan pertunjukan." kata Raja menghentikan diskusi yang lain.

Kini, semua mata menoleh Sang Raja. Sejenak, mereka 'mencerna' perkataan Raja, kemudian mengangguk setuju. Itu bukanlah ide buruk, melainkan ide yang sangat bagus. 2 usul bisa dijalankan bersamaan. Namun, ada masalah lainnya. Siapa yang akan melakukan pertunjukan itu?

"Jadi, siapa yang akan melakukannya?" tanya Aurelia semangat. Ia senang sarannya bisa digunakan. Dengan saran itu, ia yakin malam terakhir pesta akan menjadi lebih menyenangkan.

Namun, keantusiasan Aurelia langsung padam dengan cepat karena tidak ada yang mengajukan diri. Suasana justru berubah cepat. Yang awalnya merasa semua akan baik-baik saja menjadi khawatir. Dengan tidak ada orangnya yang mau melakukan itu, sama saja hal itu tidak akan pernah terjadi.

Di saat semua wajah muram dan bingung, Augusta angkat bicara, "Aku akan melakukan pertunjukan sihir itu dan kalian bisa bermain sihir setelahnya juga melatihnya bersama yang lain." kata Augusta lebih bersemangat. Maklum saja, ia sesuka itu dengan sihir.

Meja makan yang awalnya dipenuhi wajah sedih kembali berbahagia. Wajah-wajah yang awalnya tertekuk juga terlipat menjadi lebih cerah. Bahagia mendengar perkataan Augusta. Bahkan Aurelia yang awalnya sudah hilang harapan menjadi bersemangat kembali.

"Baiklah, pertunjukan sihir akan diadakan sebelum ribuan lampion diterbangkan! Kalau bisa kita akan mengadakannya hingga tengah malam!" seru Aurelia saking semangatnya. Ia yang justru memutuskan acara itu akan diadakan nanti malam. Bahkan, ia sampai berdiri dari kursinya membuat yang lainnya tersentak kaget. Tanpa berkata apa pun lagi, ia langsung memutar tubuhnya dan keluar dari ruang makan dengan gembira.

"Kalian juga kembalilah! Kalian bisa berdiskusi apa yang akan dilakukan nanti saat pertunjukan sihir. Segera bersiap saat matahari tenggelam!" suruh Ratu pada putri yang lainnya.

Tidak perlu dibantah lagi, mereka mengangguk serempak dan keluar dari ruang makan beriringan sambil bercakap-cakap membahas pertunjukan sihir itu menyisakan Raja dan Ratu yang masih duduk di meja makan.

***

Matahari sudah siap tenggelam di kaki langit meninggalkan semburat jingga di sekitarnya. Raja, Ratu, dan Putri Kerajaan sedang bersiap-siap, mereka memakai pakaian yang senada, yaitu warna kuning pucat.

Satu setengah jam kemudian, mereka sudah berada di depan aula, sedang duduk sambil bercanda ria---lebih tepatnya menggoda Aquila. Karenanya, wajah Aquila bersemu merah dan mulai memanas. Wajahnya hampir semerah tomat jika godaan itu terus berlanjut. Namun, mereka harus berhenti karena sudah ada satu-dua tamu yang datang. Mereka harus bersikap layaknya anggota kerajaan.

Pukul 8 malam tiba, semua tamu telah memenuhi aula. Segera saja, pesta langsung dimulai dengan acara pertama, yaitu pesta dansa. Seperti sebelumnya, musik klasikal memenuhi aula yang dipenuhi orang yang sedang berdansa. Aquila, Aelia, Aurelia, dan Camilla juga ikut berdansa dengan pria pilihan mereka saat itu. Aquila dengan Peter pastinya, Aelia dengan Robert, Aurelia dengan Romeo, dan Camilla dengan Zack. Lucia dan Augusta tidak berdansa. Augusta sudah jelas tidak tertarik dengan 'dansa'. Menurutnya, itu membosankan, lebih seru melihat orang-orang yang berdansa. Sementara, Lucia tidak mau berdansa dengan Theo, entah karena apa.

"Peter, Ayahku ingin bertemu denganmu setelah ini. Ayahku ingin bicara penting denganmu." beri tahu Aquila. Sebenarnya, ia sudah lupa tentang itu, jika Ayahnya tidak mengingatkan tadi.

"Membicarakan apa, Aquila?" tanya Peter, masih terus berdansa. Sekarang, ia sudah terbiasa memanggil Aquila dengan namanya langsung, tidak lagi dengan sebutan 'Tuan Putri'.

"Aku juga tidak tahu, Peter. Ayah bilang kamu yang akan memberi tahuku nanti. Lebih baik kamu menemuinya saja. Ayah tadi mengancam melakukan sesuatu jika kamu tidak bertemu dengannya." kata Aquila cemas.

"Baiklah, saya akan menemui Raja nanti." jawab Peter mantap. Jika ini adalah hal yang menyangkut tentang dirinya dan Aquila, itu akan menjadi hal yang sangat penting.

------

"Robert, Ayahku ingin bertemu denganmu, membicarakan hal penting." kata Aelia yang juga tadi diberi tahu oleh Raja. Tanpa banyak tanya, Robert langsung setuju untuk bertemu Raja.

-------

"Tuan Putri terlihat lebih cantik hari ini." puji Romeo.

Aurelia yang tersipu mendengar pujian itu segera berkata, "Ayahku ingin bertemu denganmu nanti." katanya cepat karena malu.

Romeo tertawa kecil melihat tingkahk Aurelia yang sedang tersipu, "Baiklah, saya akan menemui Yang Mulia Raja. Kapan saya bisa bertemu dengan beliau?"

"Secepatnya. Kalau bisa, sehabis ini." jawab Aurelia cepat. Romeo hanya mengangguk takzim setelahnya. Mereka terus berdansa hingga lelah.